Pembahasan ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek psikologis ditinjau dari status sertifikasi. Diketahui nilai Z hitung kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek motivasi ditinjau dari status sertifikasi sebesar -0,998 dengan nilai Asymptotic Sig. 2-tailed sebesar 0,318. Pada alpha 0,05, diketahui bahwa nilai Z tabel adalah -1,96. Berdasarkan hasil tersebut, nilai Z hitung lebih besar dari Z tabel -0,998 -1,96 dan nilai Asymptotic Sig. 2-tailed lebih besar dari alpha 0,05 0,318 0,05. Hal ini berarti bahwa Ho diterima dan Ha tidak diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek motivasi ditinjau dari status sertifikasi.

C. Pembahasan

1. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Ditinjau dari Jenis Kelamin Hasil pengujian statistik pada setiap aspek kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari jenis kelamin adalah sebagai berikut: a. Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Finansial Ditinjau dari Jenis Kelamin Semua orang pasti mengharapkan kompensasi yang adil dan layak atas pekerjaan yang telah dia lakukan agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Besar kecilnya kompensasi yang diperoleh menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang As’ad, 1978: 65. Kebutuhan hidup laki-laki dan perempuan berbeda jika dilihat dari peranannya di dalam keluarga. Menurut Eagly Schustack, 2006: 32, terdapat perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan. Peran perempuan di dalam keluarga biasanya menjadi seorang ibu rumah tangga, sedangkan laki-laki berperan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga dan menjadi seorang ayah. Hal ini menjelaskan bahwa laki-laki mempunyai kewajiban untuk menafkahi keluarganya sehingga dia akan lebih banyak membutuhkan penghasilan dibandingkan dengan perempuan. Sama halnya dengan berprofesi sebagai guru. Guru laki-laki akan merasakan kepuasan kerja apabila mendapatkan penghasilan yang tinggi, karena penghasilan tersebut harus dibagi untuk menafkahi keluarganya dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, sedangkan penghasilan yang diperoleh guru perempuan tidak terlalu mempengaruhi kepuasannya di dalam bekerja. Hal ini dapat menegaskan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial ditinjau dari jenis kelamin. b. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Iklim Organisasi Ditinjau dari Jenis Kelamin Menurut Loukas Triatna, 2015: 71-72, iklim organisasi di dalam sekolah terdiri dari tiga unsur, yaitu lingkungan fisik yang meliputi tampilan fisik sekolah, lingkungan sosial yang meliputi hubungan antar anggota sekolah, dan lingkungan akademik yang meliputi kualitas dan mutu pembelajaran. Dengan adanya unsur-unsur iklim organisasi tersebut, maka setiap guru pasti mengharapkan keadaan iklim organisasi yang mendukung agar dapat membantunya dalam bekerja secara optimal sehingga kepuasan kerja dapat dirasakan. Kebutuhan akan adanya iklim organisasi yang mendukung ini dibutuhkan oleh semua guru baik laki-laki maupun perempuan, sehingga hal ini dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru pada aspek iklim organisasi ditinjau dari jenis kelamin. c. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Sosial Ditinjau dari Jenis Kelamin Guru adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, guru tidak terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan sekitarnya, oleh karena itu setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadahi, terutama yang berkaitan dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah tetapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di dalam masyarakat Mulyasa, 2007: 173. Guru laki-laki maupun perempuan harus dapat berinteraksi dan berhubungan secara efektif dengan peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar agar dapat tercipta sebuah hubungan yang harmonis sehingga kepuasan kerja sebagai guru pada aspek sosial dapat dirasakan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek sosial ditinjau dari jenis kelamin. d. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Psikologis Ditinjau dari Jenis Kelamin Salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang adalah faktor psikologis yang meliputi cita-cita dan pandangan hidup, minat dan kemauan, sikap, serta bakat dan kecakapan As’ad, 1978: 66. Setiap pekerja akan bekerja sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya, jika tidak maka dia akan merasakan ketidakpuasan di dalam bekerja. Minat dan bakat di bidang pendidikan tidak hanya dimiliki oleh perempuan saja, tetapi juga laki-laki. Menurut Baxter Kuntjara, 2012: 163, perempuan juga dapat bersikap tegas dan keras untuk menunjukkan profesionalisme sebagai guru, sedangkan laki-laki juga dapat bersifat lembut dan bersahabat dengan para peserta didik.Hal ini dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek psikologis ditinjau dari jenis kelamin. e. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Motivasi Ditinjau dari Jenis Kelamin Motivasi kerja adalah sesuatu yang dapat menimbulkan semangat atau dorongan dalam bekerja. Kuat dan lemahnya motivasi kerja akan menentukan besar kecilnya prestasi Anorogo dan Widiyanti, 1990: 43. Prestasi yang diraih oleh para pekerja akan membuat dirinya semakin merasa puas dan bangga atas pekerjaannya. Motivasi yang membangun dari para pimpinan organisasi sangat dibutuhkan oleh para pekerja, sama halnya dengan guru yang sangat membutuhkan motivasi agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi para peserta didik. Menurut Hempsphill Sahertian, 1994: 59, perilaku pimpinan yang menyenangkan akan membuat guru merasa bertumbuh secara pribadi. Perasaan ini tidak hanya dirasakan oleh guru perempuan saja, melainkan juga guru laki-laki. Hal ini dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek motivasi ditinjau dari jenis kelamin. Selanjutnya untuk hasil pengujian statistik pada keseluruhan aspek kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari jenis kelamin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari jenis kelamin. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang telah disusun tidak didukung oleh data hasil penelitian. Menurut Baxter Kuntjara, 2012: 162-163 terdapat tiga tipe tempat kerja yang berhubungan dengan gender, salah satunya adalah gender multiple corporation , dimana tipe ini menjelaskan bahwa perbedaan gender bukanlah satu-satunya cara untuk membedakan kinerja seseorang. Sikap maskulin dan feminim tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang berlawanan. Setiap orang yang bekerja tidak dinilai berdasarkan gendernya, tetapi berdasarkan kemampuannya masing-masing. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Schustack 2006: 28, dia mengemukakan bahwa perbedaan gender dalam keberhasilan pekerjaan dan profesional bukan didasarkan pada perbedaan kepribadian gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk maju dan berkembang sesuai dengan kebijakan yang ada di dalam profesinya. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Profesi guru adalah profesi yang memerlukan keterampilan khusus dalam hal mengajar dan mendidik. Profesi ini bukan hanya ditekuni oleh perempuan saja, tetapi juga laki-laki. Seorang guru akan memandang profesinya sebagai suatu karier. Dia akan mempunyai komitmen dan kepedulian yang tinggi terhadap profesinya tersebut, yaitu rasa tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi karena tugas tersebut telah menyatu di dalam dirinya Sahertian, 1994: 28. Hal ini akan membuat seorang guru, baik perempuan maupun laki-laki merasa puas dan bangga terhadap profesinya. Kepuasan dan perasaan bangga berprofesi sebagai guru akan lebih dirasakan apabila aspek-aspek kepuasan kerja guru yang meliputi aspek finansial dan non finansial dapat terpenuhi. Perasaan ini tidak hanya dirasakan oleh guru perempuan saja, melainkan juga guru laki-laki. Hal ini dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari jenis kelamin. 2. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Ditinjau dari Lama Menjalani Profesi Hasil pengujian statistik pada setiap aspek kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari lama menjalani profesi adalah sebagai berikut: a. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Finansial Ditinjau dari Lama Menjalani Profesi Manusia memiliki banyak aktivitas yang beragam. Salah satu aktivitas yang dilakukan adalah bekerja. Bekerja memiliki arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan hasil yang dapat dinikmati oleh orang yang bersangkutan. Salah satu faktor yang mendorong seseorang untuk bekerja adalah adanya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Seseorang yang bekerja sebagai guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar terhadap peserta didik. Guru harus mampu mendidik peserta didik dengan cara membimbing, mengajar, dan melatih sehingga peserta didik siap untuk menghadapi masa yang akan datang Sahertian, 1994: 4. Tugas dan tanggung jawab yang besar ini haruslah sepadan dengan kesejahteraan yang diberikan pemerintah kepada para guru. Hal ini erat kaitannya dengan aspek finansial. Seseorang yang belum lama, cukup lama, atau sudah lama menjalani profesi sebagai guru pasti mengharapkan balas jasa berupa gaji dan tunjangan yang adil dan sesuai dengan tugasnya sebagai guru untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan gaji yang sesuai ini maka kepuasan kerja sebagai guru akan dapat dirasakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Widodo 2015: 177, yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan seseorang dalam bekerja adalah faktor gaji. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial ditinjau dari lama menjalani profesi. b. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Iklim Organisasi Ditinjau dari Lama Menjalani Profesi Davis Triatna, 2015: 69 mengemukakan bahwa iklim organisasi adalah kondisi kerja yang dirasakan seseorang berdasarkan interaksinya dengan lingkungan tempat kerjanya. Iklim organisasi dapat mempengaruhi kinerja seseorang, maka dari itu setiap organisasi harus memiliki iklim organisasi yang kondusif agar tujuan organisasi dapat segera tercapai. Sekolah yang memiliki iklim organisasi yang kondusif akan membuat para anggotanya dapat bekerja secara optimal sehingga kepuasan kerja dapat dirasakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Triatna 2015: 111 yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang adalah kondisi kerja yang mendukung. Kondisi kerja yang mendukung ini pastinya dibutuhkan oleh semua guru, baik yang belum lama, cukup lama maupun yang sudah lama menjalani profesinya sebagai guru. Para guru akan sangat terbantu apabila iklim organisasi di sekolah tempat dia bekerja sangat mendukung. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek iklim organisasi ditinjau dari lama menjalani profesi. c. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Sosial Ditinjau dari Lama Menjalani Profesi Hubungan yang baik antar anggota organisasi adalah dambaan bagi setiap pekerja. Para pekerja dapat berinteraksi dan bekerja sama untuk dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan peranannya di dalam organisasi. Sama halnya dengan guru di dalam sekolah. Mereka juga menginginkan hubungan yang baik antar anggota sekolah, baik dengan sesama guru, peserta didik, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Hal ini sangat erat kaitannya dengan aspek sosial. Guru akan merasa puas apabila lingkungan masyarakat sekitarnya mampu membantu iklim kehidupan sosial yang menyenangkan, misalnya pandangan masyarakat terhadap pentingnya pendidikan Sahertian, 1994: 58. Guru juga akan merasa puas apabila dapat bekerja sama dan saling bertukar pengalaman dengan sesama guru dan kepala sekolah. Hal tersebut akan membuat guru semakin terdorong untuk bekerja lebih efektif Sahertian, 1994: 62-63. Kepuasan kerja pada aspek sosial ini dapat dirasakan oleh semua guru, baik guru yang belum lama, cukup lama, atau sudah lama dalam menjalani profesi sebagai guru. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek sosial ditinjau dari lama menjalani profesi. d. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Psikologis Ditinjau dari Lama Menjalani Profesi Setiap orang memiliki perbedaan karakteristik psikis masing- masing, seperti tingkat intelegensi, bakat, minat, kepribadian, motivasi, dan pendidikan As’ad, 1978: 3-5. Menjadi seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, artinya guru harus mampu mengembangkan konsep-konsep berpikir nalar dan problematis serta sistematis Sahertian, 1994: 34. Kemampuan intelektual yang tinggi dapat membuat guru semakin berkembang dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan. Menjadi seorang guru juga harus memiliki bakat dan minat di bidang pendidikan, karena dengan memiliki bakat dan minat tersebut guru akan lebih mudah menguasai hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan. Kesesuaian antara bakat dan pekerjaan akan membuat seseorang semakin berhasil atas pekerjaannya dan tingkat prestasi seseorang ditentukan oleh perpaduan antara bakat dan minat Anoraga dan Suyati, 1995: 9-10. Kemampuan interlektual yang tinggi serta minat dan bakat di bidang pendidikan dimiliki oleh semua guru, baik yang belum lama, cukup lama, dan sudah lama menjalani profesi sebagai guru. Hal ini dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek psikologis ditinjau dari lama menjalani profesi. e. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Motivasi Ditinjau dari Lama Menjalani Profesi Motivasi dapat timbul karena adanya penguatan positif dari para pimpinan organisasi. Kurangnya penguatan positif akan melemahkan semangat para anggota dan dapat menyebabkan hilangnya motivasi. Penguatan positif dapat berupa ucapan terima kasih, pemberian imbalan yang sesuai, penghargaan, perhatian, dan lain sebagainya. Hal ini dapat meningkatkan motivasi pekerja untuk dapat bekerja lebih baik Widodo, 2015: 193-194. Motivasi sangat dibutuhkan oleh semua guru, baik yang belum lama, cukup lama, atau sudah lama dalam menjalani profesi sebagai guru. Motivasi dari pimpinan sangat dibutuhkan karena dapat membuat guru semakin bersemangat dalam mendidik, membimbing, melatih, dan mempersiapkan peserta didik. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek motivasi ditinjau dari lama menjalani profesi. Selanjutnya untuk hasil pengujian statistik pada keseluruhan aspek kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari lama menjalani profesi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari lama menjalani profesi. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang telah disusun tidak didukung oleh data hasil penelitian. Guru yang baik adalah guru yang mempunyai profil yang ideal, Profil guru yang ideal adalah sosok yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan jiwa dan panggilan hati nurani, bukan karena tuntutan uang yang membatasi tugas dan tanggung jawabnya Djamarah, 2005: 42. Profil guru yang ideal ini tidak hanya dimiliki oleh guru yang sudah lama menjalani profesi sebagai guru, tetapi juga dimiliki oleh guru yang belum lama dan cukup lama menjalani profesi sebagai guru. Para guru akan mengabdikan diri seutuhnya demi generasi muda yang lebih baik, hal ini akan dirasakan guru sebagai kepuasan kerja yang sesungguhnya, karena kepuasan kerja sesungguhnya seorang guru adalah dapat melihat anak didiknya sukses dan berhasil di dalam kehidupannya. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari lama menjalani profesi. 3. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Ditinjau dari Status Kepegawaian Hasil pengujian statistik pada setiap aspek kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari status kepegawaian adalah sebagai berikut: a. Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Finansial Ditinjau dari Status Kepegawaian Status kepegawaian guru dikelompokkan menjadi dua yaitu guru PNS dan guru non PNS. Perbedaan di antara keduanya sangat berkaitan dengan hal kesejahteraan yang diberikan oleh pemerintah. Kesejahteraan guru PNS telah diusahakan secara bertahap oleh pemerintah, usaha tersebut meliputi kesejahteraan materiil dan spiritual seperti jaminan hari tua pensiun, bantuan perawatan kesehatan, bantuan kematian, ceramah keagamaan, asuransi sosial dan lain-lain yang serupa dengan itu. Kesejahteraan guru PNS ini telah diatur dan dibina oleh pemerintah pusat Thopa, 2005: 42. Sedangkan untuk guru non PNS tidak mendapatkannya. Penjelasan di atas dapat menegaskan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial ditinjau dari status kepegawaian. b. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Iklim Organisasi Ditinjau dari Status Kepegawaian Lingkungan kerja yang mendukung akan mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat seseorang merasa puas akan pekerjaannya Triatna, 2015: 111. Sama halnya dalam lingkungan sekolah. Sekolah yang memiliki lingkungan kerja atau iklim organisasi yang mendukung akan membuat para guru lebih giat dan bersemangat dalam bekerja. Iklim organisasi yang mendukung ini menjadi harapan bagi semua guru. Loukas Triatna, 2015: 71-72 berpendapat bahwa iklim organisasi di sekolah terdiri dari tiga unsur, yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan akademik sekolah. Guru akan merasakan kepuasan dalam bekerja apabila unsur-unsur iklim organisasi tersebut dapat terpenuhi dengan baik. Kepuasan kerja ini bukan hanya dirasakan oleh guru yang berstatus PNS saja, melainkan juga guru yang berstatus non PNS. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru pada aspek iklim organisasi ditinjau dari status kepegawaian. c. Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Sosial Ditinjau dari Status Kepegawaian Salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang adalah lingkungan sosial Wijono, 2010: 108-117. Lingkungan sosial erat kaitannya dengan interaksi antar anggota organisasi. Seseorang yang bekerja pada lingkungan sosial yang harmonis maka dia akan merasakan kepuasan di dalam bekerja. Sama halnya di lingkungan sekolah. Seorang guru dituntut untuk dapat menjalin hubungan baik antar sesama guru, peserta didik, orang tua atau wali peserta didik, pimpinan, dan masyarakat sekitar. Hal ini akan sangat membantu guru dalam menjalankan tugasnya karena dapat saling bekerja sama. Di sekolah negeri, sebagian besar guru yang mengajar adalah guru PNS dan sisanya adalah guru non PNS. Guru PNS akan lebih memilih bekerja sama dengan sesama guru PNS karena mungkin ada beberapa tugas administrasi dari pimpinan yang perlu dikerjakan dan membutuhkan bantuan dari sesama guru PNS. Hal ini dapat membuat guru non PNS iri karena merasa tidak diberi kesempatan untuk membantu. Hal ini dapat menegaskan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek sosial ditinjau dari status kepegawaian. d. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Psikologis Ditinjau dari Status Kepegawaian Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan yang menyatakan bahwa seseorang telah mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena dia merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan tersebut Sahertian, 1994: 26. Guru merupakan salah satu profesi yang membutuhkan keahlian khusus dalam hal mengajar dan membimbing peserta didik. Setiap guru pasti memiliki keahlian, bakat, dan minat di bidang pendidikan, jika tidak maka guru akan kesulitan dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan hal keguruaan dan pada akhirnya merasa tidak puas akan pekerjaannya tersebut. Menjadi seorang guru adalah sebuah panggilan jiwa untuk mengabdikan diri seutuhnya demi generasi muda yang lebih baik. Hal ini tidak hanya dirasakan oleh guru yang berstatus PNS saja, namun juga guru non PNS. Penjelasan tersebut dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek psikologis ditinjau dari status kepegawaian. e. Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Motivasi Ditinjau dari Status Kepegawaian Kompas 3 Januari 2010 mengemukakan bahwa guru non PNS sangat membutuhkan perlindungan yang sama seperti guru PNS yaitu perlindungan dari segala bentuk ancaman tindakan pelecehan yang dilakukan kepala sekolah dan pemerintah harus segera menerbitkan peraturan untuk melindungi guru non PNS. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat menjelaskan bahwa guru non PNS kurang mendapat perhatian atau motivasi dari para pimpinan. Apabila hal ini tidak segera ditangani maka akan membuat guru non PNS merasa tidak nyaman dan tidak puas dengan pekerjaannya sebagai guru. Penjelasan di atas menegaskan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek motivasi ditinjau dari status kepegawaian. Selanjutnya untuk hasil pengujian statistik pada keseluruhan aspek kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari status kepegawaian menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari status kepegawaian. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang telah disusun didukung oleh data hasil penelitian. Perbedaan antara guru PNS dan non PNS sangat terlihat jelas pada aspek finansial. Hal ini sangat berhubungan dengan kesejahteraan yang diberikan oleh pemerintah khususnya dalam sistem penggajian. Guru PNS memperoleh gaji dari pemerintah yang jumlahnya tetap atau stabil baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta, sedangkan guru yang berstatus non PNS memperoleh gaji yang jumlahnya tergantung dari kebijakan sekolah dimana dia bekerja. Perbedaan ini akan membuat kesejahteraan antara guru PNS dan non PNS juga berbeda. Perbedaan lain juga dapat terlihat dari aspek non finansial seperti aspek iklim organisasi, sosial, psikologis, dan motivasi. Misalnya pada aspek psikologis, guru PNS akan lebih merasa puas dan bangga atas status kepegawaiannya. Menurut Sagala 2013: 11, guru non PNS akan merasa dirinya belum menjadi guru yang sesungguhnya sebelum diangkat menjadi guru PNS. Guru non PNS umumnya tidak memperoleh penghargaan sebagai profesi. Kedudukan mereka sama seperti tenaga kerja lainnya yang mendapat upah atas jam kerja, bukan atas dasar profesional. Hal ini menunjukkan rendahnya penghargaan terhadap profesi guru khususnya untuk guru non PNS. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat menegaskan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari status kepegawaian. 4. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Ditinjau dari Jabatan di Sekolah Hasil pengujian statistik pada setiap aspek kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari jabatan di sekolah adalah sebagai berikut: a. Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Finansial Ditinjau dari Jabatan di Sekolah Jabatan yang ada di dalam lingkungan sekolah antara lain kepala sekolah, wakil kepada sekolah seperti waka humas, waka kurikulum, waka kesiswaan, dan waka sarana prasarana, wali kelas, kepala program studi, kepala tata usaha, dan lain sebagainya. Setiap jabatan memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing. Guru yang memiliki jabatan di sekolah, selain mengajar mata pelajaran yang diampu, dia juga berkewajiban menjalankan tugas dan peranannya sebagai pejabat sekolah, dan sebagai bentuk balas jasa atas tugas tambahannya tersebut maka guru tersebut akan mendapatkan honorarium. Hal ini dapat menegaskan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial ditinjau dari jabatan di sekolah. b. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Iklim Organisasi Ditinjau dari Jabatan di Sekolah Menurut Sahertian 1994: 58, guru-guru akan lebih merasa puas dalam bekerja apabila perlengkapan dan suasana pelayanan terencana dengan baik, adanya biaya untuk membantu kelancaran pengajaran, dan memperoleh bantuan dari pimpinan baik dalam bidang administrasi maupun supervisi pendidikan. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan aspek iklim organisasi. Kepuasan guru dalam aspek iklim organisasi ini bukan hanya diharapkan oleh guru yang memiliki jabatan saja, namun juga guru yang tidak memiliki jabatan di sekolah. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek iklim organisasi ditinjau dari jabatan di sekolah. c. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Sosial Ditinjau dari Jabatan di Sekolah Setiap guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang berhubungan dengan aspek sosial dalam kehidupan sehari-hari, baik di tempat kerja maupun di tempat tinggalnya, misalnya dapat berkomunikasi dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, orang tua atau wali peserta didik, karyawan, dan masyarakat sekitar, baik secara formal maupun informal Danim, 2010: 58. Kemampuan guru dalam aspek sosial ini tidak hanya dimiliki oleh guru yang memiliki jabatan di sekolah saja, melainkan guru yang tidak memiliki jabatan di sekolah. Hal ini dapat menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek sosial ditinjau dari jabatan di sekolah. d. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Psikologis Ditinjau dari Jabatan di Sekolah Seseorang yang bekerja sesuai dengan kemampuan, keahlian, cita-cita, bakat, dan minat yang dimilikinya akan lebih dapat merasakan kepuasan di dalam bekerja. Hal ini sesuai dengan pendapat As’ad 1978: 66 yang mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang adalah faktor psikologis yang meliputi cita-cita dan pandangan hidup, minat dan kemauan, sikap, serta bakat dan kecakapan. Menjadi seorang guru bukan hanya menjadi cita-cita dan minat guru yang memiliki jabatan di sekolah saja, melainkan juga guru yang tidak memiliki jabatan di sekolah. Kemampuan dan keahlian dalam hal mengajar juga tidak hanya dimiliki oleh guru yang memiliki jabatan saja, namun juga guru yang tidak memiliki jabatan di sekolah. Hal ini dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek psikologis ditinjau dari jabatan di sekolah. e. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Motivasi Ditinjau dari Jabatan di Sekolah Pada umumnya semua orang ingin memiliki motivasi yang baik. Tidak ada orang yang memilih menjadi frustasi daripada termotivasi. Pekerjaan dan lingkungan pekerjaan yang merangsang motivasi pasti disenangi dan dihargai oleh semua orang Widodo, 2015: 187. Sama halnya dengan profesi guru. Semua guru pasti ingin memiliki motivasi kerja yang tinggi di dalam pekerjaannya agar dapat bekerja secara optimal. Motivasi kerja seseorang dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Pimpinan yang selalu memotivasi anggotanya menjadi salah satu contoh motivasi yang berasal dari luar. Kerja sama antara pimpinan dan anggota akan meningkatkan dan memelihara motivasi anggota Widodo, 2015: 194. Di dalam lingkungan sekolah, setiap guru baik yang memiliki jabatan di sekolah maupun yang tidak memiliki jabatan di sekolah pasti sangat mengharapkan motivasi yang mendukung dari pimpinan agar dapat lebih bersemangat dalam menjalankan tugas. Penjelasan di atas dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek motivasi ditinjau dari jabatan di sekolah. Selanjutnya untuk hasil pengujian statistik pada keseluruhan aspek kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari jabatan di sekolah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari jabatan di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang telah disusun tidak didukung oleh data hasil penelitian. Pada jaman sekarang ini, hampir semua guru melakukan pekerjaan tambahan di luar kegiatan belajar mengajar di sekolah, misalnya berwirausaha atau bekerja di suatu lembaga atau organisasi tertentu. Hal ini dilakukan para guru karena mereka merasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari apabila hanya dari penghasilan sebagai guru saja Pidarta, 2013: 291. Pekerjaan tambahan ini tidak hanya dilakukan oleh guru yang tidak memiliki jabatan di sekolah, tetapi juga guru yang memiliki jabatan di sekolah meskipun mereka sudah mendapatkan penghasilan tambahan berupa honorarium sebagai bentuk balas jasa akan tugas tambahannya sebagai pejabat sekolah. Dari pernyataan tersebut, jelas bahwa perbedaan jabatan di sekolah tidak mempengaruhi kepuasan guru pada aspek finansial. Perbedaan jabatan di sekolah juga tidak mempengaruhi kepuasan guru terhadap aspek non finansial. Hal ini dapat dijelaskan dengan pendapat Sagala 2013: 12-13, yang menyatakan bahwa hampir semua guru menginginkan kesuksesan pada anak didiknya. Setiap guru akan memberikan perhatian kepada persoalan yang dihadapi anak didiknya, dia tidak memperdulikan hambatan yang dihadapi, yang penting baginya adalah dapat memberikan pelayanan yang memadahi kepada setiap orang di bawah tanggung jawabnya. Sikap dan sifat seperti inilah yang tetap dicerminkan oleh guru, karena menjadi seorang guru adalah sebuah panggilan jiwa. Seseorang yang bekerja karena panggilan jiwa dan bukan karena paksaan orang lain, dia akan dapat bekerja secara opimal dan kepuasan di dalam bekerja dapat dirasakan. Perasaan ini tidak hanya dirasakan oleh guru yang memiliki jabatan di sekolah saja, namun juga guru yang tidak memiliki jabatan di sekolah. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari jabatan di sekolah. 5. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Ditinjau dari Status Sertifikasi Hasil pengujian statistik pada setiap aspek kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari status sertifikasi adalah sebagai berikut: a. Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Finansial Ditinjau dari Status Sertifikasi Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 15 dan 16, guru yang telah bersertifikat selain mendapatkan gaji dan tunjangan-tunjangan lain yang melekat pada gaji serta maslahat-maslahat tambahan lain, berhak juga mendapatkan tunjangan profesional sebesar satu kali gaji pokok Payong, 2011: 23, artinya bahwa tingkat kesejahteraan finansial guru yang telah bersertifikat akan lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang belum bersertifikat. As’ad 1978: 65 mengemukakan bahwa faktor finansial menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja seseorang, hal ini dapat menegaskan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial ditinjau dari status sertifikasi. b. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Iklim Organisasi Ditinjau dari Status Sertifikasi Lingkungan kerja atau iklim organisasi yang menyenangkan adalah dambaan bagi setiap pekerja, karena iklim organisasi yang demikian dapat mendukungnya dalam bekerja sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara optimal. Sama halnya dengan guru yang pasti mengharapkan adanya iklim sekolah yang menyenangkan agar dapat mengajar dan membimbing peserta didik dengan baik. Iklim organisasi yang mendukung menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang Triatna, 2015: 111. Semua guru, baik yang telah bersertifikasi maupun yang belum bersertifikat pasti mengharapkan bekerja pada sekolah yang memiliki iklim organisasi yang mendukung. Hal ini dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek iklim organisasi ditinjau dari status sertifikasi. c. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Sosial Ditinjau dari Status Sertifikasi Semua guru dituntut harus memiliki kompetensi sosial. Menurut Mulyasa 2013: 42, kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua atau wali peserta didik, dan masyarakat. Kompetensi sosial harus dijalankan dengan baik oleh semua guru, baik guru yang telah bersertifikat maupun yang belum bersertifikat agar mereka dapat berinteraksi dan bekerja sama dengan berbagai belah pihak. Hal ini akan membuat seorang guru merasa puas akan profesinya. Hal ini sesuai dengan pendapat As’ad 1978: 66 yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang adalah faktor sosial. Penjelasan di atas dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek sosial ditinjau dari status sertifikasi. d. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Psikologis Ditinjau dari Status Sertifikasi Salah satu prinsip profesi guru dalam pasal 7 UU 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen adalah memiliki bakat, minat, dan panggilan jiwa Rimang, 2011: 24. Berdasarkan pernyataan tersebut jelas bahwa setiap guru harus memiliki bakat dan minat dalam bidang pendidikan serta dapat memahami profesi guru sebagai panggilan jiwa. Bakat, minat, dan panggilan jiwa ini tidak hanya dimiliki oleh guru yang bersertifikat saja, namun juga guru yang belum bersertifikat. Seseorang yang bekerja sesuai dengan kepribadiannya, maka dia akan lebih merasa puas dengan pekerjaannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Triatna 2015: 111, yang menyatakan bahwa kepribadian seseorang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek psikologis ditinjau status sertifikasi. e. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Motivasi Ditinjau dari Status Sertifikasi Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seorang adalah motivasi Widodo, 2015: 186. Motivasi dibutuhkan oleh semua pekerja sebagai penyemangat agar dapat bekerja lebih giat. Peran seorang pimpinan untuk memotivasi para anggotanya sangat dibutuhkan. Pimpinan yang selalu menghargai dan mengucapkan terima kasih kepada anggotanya yang telah menyelesaikan tugas akan dapat memelihara motivasi anggotanya Widodo, 2015: 193. Dengan demikian maka kepuasan kerja dapat dirasakan. Sama halnya dalam lingkungan sekolah, setiap guru baik guru yang sudah bersertifikat maupun yang belum bersertifikat pasti membutuhkan motivasi dari pimpinan agar dapat menjalankan tugas keguruannya secara optimal. Hal ini dapat menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek motivasi ditinjau dari status sertifikasi. Selanjutnya untuk hasil pengujian statistik pada keseluruhan aspek kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari status sertifikasi menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari status sertifikasi. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang telah disusun didukung oleh data hasil penelitian. Program sertifikasi guru adalah salah satu program pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru. Program ini bertujuan untuk memberikan jaminan atau kepastian tentang status profesionalisme guru dan juga menunjukkan bahwa pemegang lisensi atau sertifikat memiliki kemampuan tertentu dalam memberikan layanan profesional kepada masyarakat. Salah satu manfaat program sertifikasi guru adalah untuk meningkatkan kesejahteraan guru terutama dalam hal finansial. Pemerintah sudah menetapkan aturan bahwa guru yang telah bersertifikat berhak untuk mendapatkan tunjangan profesional setara dengan gaji pokok satu bulan Payong, 2011: 76-78. Kesejahteraan guru yang telah bersertifikat ini akan membuat dia semakin merasa puas akan pekerjaannya. Hal ini dapat menjelaskan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial pada guru yang telah bersertifikat dengan guru yang belum bersertifikat. Pada aspek non finansial seperti aspek iklim organisasi, sosial, psikologis, dan motivasi juga terdapat perbedaan mengenai tingkat kepuasan guru terhadap profesinya. Menurut Payong 2011: 86 guru yang telah bersertifikat akan lebih diakui oleh masyarakat sebagai guru yang memiliki keahlian dan kompetensi yang dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, hal ini berkaitan dengan aspek sosial. Pada aspek psikologis, guru yang telah bersertifikat akan memiliki kebanggaan terhadap profesi dan tugas mulianya sebagai guru. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat menegaskan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari status sertifikasi. 147

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial guru-guru SMK Negeri di wilayah Kota Yogyakarta ditinjau dari jenis kelamin. Hasil penelitian ini dibuktikan dengan nilai Sig. 2-tailed lebih besar dari alpha 0,05 0,173 0,05. Apabila dilihat dari setiap aspek kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari jenis kelamin maka dapat disimpulkan: a. Ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial ditinjau dari jenis kelamin. Hasil penelitian ini dibuktikan dengan nilai Z hitung lebih kecil dari Z tabel -2,784 -1,96 dan nilai Asymptotic sig. 2-tailed lebih kecil dari alpha 0,05 0,005 0,05. b. Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek iklim organisasi ditinjau dari jenis kelamin. Hasil penelitian ini dibuktikan dengan nilai Sig. 2-tailed lebih besar dari alpha 0,05 0,175 0,05. c. Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek sosial ditinjau dari jenis kelamin. Hasil penelitian ini dibuktikan

Dokumen yang terkait

oAnalisis Itompetensi Ciuru SMK PUSTEI( Serpong

1 5 243

Analisis Pengaruh Penghargaan Finansial dan Non Finansial Terhadap Motivasi Kerja Guru di SMK Wikarya Karanganyar

0 4 8

PEMBERDAYAAN GURU DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) SAKTI GEMOLONG Pemberdayaan Guru di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Sakti Gemolong Kabupaten Sragen.

0 4 16

PEMBERDAYAAN GURU DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) SAKTI GEMOLONG Pemberdayaan Guru di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Sakti Gemolong Kabupaten Sragen.

0 3 15

Tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial penelitian dilakukan pada guru-guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di wilayah Kota Yogyakarta.

0 1 328

Tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial (survey dilakukan pada guru guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Kulon Progo)

0 0 314

Tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial. Survei dilakukan pada guru guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta di Kabupaten Sleman

0 3 314

Tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial. Survey dilakukan pada guru guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di wilayah Kota Yogyakarta

0 1 318

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN KOMPENSASI NON FINANSIAL TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KABUPATEN SLEMAN.

0 1 212

PENYIKAPAN GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) ipi55899

0 1 14