kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek psikologis ditinjau dari status sertifikasi.
Diketahui nilai Z hitung kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek motivasi ditinjau dari status sertifikasi sebesar -0,998 dengan
nilai
Asymptotic Sig. 2-tailed
sebesar 0,318. Pada
alpha
0,05, diketahui bahwa nilai Z tabel adalah -1,96. Berdasarkan hasil tersebut,
nilai Z hitung lebih besar dari Z tabel -0,998 -1,96 dan nilai
Asymptotic Sig. 2-tailed
lebih besar dari
alpha
0,05 0,318 0,05. Hal ini berarti bahwa Ho diterima dan Ha tidak diterima. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek motivasi ditinjau dari
status sertifikasi.
C. Pembahasan
1. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Ditinjau dari Jenis Kelamin
Hasil pengujian statistik pada setiap aspek kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari jenis kelamin adalah sebagai berikut:
a. Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada
Aspek Finansial Ditinjau dari Jenis Kelamin Semua orang pasti mengharapkan kompensasi yang adil dan
layak atas pekerjaan yang telah dia lakukan agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Besar kecilnya kompensasi yang diperoleh
menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang
As’ad, 1978: 65. Kebutuhan hidup laki-laki dan perempuan berbeda jika dilihat
dari peranannya di dalam keluarga. Menurut Eagly Schustack, 2006: 32, terdapat perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan. Peran
perempuan di dalam keluarga biasanya menjadi seorang ibu rumah tangga, sedangkan laki-laki berperan sebagai pencari nafkah utama
dalam keluarga dan menjadi seorang ayah. Hal ini menjelaskan bahwa laki-laki mempunyai kewajiban untuk menafkahi keluarganya
sehingga dia akan lebih banyak membutuhkan penghasilan dibandingkan dengan perempuan.
Sama halnya dengan berprofesi sebagai guru. Guru laki-laki akan merasakan kepuasan kerja apabila mendapatkan penghasilan yang
tinggi, karena penghasilan tersebut harus dibagi untuk menafkahi keluarganya dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri,
sedangkan penghasilan yang diperoleh guru perempuan tidak terlalu mempengaruhi kepuasannya di dalam bekerja. Hal ini dapat
menegaskan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial ditinjau dari jenis kelamin.
b. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya
Pada Aspek Iklim Organisasi Ditinjau dari Jenis Kelamin Menurut Loukas Triatna, 2015: 71-72, iklim organisasi di
dalam sekolah terdiri dari tiga unsur, yaitu lingkungan fisik yang
meliputi tampilan fisik sekolah, lingkungan sosial yang meliputi hubungan antar anggota sekolah, dan lingkungan akademik yang
meliputi kualitas dan mutu pembelajaran. Dengan adanya unsur-unsur iklim organisasi tersebut, maka setiap guru pasti mengharapkan
keadaan iklim organisasi yang mendukung agar dapat membantunya dalam bekerja secara optimal sehingga kepuasan kerja dapat dirasakan.
Kebutuhan akan adanya iklim organisasi yang mendukung ini dibutuhkan oleh semua guru baik laki-laki maupun perempuan,
sehingga hal ini dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru pada aspek iklim organisasi ditinjau dari jenis kelamin.
c. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya
Pada Aspek Sosial Ditinjau dari Jenis Kelamin Guru adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, guru tidak
terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan sekitarnya, oleh karena itu setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial
yang memadahi, terutama yang berkaitan dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah tetapi juga pada
pendidikan yang terjadi dan berlangsung di dalam masyarakat Mulyasa, 2007: 173.
Guru laki-laki maupun perempuan harus dapat berinteraksi dan berhubungan secara efektif dengan peserta didik, sesama guru, orang
tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar agar dapat tercipta
sebuah hubungan yang harmonis sehingga kepuasan kerja sebagai guru pada aspek sosial dapat dirasakan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada
aspek sosial ditinjau dari jenis kelamin. d.
Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Psikologis Ditinjau dari Jenis Kelamin
Salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang adalah faktor psikologis yang meliputi cita-cita dan pandangan hidup,
minat dan kemauan, sikap, serta bakat dan kecakapan As’ad, 1978: 66. Setiap pekerja akan bekerja sesuai dengan minat dan bakat yang
dimilikinya, jika tidak maka dia akan merasakan ketidakpuasan di dalam bekerja.
Minat dan bakat di bidang pendidikan tidak hanya dimiliki oleh perempuan saja, tetapi juga laki-laki. Menurut Baxter Kuntjara, 2012:
163, perempuan juga dapat bersikap tegas dan keras untuk menunjukkan profesionalisme sebagai guru, sedangkan laki-laki juga
dapat bersifat lembut dan bersahabat dengan para peserta didik.Hal ini dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru
terhadap profesinya pada aspek psikologis ditinjau dari jenis kelamin.
e. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya
Pada Aspek Motivasi Ditinjau dari Jenis Kelamin Motivasi kerja adalah sesuatu yang dapat menimbulkan
semangat atau dorongan dalam bekerja. Kuat dan lemahnya motivasi kerja akan menentukan besar kecilnya prestasi Anorogo dan
Widiyanti, 1990: 43. Prestasi yang diraih oleh para pekerja akan membuat dirinya semakin merasa puas dan bangga atas pekerjaannya.
Motivasi yang membangun dari para pimpinan organisasi sangat dibutuhkan oleh para pekerja, sama halnya dengan guru yang sangat
membutuhkan motivasi agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi para peserta didik. Menurut Hempsphill Sahertian, 1994: 59,
perilaku pimpinan yang menyenangkan akan membuat guru merasa bertumbuh secara pribadi. Perasaan ini tidak hanya dirasakan oleh guru
perempuan saja, melainkan juga guru laki-laki. Hal ini dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru
terhadap profesinya pada aspek motivasi ditinjau dari jenis kelamin. Selanjutnya untuk hasil pengujian statistik pada keseluruhan aspek
kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari jenis kelamin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap
profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari jenis kelamin. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang telah disusun tidak
didukung oleh data hasil penelitian.
Menurut Baxter Kuntjara, 2012: 162-163 terdapat tiga tipe tempat kerja yang berhubungan dengan gender, salah satunya adalah
gender multiple corporation
, dimana tipe ini menjelaskan bahwa perbedaan gender bukanlah satu-satunya cara untuk membedakan kinerja seseorang.
Sikap maskulin dan feminim tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang berlawanan. Setiap orang yang bekerja tidak dinilai berdasarkan
gendernya, tetapi berdasarkan kemampuannya masing-masing. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Schustack 2006: 28, dia
mengemukakan bahwa perbedaan gender dalam keberhasilan pekerjaan dan profesional bukan didasarkan pada perbedaan kepribadian gender.
Laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk maju dan berkembang sesuai dengan kebijakan yang ada di dalam profesinya.
Dari pernyataan tersebut jelas bahwa perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi kepuasan kerja seseorang.
Profesi guru adalah profesi yang memerlukan keterampilan khusus dalam hal mengajar dan mendidik. Profesi ini bukan hanya ditekuni oleh
perempuan saja, tetapi juga laki-laki. Seorang guru akan memandang profesinya sebagai suatu karier. Dia akan mempunyai komitmen dan
kepedulian yang tinggi terhadap profesinya tersebut, yaitu rasa tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi karena tugas tersebut telah menyatu di
dalam dirinya Sahertian, 1994: 28. Hal ini akan membuat seorang guru, baik perempuan maupun laki-laki merasa puas dan bangga terhadap
profesinya.
Kepuasan dan perasaan bangga berprofesi sebagai guru akan lebih dirasakan apabila aspek-aspek kepuasan kerja guru yang meliputi aspek
finansial dan non finansial dapat terpenuhi. Perasaan ini tidak hanya dirasakan oleh guru perempuan saja, melainkan juga guru laki-laki. Hal ini
dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari
jenis kelamin.
2. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Ditinjau dari Lama
Menjalani Profesi Hasil pengujian statistik pada setiap aspek kepuasan guru terhadap
profesinya ditinjau dari lama menjalani profesi adalah sebagai berikut: a.
Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Finansial Ditinjau dari Lama Menjalani Profesi
Manusia memiliki banyak aktivitas yang beragam. Salah satu aktivitas yang dilakukan adalah bekerja. Bekerja memiliki arti
melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan hasil yang dapat dinikmati oleh orang yang bersangkutan. Salah satu faktor yang
mendorong seseorang untuk bekerja adalah adanya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi.
Seseorang yang bekerja sebagai guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar terhadap peserta didik. Guru harus mampu
mendidik peserta didik dengan cara membimbing, mengajar, dan
melatih sehingga peserta didik siap untuk menghadapi masa yang akan datang Sahertian, 1994: 4. Tugas dan tanggung jawab yang besar ini
haruslah sepadan dengan kesejahteraan yang diberikan pemerintah kepada para guru. Hal ini erat kaitannya dengan aspek finansial.
Seseorang yang belum lama, cukup lama, atau sudah lama menjalani profesi sebagai guru pasti mengharapkan balas jasa berupa
gaji dan tunjangan yang adil dan sesuai dengan tugasnya sebagai guru untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan gaji yang sesuai ini
maka kepuasan kerja sebagai guru akan dapat dirasakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Widodo 2015: 177, yang menyatakan bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi kepuasan seseorang dalam bekerja adalah faktor gaji.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada
aspek finansial ditinjau dari lama menjalani profesi. b.
Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Iklim Organisasi Ditinjau dari Lama Menjalani Profesi
Davis Triatna, 2015: 69 mengemukakan bahwa iklim organisasi adalah kondisi kerja yang dirasakan seseorang berdasarkan
interaksinya dengan lingkungan tempat kerjanya. Iklim organisasi dapat mempengaruhi kinerja seseorang, maka dari itu setiap organisasi
harus memiliki iklim organisasi yang kondusif agar tujuan organisasi dapat segera tercapai.
Sekolah yang memiliki iklim organisasi yang kondusif akan membuat para anggotanya dapat bekerja secara optimal sehingga
kepuasan kerja dapat dirasakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Triatna 2015: 111 yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja seseorang adalah kondisi kerja yang mendukung. Kondisi kerja yang mendukung ini pastinya dibutuhkan
oleh semua guru, baik yang belum lama, cukup lama maupun yang sudah lama menjalani profesinya sebagai guru. Para guru akan sangat
terbantu apabila iklim organisasi di sekolah tempat dia bekerja sangat mendukung.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada
aspek iklim organisasi ditinjau dari lama menjalani profesi. c.
Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Sosial Ditinjau dari Lama Menjalani Profesi
Hubungan yang baik antar anggota organisasi adalah dambaan bagi setiap pekerja. Para pekerja dapat berinteraksi dan bekerja sama
untuk dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan peranannya di dalam organisasi. Sama halnya dengan guru di dalam
sekolah. Mereka juga menginginkan hubungan yang baik antar anggota sekolah, baik dengan sesama guru, peserta didik, orang tua atau wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Hal ini sangat erat kaitannya dengan aspek sosial.
Guru akan merasa puas apabila lingkungan masyarakat sekitarnya mampu membantu iklim kehidupan sosial yang
menyenangkan, misalnya pandangan masyarakat terhadap pentingnya pendidikan Sahertian, 1994: 58. Guru juga akan merasa puas apabila
dapat bekerja sama dan saling bertukar pengalaman dengan sesama guru dan kepala sekolah. Hal tersebut akan membuat guru semakin
terdorong untuk bekerja lebih efektif Sahertian, 1994: 62-63. Kepuasan kerja pada aspek sosial ini dapat dirasakan oleh semua
guru, baik guru yang belum lama, cukup lama, atau sudah lama dalam menjalani profesi sebagai guru. Berdasarkan penjelasan tersebut maka
dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek sosial ditinjau dari lama menjalani
profesi. d.
Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Psikologis Ditinjau dari Lama Menjalani Profesi
Setiap orang memiliki perbedaan karakteristik psikis masing- masing, seperti tingkat intelegensi, bakat, minat, kepribadian, motivasi,
dan pendidikan As’ad, 1978: 3-5. Menjadi seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, artinya guru harus mampu
mengembangkan konsep-konsep berpikir nalar dan problematis serta sistematis Sahertian, 1994: 34. Kemampuan intelektual yang tinggi
dapat membuat guru semakin berkembang dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan.
Menjadi seorang guru juga harus memiliki bakat dan minat di bidang pendidikan, karena dengan memiliki bakat dan minat tersebut
guru akan lebih mudah menguasai hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan. Kesesuaian antara bakat dan pekerjaan akan membuat
seseorang semakin berhasil atas pekerjaannya dan tingkat prestasi seseorang ditentukan oleh perpaduan antara bakat dan minat Anoraga
dan Suyati, 1995: 9-10. Kemampuan interlektual yang tinggi serta minat dan bakat di
bidang pendidikan dimiliki oleh semua guru, baik yang belum lama, cukup lama, dan sudah lama menjalani profesi sebagai guru. Hal ini
dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek psikologis ditinjau dari lama menjalani
profesi. e.
Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Motivasi Ditinjau dari Lama Menjalani Profesi
Motivasi dapat timbul karena adanya penguatan positif dari para pimpinan organisasi. Kurangnya penguatan positif akan melemahkan
semangat para anggota dan dapat menyebabkan hilangnya motivasi. Penguatan positif dapat berupa ucapan terima kasih, pemberian
imbalan yang sesuai, penghargaan, perhatian, dan lain sebagainya. Hal ini dapat meningkatkan motivasi pekerja untuk dapat bekerja lebih
baik Widodo, 2015: 193-194.
Motivasi sangat dibutuhkan oleh semua guru, baik yang belum lama, cukup lama, atau sudah lama dalam menjalani profesi sebagai
guru. Motivasi dari pimpinan sangat dibutuhkan karena dapat membuat guru semakin bersemangat dalam mendidik, membimbing, melatih,
dan mempersiapkan peserta didik. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat menegaskan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada
aspek motivasi ditinjau dari lama menjalani profesi.
Selanjutnya untuk hasil pengujian statistik pada keseluruhan aspek kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari lama menjalani profesi
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari lama
menjalani profesi. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang telah disusun tidak didukung oleh data hasil penelitian.
Guru yang baik adalah guru yang mempunyai profil yang ideal, Profil guru yang ideal adalah sosok yang mengabdikan diri berdasarkan
panggilan jiwa dan panggilan hati nurani, bukan karena tuntutan uang yang membatasi tugas dan tanggung jawabnya Djamarah, 2005: 42.
Profil guru yang ideal ini tidak hanya dimiliki oleh guru yang sudah lama menjalani profesi sebagai guru, tetapi juga dimiliki oleh guru yang belum
lama dan cukup lama menjalani profesi sebagai guru. Para guru akan mengabdikan diri seutuhnya demi generasi muda yang lebih baik, hal ini
akan dirasakan guru sebagai kepuasan kerja yang sesungguhnya, karena
kepuasan kerja sesungguhnya seorang guru adalah dapat melihat anak didiknya sukses dan berhasil di dalam kehidupannya.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek
finansial dan non finansial ditinjau dari lama menjalani profesi.
3. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Ditinjau dari Status
Kepegawaian Hasil pengujian statistik pada setiap aspek kepuasan guru terhadap
profesinya ditinjau dari status kepegawaian adalah sebagai berikut: a.
Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Finansial Ditinjau dari Status Kepegawaian
Status kepegawaian guru dikelompokkan menjadi dua yaitu guru PNS dan guru non PNS. Perbedaan di antara keduanya sangat
berkaitan dengan hal kesejahteraan yang diberikan oleh pemerintah. Kesejahteraan guru PNS telah diusahakan secara bertahap oleh
pemerintah, usaha tersebut meliputi kesejahteraan materiil dan spiritual seperti jaminan hari tua pensiun, bantuan perawatan kesehatan,
bantuan kematian, ceramah keagamaan, asuransi sosial dan lain-lain yang serupa dengan itu. Kesejahteraan guru PNS ini telah diatur dan
dibina oleh pemerintah pusat Thopa, 2005: 42. Sedangkan untuk guru non PNS tidak mendapatkannya.
Penjelasan di atas dapat menegaskan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial
ditinjau dari status kepegawaian. b.
Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Iklim Organisasi Ditinjau dari Status Kepegawaian
Lingkungan kerja yang mendukung akan mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini
menjadi salah satu faktor yang membuat seseorang merasa puas akan pekerjaannya Triatna, 2015: 111. Sama halnya dalam lingkungan
sekolah. Sekolah yang memiliki lingkungan kerja atau iklim organisasi yang mendukung akan membuat para guru lebih giat dan bersemangat
dalam bekerja. Iklim organisasi yang mendukung ini menjadi harapan bagi semua guru.
Loukas Triatna, 2015: 71-72 berpendapat bahwa iklim organisasi di sekolah terdiri dari tiga unsur, yaitu lingkungan fisik,
lingkungan sosial, dan lingkungan akademik sekolah. Guru akan merasakan kepuasan dalam bekerja apabila unsur-unsur iklim
organisasi tersebut dapat terpenuhi dengan baik. Kepuasan kerja ini bukan hanya dirasakan oleh guru yang berstatus PNS saja, melainkan
juga guru yang berstatus non PNS. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat menegaskan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru pada aspek iklim organisasi ditinjau dari status kepegawaian.
c. Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada
Aspek Sosial Ditinjau dari Status Kepegawaian Salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang
adalah lingkungan sosial Wijono, 2010: 108-117. Lingkungan sosial erat kaitannya dengan interaksi antar anggota organisasi. Seseorang
yang bekerja pada lingkungan sosial yang harmonis maka dia akan merasakan kepuasan di dalam bekerja. Sama halnya di lingkungan
sekolah. Seorang guru dituntut untuk dapat menjalin hubungan baik antar sesama guru, peserta didik, orang tua atau wali peserta didik,
pimpinan, dan masyarakat sekitar. Hal ini akan sangat membantu guru dalam menjalankan tugasnya karena dapat saling bekerja sama.
Di sekolah negeri, sebagian besar guru yang mengajar adalah guru PNS dan sisanya adalah guru non PNS. Guru PNS akan lebih
memilih bekerja sama dengan sesama guru PNS karena mungkin ada beberapa tugas administrasi dari pimpinan yang perlu dikerjakan dan
membutuhkan bantuan dari sesama guru PNS. Hal ini dapat membuat guru non PNS iri karena merasa tidak diberi kesempatan untuk
membantu. Hal ini dapat menegaskan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek sosial ditinjau dari
status kepegawaian.
d. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya
Pada Aspek Psikologis Ditinjau dari Status Kepegawaian Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan yang
menyatakan bahwa seseorang telah mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena dia merasa terpanggil untuk menjabat
pekerjaan tersebut Sahertian, 1994: 26. Guru merupakan salah satu profesi yang membutuhkan keahlian khusus dalam hal mengajar dan
membimbing peserta didik. Setiap guru pasti memiliki keahlian, bakat, dan minat di bidang pendidikan, jika tidak maka guru akan kesulitan
dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan hal keguruaan dan pada akhirnya merasa tidak puas akan pekerjaannya tersebut.
Menjadi seorang guru adalah sebuah panggilan jiwa untuk mengabdikan diri seutuhnya demi generasi muda yang lebih baik. Hal
ini tidak hanya dirasakan oleh guru yang berstatus PNS saja, namun juga guru non PNS. Penjelasan tersebut dapat menegaskan bahwa tidak
ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek psikologis ditinjau dari status kepegawaian.
e. Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada
Aspek Motivasi Ditinjau dari Status Kepegawaian Kompas 3 Januari 2010 mengemukakan bahwa guru non PNS
sangat membutuhkan perlindungan yang sama seperti guru PNS yaitu perlindungan dari segala bentuk ancaman tindakan pelecehan yang
dilakukan kepala sekolah dan pemerintah harus segera menerbitkan
peraturan untuk melindungi guru non PNS. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat menjelaskan bahwa guru non PNS kurang mendapat
perhatian atau motivasi dari para pimpinan. Apabila hal ini tidak segera ditangani maka akan membuat guru non PNS merasa tidak
nyaman dan tidak puas dengan pekerjaannya sebagai guru. Penjelasan di atas menegaskan bahwa ada perbedaan tingkat
kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek motivasi ditinjau dari status kepegawaian.
Selanjutnya untuk hasil pengujian statistik pada keseluruhan aspek kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari status kepegawaian
menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari status
kepegawaian. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang telah disusun didukung oleh data hasil penelitian.
Perbedaan antara guru PNS dan non PNS sangat terlihat jelas pada aspek finansial. Hal ini sangat berhubungan dengan kesejahteraan yang
diberikan oleh pemerintah khususnya dalam sistem penggajian. Guru PNS memperoleh gaji dari pemerintah yang jumlahnya tetap atau stabil baik di
sekolah negeri maupun sekolah swasta, sedangkan guru yang berstatus non PNS memperoleh gaji yang jumlahnya tergantung dari kebijakan sekolah
dimana dia bekerja. Perbedaan ini akan membuat kesejahteraan antara guru PNS dan non PNS juga berbeda.
Perbedaan lain juga dapat terlihat dari aspek non finansial seperti aspek iklim organisasi, sosial, psikologis, dan motivasi. Misalnya pada
aspek psikologis, guru PNS akan lebih merasa puas dan bangga atas status kepegawaiannya. Menurut Sagala 2013: 11, guru non PNS akan merasa
dirinya belum menjadi guru yang sesungguhnya sebelum diangkat menjadi guru PNS. Guru non PNS umumnya tidak memperoleh penghargaan
sebagai profesi. Kedudukan mereka sama seperti tenaga kerja lainnya yang mendapat upah atas jam kerja, bukan atas dasar profesional. Hal ini
menunjukkan rendahnya penghargaan terhadap profesi guru khususnya untuk guru non PNS.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat menegaskan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial
dan non finansial ditinjau dari status kepegawaian.
4. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Ditinjau dari Jabatan di
Sekolah Hasil pengujian statistik pada setiap aspek kepuasan guru terhadap
profesinya ditinjau dari jabatan di sekolah adalah sebagai berikut: a.
Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Finansial Ditinjau dari Jabatan di Sekolah
Jabatan yang ada di dalam lingkungan sekolah antara lain kepala sekolah, wakil kepada sekolah seperti waka humas, waka kurikulum,
waka kesiswaan, dan waka sarana prasarana, wali kelas, kepala
program studi, kepala tata usaha, dan lain sebagainya. Setiap jabatan memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing.
Guru yang memiliki jabatan di sekolah, selain mengajar mata pelajaran yang diampu, dia juga berkewajiban menjalankan tugas dan
peranannya sebagai pejabat sekolah, dan sebagai bentuk balas jasa atas tugas tambahannya tersebut maka guru tersebut akan mendapatkan
honorarium. Hal ini dapat menegaskan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial
ditinjau dari jabatan di sekolah. b.
Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Iklim Organisasi Ditinjau dari Jabatan di Sekolah
Menurut Sahertian 1994: 58, guru-guru akan lebih merasa puas dalam bekerja apabila perlengkapan dan suasana pelayanan terencana
dengan baik, adanya biaya untuk membantu kelancaran pengajaran, dan memperoleh bantuan dari pimpinan baik dalam bidang
administrasi maupun supervisi pendidikan. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan aspek iklim organisasi. Kepuasan guru dalam aspek
iklim organisasi ini bukan hanya diharapkan oleh guru yang memiliki jabatan saja, namun juga guru yang tidak memiliki jabatan di sekolah.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada
aspek iklim organisasi ditinjau dari jabatan di sekolah.
c. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya
Pada Aspek Sosial Ditinjau dari Jabatan di Sekolah Setiap guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang
berhubungan dengan aspek sosial dalam kehidupan sehari-hari, baik di tempat kerja maupun di tempat tinggalnya, misalnya dapat
berkomunikasi dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, orang tua atau wali peserta didik, karyawan, dan masyarakat sekitar,
baik secara formal maupun informal Danim, 2010: 58. Kemampuan guru dalam aspek sosial ini tidak hanya dimiliki oleh guru yang
memiliki jabatan di sekolah saja, melainkan guru yang tidak memiliki jabatan di sekolah. Hal ini dapat menjelaskan bahwa tidak ada
perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek sosial ditinjau dari jabatan di sekolah.
d. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya
Pada Aspek Psikologis Ditinjau dari Jabatan di Sekolah Seseorang yang bekerja sesuai dengan kemampuan, keahlian,
cita-cita, bakat, dan minat yang dimilikinya akan lebih dapat merasakan kepuasan di dalam bekerja. Hal ini sesuai dengan pendapat
As’ad 1978: 66 yang mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang adalah faktor psikologis yang
meliputi cita-cita dan pandangan hidup, minat dan kemauan, sikap, serta bakat dan kecakapan.
Menjadi seorang guru bukan hanya menjadi cita-cita dan minat guru yang memiliki jabatan di sekolah saja, melainkan juga guru yang
tidak memiliki jabatan di sekolah. Kemampuan dan keahlian dalam hal mengajar juga tidak hanya dimiliki oleh guru yang memiliki jabatan
saja, namun juga guru yang tidak memiliki jabatan di sekolah. Hal ini dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru
terhadap profesinya pada aspek psikologis ditinjau dari jabatan di sekolah.
e. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya
Pada Aspek Motivasi Ditinjau dari Jabatan di Sekolah Pada umumnya semua orang ingin memiliki motivasi yang baik.
Tidak ada orang yang memilih menjadi frustasi daripada termotivasi. Pekerjaan dan lingkungan pekerjaan yang merangsang motivasi pasti
disenangi dan dihargai oleh semua orang Widodo, 2015: 187. Sama halnya dengan profesi guru. Semua guru pasti ingin memiliki motivasi
kerja yang tinggi di dalam pekerjaannya agar dapat bekerja secara optimal. Motivasi kerja seseorang dapat berasal dari dalam diri sendiri
maupun dari luar. Pimpinan yang selalu memotivasi anggotanya menjadi salah satu
contoh motivasi yang berasal dari luar. Kerja sama antara pimpinan dan anggota akan meningkatkan dan memelihara motivasi anggota
Widodo, 2015: 194. Di dalam lingkungan sekolah, setiap guru baik yang memiliki jabatan di sekolah maupun yang tidak memiliki jabatan
di sekolah pasti sangat mengharapkan motivasi yang mendukung dari pimpinan agar dapat lebih bersemangat dalam menjalankan tugas.
Penjelasan di atas dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek motivasi
ditinjau dari jabatan di sekolah. Selanjutnya untuk hasil pengujian statistik pada keseluruhan aspek
kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari jabatan di sekolah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap
profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari jabatan di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang telah disusun tidak
didukung oleh data hasil penelitian. Pada jaman sekarang ini, hampir semua guru melakukan pekerjaan
tambahan di luar kegiatan belajar mengajar di sekolah, misalnya berwirausaha atau bekerja di suatu lembaga atau organisasi tertentu. Hal
ini dilakukan para guru karena mereka merasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari apabila hanya dari penghasilan
sebagai guru saja Pidarta, 2013: 291. Pekerjaan tambahan ini tidak hanya dilakukan oleh guru yang tidak memiliki jabatan di sekolah, tetapi juga
guru yang memiliki jabatan di sekolah meskipun mereka sudah mendapatkan penghasilan tambahan berupa honorarium sebagai bentuk
balas jasa akan tugas tambahannya sebagai pejabat sekolah. Dari pernyataan tersebut, jelas bahwa perbedaan jabatan di sekolah tidak
mempengaruhi kepuasan guru pada aspek finansial.
Perbedaan jabatan di sekolah juga tidak mempengaruhi kepuasan guru terhadap aspek non finansial. Hal ini dapat dijelaskan dengan
pendapat Sagala 2013: 12-13, yang menyatakan bahwa hampir semua guru menginginkan kesuksesan pada anak didiknya. Setiap guru akan
memberikan perhatian kepada persoalan yang dihadapi anak didiknya, dia tidak memperdulikan hambatan yang dihadapi, yang penting baginya
adalah dapat memberikan pelayanan yang memadahi kepada setiap orang di bawah tanggung jawabnya. Sikap dan sifat seperti inilah yang tetap
dicerminkan oleh guru, karena menjadi seorang guru adalah sebuah panggilan jiwa. Seseorang yang bekerja karena panggilan jiwa dan bukan
karena paksaan orang lain, dia akan dapat bekerja secara opimal dan kepuasan di dalam bekerja dapat dirasakan. Perasaan ini tidak hanya
dirasakan oleh guru yang memiliki jabatan di sekolah saja, namun juga guru yang tidak memiliki jabatan di sekolah.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek
finansial dan non finansial ditinjau dari jabatan di sekolah.
5. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Ditinjau dari Status
Sertifikasi Hasil pengujian statistik pada setiap aspek kepuasan guru terhadap
profesinya ditinjau dari status sertifikasi adalah sebagai berikut:
a. Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada
Aspek Finansial Ditinjau dari Status Sertifikasi Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 15 dan 16, guru yang
telah bersertifikat selain mendapatkan gaji dan tunjangan-tunjangan lain yang melekat pada gaji serta maslahat-maslahat tambahan lain,
berhak juga mendapatkan tunjangan profesional sebesar satu kali gaji pokok Payong, 2011: 23, artinya bahwa tingkat kesejahteraan
finansial guru yang telah bersertifikat akan lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang belum bersertifikat.
As’ad 1978: 65 mengemukakan bahwa faktor finansial menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja
seseorang, hal ini dapat menegaskan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial ditinjau dari
status sertifikasi. b.
Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Iklim Organisasi Ditinjau dari Status Sertifikasi
Lingkungan kerja atau iklim organisasi yang menyenangkan adalah dambaan bagi setiap pekerja, karena iklim organisasi yang
demikian dapat mendukungnya dalam bekerja sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara optimal. Sama halnya dengan guru
yang pasti mengharapkan adanya iklim sekolah yang menyenangkan agar dapat mengajar dan membimbing peserta didik dengan baik.
Iklim organisasi yang mendukung menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang Triatna, 2015: 111. Semua
guru, baik yang telah bersertifikasi maupun yang belum bersertifikat pasti mengharapkan bekerja pada sekolah yang memiliki iklim
organisasi yang mendukung. Hal ini dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek
iklim organisasi ditinjau dari status sertifikasi. c.
Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Sosial Ditinjau dari Status Sertifikasi
Semua guru dituntut harus memiliki kompetensi sosial. Menurut Mulyasa 2013: 42, kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik
untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua atau wali
peserta didik, dan masyarakat. Kompetensi sosial harus dijalankan dengan baik oleh semua guru, baik guru yang telah bersertifikat
maupun yang belum bersertifikat agar mereka dapat berinteraksi dan bekerja sama dengan berbagai belah pihak. Hal ini akan membuat
seorang guru merasa puas akan profesinya. Hal ini sesuai dengan pendapat As’ad 1978: 66 yang menyatakan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang adalah faktor sosial. Penjelasan di atas dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan
tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek sosial ditinjau dari status sertifikasi.
d. Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya
Pada Aspek Psikologis Ditinjau dari Status Sertifikasi Salah satu prinsip profesi guru dalam pasal 7 UU 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen adalah memiliki bakat, minat, dan panggilan jiwa Rimang, 2011: 24. Berdasarkan pernyataan tersebut jelas bahwa
setiap guru harus memiliki bakat dan minat dalam bidang pendidikan serta dapat memahami profesi guru sebagai panggilan jiwa. Bakat,
minat, dan panggilan jiwa ini tidak hanya dimiliki oleh guru yang bersertifikat saja, namun juga guru yang belum bersertifikat.
Seseorang yang bekerja sesuai dengan kepribadiannya, maka dia akan lebih merasa puas dengan pekerjaannya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Triatna 2015: 111, yang menyatakan bahwa kepribadian seseorang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat menegaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek
psikologis ditinjau status sertifikasi. e.
Tidak Ada Perbedaan Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Motivasi Ditinjau dari Status Sertifikasi
Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seorang adalah motivasi Widodo, 2015: 186. Motivasi dibutuhkan oleh semua
pekerja sebagai penyemangat agar dapat bekerja lebih giat. Peran seorang pimpinan untuk memotivasi para anggotanya sangat
dibutuhkan. Pimpinan yang selalu menghargai dan mengucapkan
terima kasih kepada anggotanya yang telah menyelesaikan tugas akan dapat memelihara motivasi anggotanya Widodo, 2015: 193. Dengan
demikian maka kepuasan kerja dapat dirasakan. Sama halnya dalam lingkungan sekolah, setiap guru baik guru
yang sudah bersertifikat maupun yang belum bersertifikat pasti membutuhkan motivasi dari pimpinan agar dapat menjalankan tugas
keguruannya secara optimal. Hal ini dapat menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek
motivasi ditinjau dari status sertifikasi. Selanjutnya untuk hasil pengujian statistik pada keseluruhan aspek
kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari status sertifikasi menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap
profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari status sertifikasi. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang telah disusun
didukung oleh data hasil penelitian. Program sertifikasi guru adalah salah satu program pemerintah untuk
meningkatkan profesionalisme guru. Program ini bertujuan untuk memberikan jaminan atau kepastian tentang status profesionalisme guru
dan juga menunjukkan bahwa pemegang lisensi atau sertifikat memiliki kemampuan tertentu dalam memberikan layanan profesional kepada
masyarakat. Salah satu manfaat program sertifikasi guru adalah untuk meningkatkan kesejahteraan guru terutama dalam hal finansial.
Pemerintah sudah menetapkan aturan bahwa guru yang telah bersertifikat
berhak untuk mendapatkan tunjangan profesional setara dengan gaji pokok satu bulan Payong, 2011: 76-78. Kesejahteraan guru yang telah
bersertifikat ini akan membuat dia semakin merasa puas akan pekerjaannya. Hal ini dapat menjelaskan bahwa terdapat perbedaan tingkat
kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial pada guru yang telah bersertifikat dengan guru yang belum bersertifikat.
Pada aspek non finansial seperti aspek iklim organisasi, sosial, psikologis, dan motivasi juga terdapat perbedaan mengenai tingkat
kepuasan guru terhadap profesinya. Menurut Payong 2011: 86 guru yang telah bersertifikat akan lebih diakui oleh masyarakat sebagai guru yang
memiliki keahlian dan kompetensi yang dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, hal ini berkaitan dengan aspek
sosial. Pada aspek psikologis, guru yang telah bersertifikat akan memiliki kebanggaan terhadap profesi dan tugas mulianya sebagai guru.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat menegaskan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial
dan non finansial ditinjau dari status sertifikasi.
147
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada
aspek finansial dan non finansial guru-guru SMK Negeri di wilayah Kota Yogyakarta ditinjau dari jenis kelamin. Hasil penelitian ini dibuktikan
dengan nilai
Sig. 2-tailed
lebih besar dari
alpha
0,05 0,173 0,05. Apabila dilihat dari setiap aspek kepuasan guru terhadap profesinya
ditinjau dari jenis kelamin maka dapat disimpulkan: a.
Ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial ditinjau dari jenis kelamin. Hasil penelitian ini dibuktikan
dengan nilai Z hitung lebih kecil dari Z tabel -2,784 -1,96 dan nilai
Asymptotic sig. 2-tailed
lebih kecil dari alpha 0,05 0,005 0,05. b.
Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek iklim organisasi ditinjau dari jenis kelamin. Hasil penelitian ini
dibuktikan dengan nilai
Sig. 2-tailed
lebih besar dari
alpha
0,05 0,175 0,05.
c. Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada
aspek sosial ditinjau dari jenis kelamin. Hasil penelitian ini dibuktikan