Sejarah Irama Zakaria Alat Musik CSGK Manthous

c. Menyanyikan Langgam

Ada beberapa hal yang dilakukan Wira Swara dan Swara Wati sebelum menyanyikan sebuah langgam. Langgam sragenan biasanya diawali menggunakan Bowo. Menurut Endraswara 2010: 32 Bowo Swara artinya tembang yang digunakan untuk mengawali gending atau bunyi lagu. Bowo adalah pembukaan vokal yang diselingi dengan isi yang jenakan dan saling bersautan antara Wira Swara dan Swara Wati. Bowo Sragenan yang memiliki khas sendiri yaitu saat bowo dinyanyikan ada jawaban dari penabuh dan Swara Wati dengan guyonan. Setelah bowo selesai diselingi lagi dengan percakapan jenaka sebelum masuk langgam yang akan di nyanyikan. Contoh bowo sebagai berikut. Bowo Dadi Ati Gambar 22: Bowo Dadi Ati Bowo diatas berjudul Bowo Dadi Ati berarti Perasaan Hati. Dalam menyanyikan bowo setiap selalu dimasuki gaya Sragenan yaitu Cengkok Jawa. Menyanyikan bowo juga menggunakan Cengkok Jawa yaitu teknik vokal seperti mendayukan sebuah nada. Cengkok tersebut biasannya menggunakan satu atau dua huruf terakhir kalimat dan dicengkokkan khas nada jawa. Cengkok Jawa Sebagai berikut. Gambar 23: Bowo Dadi Ati sebelum dimasuki Cengkok Jawa Gambar 24: Bowo Dadi Ati setelah dimasuki Cengkok Jawa Memasukan cengkok jawa pada langgam tergantung wirasa atau rasa musikalitas penyanyi untuk merubah setiap nada pada akhir kalimat agar langgam yang dinyanyikan lebih indah untuk diperdengarkan pada penonton. Terlihat pada birama 2 pada notasi bowo Dadi Ati diatas ada perbedaan nada yang ditahan dan sesudah diberi cengkok jawa ada selipan beberapa nada dan dengan selipan nada tersebut merubah suasana menjadi khas langgam jawa.

2. Gaya Campursari Sragenan

Campursari Sragenan tidak lepas dari garapan pemain memainkan instrumen yang ada didalamnya. Campursari Sragenan paguyuban Irama Zakaria menggunakan instrumen tradisi dan instrumen modern serta memainkan gaya Sragenan sebagai berikut :

a. Kendang

Kendang dalam campursari sragenan memegang peranan sebagai Pamurbo Iromo pemegang ritmis, instrumen kendang bisa memainkan gaya Tayub dan masyarakan sragen menyebutnya gaya gecul sehingga pendengar dapat merasakan gaya khas campursari Sragenan. Kendang Sragenan ada berbagai tambahan kendang salah satunya kendang ciblon, kendang ini berfungsi sebagai penyajian awal saat campursari baru akan dimulain dan seperti memainkan ladrang. Berikutnya instrumen yang ditambah dikendang sragenan yaitu kendang jaipong, kendang yang diambil dari daerah Sunda dan di adopsi ke campursari sragenan untuk memainkan langgam yang lebih energik atau rancak. Kendang di mainkan dengan naluri pengendang sehingga apabila pengendangnya berbeda nuansa di campursari Sragenan akan berbeda. Instrumen ini dimainkan dengan ritmis yang hampir selalu sama sepanjang lagu, tetapi kendang memiliki fungsi yang penting karena dalam langgam yang mengatur tempo dalam sepanjang langgam saat dimainkan. Posisi pengendang ialah duduk bersila dengan badan tegap agar dapat menjangkau berbagai jenis kendang yang digunakan. Pengendang sragenan memakai telapak tangan untuk menghasilkan bunyi yang khas. Dalam memukul kendang untuk membuat bunyi yang bulat pengendang hanya memukul dengan ketepatan telapak tangan kepermukan kulit kendang. Ketepatan telapak tangan saat memukul kedang bila posisi telapak tangan salah kan menimbulkan bunyi yang berbeda. Berikut ini berbagai bunyi yang dihasilkan dalam campursari sragenan yaitu : 1. Tak Tak biasanya disimbolkan atau di notasikan dengan t . Untuk menghasilkan bunyi tak posisi lima jari kiri berhimpitan membentuk garis lurus, kemudian permukanan telapak tangan dipukulkan ke tebokan kempyang. Kemudian tangan kanan tebokan bem untuk menghindari adanya gema. 2. Lung Lung biasanya disimbolkan atau di notasikan dengan L. Cara membunyikan satu jari kiri dipukulkan di tebokan kempyang bagian agak pinggir. Sedangkantangan kanan menekan tebokan bem untuk suara agar lebih bulat. 3. Thung Thung biasanya disimbolkan atau di notasikan dengan p. Untuk membunyikan telapak kanan menempel pada penampang besar, sedangkan lima jari tidak saling menempel atau berhimpitan. Setelah itu dengan kelima jari dipukulkan ke penampang bem, bunyi yang dihasilkan pantulan dari pukulan tersebut. Sehingga tangan kiri tidak menekan atau menyentuk penampang tebokan kempyang. 4. Ket Ket biasanya disimbolkan atau di notasikan dengan l. Untuk menghasilkan bunyi sama dengan cara membunyikan thung hanya saja saat membunyikan ket jari dan telapak tangan menempel pada permukaan tebokan bem. Sedangkan tebokan kempyang ditekan dengan tangan lain agar terhindar dari gema. 5. Dah Dah biasanya disimbolkan atau di notasikan dengan b. Cara menghasilkan bunyu dah posisi tangan seperti akan berjabat tangan. Empat jari yang berhimpitan dan setengah jari telapak tangan dipukulkan pada teboakan bem . Tangan kiri menekan tebokan kempyang.