gaya khas musik Jawa Tengah yang lebih halus dan Jawa Timur yang lebih rancak. Flaksibel memainkan musik diartikan bisa memainkan apa
yang diinginkan penonton. Menggunakan Bowo, Spot garapan, Senggakan, Jleb-jleban dan diselai guyonan khas Sragenan.
CSGK Manthous memainkan musik campursari yang lebih halus dan lebih kental campurasi klasik. Menggunakan tangganada mayor
menjadi pakem CSGK Manthous menjadi ciri khas tersendiri. Di langgam Manthous ada selaan untuk isian yang disuarakan pemain musiknya agar
lebih penuh. Instrumen musik yang digunakan campursari Sragenan seperti
kendang sebagai pamurbo irama atau pemimpin memberi kode perubahan dari langgam halus menuju langgam Sragenan. Saron memberi unsur lebih
halus pada musik campursari Sragenan. Depok digunakan pengganti demung, fungsi depok sebagai pemangku irama atau memegang akor.
Instrumen cak di Sragenan menggantikan fungsi siter tetapi tetap sebagai pemanis suasana. Gong Kajogakan atau gong besar sebagai penutup akhir
langgam yang dimainkan. Keyboard memiliki fungsi pengisi atau filler suara seperti flute, string, violin dan suara variasi lainnya. Gitar elektrik
digunakan untuk mengisi bagian agar langgam lebih penuh saat didengar. Bass elektrik menggantikan kempul pada gamelan agar lebih flaksibel
memainkannya pada langgam garapan Sragenan. Drum sebagai pemeriah suasana dan kode kendang untuk melakukan jleb-jleban dapat dibantu
peran drum agar lebih meriah dan terasa suasana campursari Sragenan.
CSGK Manthous menggunakan instrumen musik seperti Kendang, Saron 1 dan 2, Demung, Ukulele, Siter, Gong, Keyboard, dan Bass
Elektrik. Alat musik tersebut sudah memberi khas bagi pendengar campursari klasik Manthous.
Wira Swara dan Swara Wati memiliki peran masing-masing. Wira Swara vokal laki-laki berperan merangkap menjadi MC atau pembawa
acara, meminta penabuh memberi Spot, menyanyikan Bowo sebelum Swara Wati menyanyikan langgam. Sedangkan Swara Wati atau vokal
perempuan berperan menyanyikan langgam, sebelum langgam
dinyanyikan Wira Swara dan Swara Wati melakukan guyonan agar mencairkan suasana.
Vokal yang menyanyikan langgam pada CSGK sebagian besar dinyanyikan oleh Manthous. Peran sinden tidaklah komplek hanya
sebagai isian agar tetap ada unsur perempuan dalam langgam yang dimainkan tetapi karakter dari CSGK sudah terbentuk oleh sebagian besar
langgam yang dinyanyikan oleh Manthous.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis mengenai Karakteristik Langgam Campursari Sragenan Paguyuban Irama Zakaria dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut.
1. Wira Swara dan Swara Wati dalam Campursari Sragenan Irama
Zakaria
Hasil analisis Wira Swara dan Swara Wati di Campursari Irama Zakaria ialah penyanyi laki-laki dan penyanyi perempuan. Wira Swara
bisa merangkap menjadi pembawa acara dan Swara Wati lebih ditekankan untuk menyanyikan langgam tetapi fungsi lain wira swara dan swara wati
untuk meramaikan suasana dengan guyonan, yaitu cerita jenakan dengan gaya khas Sragenan. Teknik vokal yang digunakan yaitu menggunakan
teknik pernafasan diafragma karena lebih tepat untuk mennyanyikan langgam Sragenan.
Untuk memanggil Swara wati untuk menyanyikan langgam, dipanggil oleh Wira Swara dengan menggunakan spot. Spot ialah musik
garapan untuk mengiringi penyanyi maju kedepan penonton. Setelah siap akan diawali dengan Bowo dinyanyikan oleh Wira Swara, Bowo yaitu
menyanyi tanpa diiringi penabuh. Campursari Sragenan memiliki ciri khas seperti cengkok jowo, yaitu suara mendayu tetap pada titilaras atau
tangganada pentatonis.
79
2. Gaya Sragenan
Hasil analisis gaya sragenan terdapat pada cara penabuh memainkan alat musik tradisi dan alat musik modern. Alat yang digunakan
pada Campursari Sragenan seperti kendang sebagai pamurno iromo atau pemegang ritmis dan pemegang kendali merubah suasana kegaya
Sragenan, Saron yang dimainkan secera imbal untuk memeriahkan suasana, Depok sebagai pemangku iromo, Cak pengganti siter dalam
campursari sebagai pemanis suara, Gong Kajogan atau gong besar untuk penutup langgam, Keyboard untuk isian flute dan string sebagai pemanis,
Gitar elektrik sebagai pemanis suara, Bass elektrik pengganti kempul sebagai pengakor nada yang dimainkan, Drum sebagai pemeriah suasana.
3. Perbedaan Campursari Sragenan dan CSGK Manthous
Campursari Sragenan memainkan musik campursari garapan yaitu mengubah aransemen agar berbedan dengan langgam aslinya. Gaya
khas yang menggunakan Irama rancak dan ramai dalam memainkan musik campursari. Irama Rancak ialah memainkan alat musik dengan
lebih cepat. Wira Swara dan Swara Wati memiliki guyonan untuk menghidupkan suasana. Alat musik tradisi kendang sebagai pemegang
kendali untuk merubah suasana dari yang halus kesuasana lebih rancak. Gaya khas lainnya ada gaya Tayub, yaitu gaya musik bebas
menonjolkan kendang tetapi cendung seperti kendangan jaipong dan masyarakat Sragen menyebutkannya gaya Geculan. Penabuh memberi
Senggakan, yaitu suara yang dihasilkan penabuh bersamaan musik saat dimainkan untuk menambah ramai suasana. Jleb-jleban yaitu hentakan-
hentakan dari pengendang dan drum memberi suasana berbeda dengan musik campursari pada umumnya sehingga dari berbagai gaya khas
tersebut masyarakat lebih bisa menikmati campursari sragenan. Campursari Gunung Kidul Manthous lebih memainkan langgam
yang halus serta menggunakan pakem dan menggunakan alat yang berbeda dengan campursari sragenan. Gaya khas campursari masing-
masing daerah yang berbeda membuat keberagaman kebudayaan di Indonesia diminati masyarakat sendiri maupun mancanegara.
B. Saran
Sebagai salah satu budaya yang memiliki karakter unik, penulis menghimbau untuk memperkenalkan kembali Langgam Campursari Sragenan
ini kepada masyarakat agar campursari Sragenan tidak hilang seiring perubahan kebudayaan dan zaman.
Adapun beberapa saran dari peneliti adalah sebagai berikut. 1.
Kepada campursari Sragenan agar tetap menggunakan instrumen musik kendang yang sebagai pemimpin, kadang diganti dengan ketipung
sehingga langgam terdengar condong ke dangdut hal tersebut membuat pergeseran pemikiran masyarakat bahwa campursari itu sama dengan
dangdut.
2. Gaya khas Sragenan seperti guyonan lebih diperhalus tidak cenderung
kasar agar penikmat musik campursari Sragenan tetap berminat dengan musik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, P. 1992. “Kamus Inggris-Indonesia-Inggris”. Surabaya: Arloka. Atan, H. Armillah, W. 1996. “ Pengetahuan Seni Musik”. Jakarta: Mitra
Sumber Widya. Endraswara, Suwardi . 2008. “ Laras Manis Tuntunan Praktis Karawitan
Jawa”. Yogyakarta: Kuntul Press. ____________. 2010. “ Tuntunan Tembang Jawa”. Yogyakarta: Lumbung
Ilmu. Harmunah. 1994. “ Musik Keroncong”. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
Herawati, N. Mardowo, S. 2010. “ Musik Tradisional Jawa Gamelan”. Klaten: Intan Pariwara.
Kasimo Tim Peneliti Fakultas Sastra UNS. 1987. “ Sejarah dan Hari Jadi Pemerintahan Di Kabupaten Sragen”. Sragen: Pemerintah Dati II
Sragen
Kurniawan, Eko. 2011. “ Super Mudah Menjadi Pemain Bass Andal”. Yogyakarta: Buku Biru.
Lisbijanto, Herry. 2013. “Musik Kroncong”. Yogyakarta: Graha Ilmu. Mulyana, Dedi. 2010. “ Metode Penelitian Kualitatif”. Bandung: Remaja
Rosdakarya Nawawi, H. Hadari, M. 1992. “Instrumen Penelitian Bidang Sosial”.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Palgunadi, Bram. 2002. “Serat Kendha Karawitan Jawi”. Bandung: ITB.
Pramayuda, Yudha. 2010. “Buku Pintar Olah Vokal”. Yogyakarta: Buku Biru. Riwayanto, Doni. 2007. “Gitar Elektrik Teknik Dasar dan Aplikasi”. Jakarta: PT.
Gramedia Utama. Santosa., Mulyana, A.R. Mistortoify, Z. 2007. “Etnomusikologi Nusantara
Prespektif dan Masa Depannya”. Surakarta: ISI Press Surakarta.
Soeharto,AH. dkk. 1996. “Serba - Serbi Keroncong”. Jakarta: Musika. Soewito, DS. M. 1992. “ Teknik Termudah Bermain Organ”. Jakarta: Titik
Terang. Spradley, J. P. 1997. “ Metode Etnografi”. Yogyakarta: Tiara Wacana
Yoguakarta. Sugiyono. 2014. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R D”.
Bandung: Alfabeta. Suwarto, Ig. Hari dkk. 2004. Seni Musik untuk Kelas 1 Tim Seni Musik SLTP.
Bekasi: PT. Galaxy Puspa Mega. Tambunan, Marsha. 2004. “Sejarah Musik Dalam Ilustrasi”. Jakarta: Progres.
Thoifin , A. 1992. “Kamus Pendidikan Pelajar dan Umum”. Solo: CV. Aneka Wadiyo. 2011. “Campursari Manthous:Antara Musik Jenis Baru dan Fenomena
Sosial Masyarakat Pendukung” dalam Harmonia Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni. Semarang: UNNES.
_______. 2007. “Campursari dalam Stratifikasi Sosial Semarang”. dalam Harmonia Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni. Semarang:
UNNES.
Wasito, Wojo. 1991. “Kamus Besar Indonesia”. Bandung: CV. Pengarang. Yudoyono, Bambang. 1984.” Gamelan Jawa Awal Mula, Makna Masa
Depannya”. Jakarta: Pt. Karya Unipress.
LAMPIRAN
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
1. Awal mula berdirinya campursari Irama Zakaria ?
a. Sejarah awal terbentuknya campursari Irama Zakaria?
b. Alat pertama yang digunakan untuk memainkan musik campursari ?
2. Apa alat tradisi dan modern yang digunakan Irama Zakaria untuk memainkan
musik campursari Sragenan ? a.
Apa fungsi alat musik Kendang dalam campursari Sragenan? -
Fungsi Kendang Ciblon dalam campursari Sragenan? -
Fungsi kendang Jaipong dalam campursari Sragenan? b.
Apa fungsi alat musik saron dalam campursari Sragenan? -
Apakah ada bilah logam yang di gantikan menurut tangga nada langgam yang di mainkan?
c. Apa fungsi alat musik depok dalam campursari Sragenan?
- Kenapa fungsi depok bisa digantikan demung?
d. Apa fungsi alat musik cak dalam campursari Sragenan?
e. Apa fungsi alat musik Gong dalam campursari Sragenan?
- Fungsi Gong Kajogan apakah membedakan dengan gong pada
umumnya? f.
Apa fungsi alat musik Keyboard dalam campursari Sragenan? g.
Apa fungsi alat musik Gitar elektrik dalam campursari Sragenan? h.
Apa fungsi alat musik Bass elektrik dalam campursari Sragenan? i.
Apa fungsi alat musik Drum Set dalam campursari Sragenan?