Keyboard Gaya Campursari Sragenan
Menurut Atan Armillah 1996: 40 menyatakan bahwa tempo yaitu tanda yang dipakai menentukan cepat lambatnya suatu
lagu yang dinyanyikan. Garapan langgam yang awalnya seperti langgam aslinya dibuat berbeda oleh gaya campursari Sragenan
sehingga membuat suasana menjadi lebih rancak dan ramai. Perubahan suasana ditandai pengendang memberi kode dengan
pukulan yang berbeda agar penabuh lainnya bisa merasakan kapan gaya sragenan dimasukan pada langgam tersebut.
Langgam Nyidam Sari diatas yang dimainkan campursari Sragenan pada birama 1-16 menggunakan tempo
♪ =65 atau sama persis langgam asli dimainkan dengan tempo tersebut. Birama
berikutnya yaitu birama 17-25 diberikan kode oleh kendang untuk perubahan gaya Sragenan
dengan tempo ♪ = 73 agar terasa lebih rancaknya gaya Sragenan. Setelah masuk pada gaya rancaknya, gaya
lain yang diselai dalam campursari Sragenan ada Senggakan dan Jleb- jleban. Contohnya sebagai berikut.
Senggakan dan Jleb-jleban
Gambar 44: Senggakan dan Jleb-jleban oleh penabuh
Ada pula gaya sragenan yaitu jleb-jleban dan senggakan. Jleb- jleban ialah pukulan pengendang bersamaan dengan snar drum
menghasilkan hentakan-hentakan agar suasana semakin meriah. Menurut Endraswara 2010: 26 Senggakan ialah tembang yang
menyela sindenan atau penyanyi sebagai pemanis pertunjukan.
Sedangkan senggakan yaitu suara yang dihasilkan penabuh bersamaan musik saat dimainkan untuk menambah ramai suasana. Ditengah lagu
Wira Swara dan Swara Wati untuk lebih bisa mencairkan suasana memakai Senggakan yaitu vokal yang menyelai agar suasana bisa
berbeda. Senggakan juga bisa dikatakan sebagai hiasan musik, disuarakan saat sebelum jeda pertengahan langgam. Campursari
sragenan menggunakan gaya-gaya tersebut dan dimasukan dalam berbagai langgam yang dimainkan.