Wawancara
Dokumentasi Observasi
dengan triangulasi, dan saat pengumpulan data peneliti juga menguji kridibilitas data melalui berbagai teknik pengumpulan data .  Informasi dari narasumber
tentang campursari Sragenan yang dilakukan peneliti dalam beberapa kali wawancara menemukan hal yang baru dari apa yang dilihat sebelumnya sehingga
peneliti  mendapat informasi semakin jelas.  Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan terhadap teknik pengumpulan data.
Gambar 10 : Trianggulasi teknik pengumpulan data
Sugiono, 2014:273
Data wawancara diperoleh  dari sumber data  melaluli wawancara dengan Suharto selaku  Pimpinan Paguyuban Irama Zakaria, Suranto dan pemain lain
Campursari Irama Zakaria. Data yang dipeoleh meliputi sejarah berdirinya Irama Zakaria, variasi kembangan  yang dipakai dalam campursari sragenan dan cara
wira swara dan swara wati menyanyikan dan memainkan irama    campursari sragenan.
Tahap  selanjutnya melakukan  observasi untuk memeriksa dan memperkuat kredibilitas data yang diperoleh dari wawancara. Objek observasi
meliputi  tentang    alat musik yang digunakan, dan cara  penabuh  bermain alat musik dicampursari Paguyuban Irama Zakaria.
Tahap  terakhir yang dilakukan   dalam triangulasi dokumentasi terhadap pementasan campursari Irama Zakaria, baik berbentuk rekaman maupun hasil
penelitian terhadap temuan yang ada pada Paguyuban Irama Zakaria. Setelah menemukan karakteristik campursari Sragenan  Paguyuban Irama
Zakaria, peneliti melakukan uji keabsahan dengan cara mengkonsultasikan kepada ahli yaitu dosen yang membidangi tentang musik tradisi.
BAB IV KARAKTERISTIK LANGGAM CAMPURSARI SRAGENAN
PAGUYUBAN IRAMA ZAKARIA
A. Diskripsi Data Penelitian
Setelah melakukan penelitian tentang karakteristik langgam campusari sragenan paguyuban Irama Zakaria di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, telah
diperoleh beberapa data yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian memaparkan terlebih dahulu sejarah terbentuknya Irama Zakaria dengan cirikhas
campursari sragenan. Serta peneliti mengulas sedikit tentang Campursari Gunung Kidul yang didirikan Manthuos untuk lebih bisa memberikan gambaran tentang
cirikhas masing-masing campursari.
1. Sejarah Irama Zakaria
Nama  Zakaria  biasanya masyarakat sekitar kota Sragen memanggil dengan nama “Eyang Zakaria”  beliau pejuang kerajaan yang berperan
mempejuangkan terbentuknya Kabupaten Sragen. Makam Eyang Zakaria yang terletak didesa  Kauman, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa
Tengah membuat inisiatif Suharto selaku pemimpin Campursari tersebut memberi nama Paguyubannya dengan nama Irama Zakaria.
Asal mula Campursari Irama Zakaria hanyalah perkumpulan pemuda yang senang dengan dunia seni khususnya seni musik. Musik yang dimainkan
oleh pemuda-pemuda tersebut ialah musik keroncong, setelah sering memainkan musik tersebut pemuda merasa bosan dan menambahkan kendang
dalam memainkan musik, dengan adanya penambahan  instrumen  kendang
35
dalam musik keroncong untuk menggantikan cello,  dengan hanya menambahkan  instrumen  kendang masih merasa ada yang kurang lengkap,
pemuda berinisiatif menambahkan saron, depok, keyboard, gitar elektrik, bass elektrik dan drum, sehingga musik yangawalnya kroncong beralih ke genre
campursari. Permainan musik yang berbeda dimainkan oleh pemuda-pemuda
dan membuat masyarkat sekitar hkususnya daerah Sragen  mendengarkan percampuran  instrumen  tardisi dengan instrumen modern  tertarik dan
memanggil  nge-job  saat ada acara perayaan disekitar. Hal lain yang membuat campursari ini diminati oleh masyarakat sekitar ialah gaya
bermainnya yang lebih rancak berbeda dengan campursari  lain, gaya campursari biasanya disebut Sragenan.
2. Campursari Gunung Kidul Manthous
a. Asal Mula CSGK Manthous
Berawal dari seseorang yang bernama Sumanto Sugiantono yang biasa  dipanggil Manthous lahir di kecamatan Playen, Kabupaten
Gunung Kidul, Yogyakarta. Menurut Lisbijanto 2013: 35 Pendobrak musik campursari yang terkenal adalah Manthous bersama grup
Campursari Gunung Kidul, yang dapat memberi warna untuk perkembangan musik campursari hingga saat ini. Dunia musik sudah
menjadi bagian dari kesehariannya, pada awalnya yang hanya memainkan musik keroncong dengan  seniman S. Darmanto, Manthous