Gambar 13: Gender Manthous Gambar 14 : Siter Manthous
Dokumen CSGK September 2016
Gambar 15: Gong Manthous Gambar 16 : Ukulele Manthous
Dokumen CSGK September 2016
Alat diatas merupakan alat yang dipakai oleh Campursari Gunung Kidul atau biasanya disingkat CSGK untuk memainkan
langgam yang dibuat oleh Manthous. Instrumen tersebut dibuat sama seperti nada yang dimainkan oleh keyboard agar alat musik
modern dan alat musik tradisi lebih padu atau bercampur sehingga masyarakat bisa menikmati musik Campursari.
2. Tangganada CSGK Manthous
Campursari pimpinan Manthous menggunakan tangganada diatonis, tetapi tidak meninggalkan nuansa tangganada pentatonis.
Campursari CSGK umumnya menggunakan tangganada A mayor, setara dengan tangganada pentatonis pada laras pelog bem. Lagu
lainnya menggunakan tangganada diatonis E mayor, setara dengan tangganada pentatonis laras peloh barang.
3. Lagu dan Lirik CSGK Manthous
Lagu yang dibuat dan di aransemen sendiri oleh Manthous, selain bisa memainkan segala alat musik, Manthous juga
menyanyikan sendiri dengan suara khas yang di milikinya. Sehingga CSKG bisa dikenali dari musik yang dibawakan.
Lirik lagu yang apa adanya malah membuat masyarakat lebih gampang menrima lagu campursari. Pada umumnya Manthous
membuat lagu bertemakan cinta, sosial dan lagu dolanan. Lagu-lagu manthous yang banyak dikenal masyarakat antara lain :
Gethuk, Randa Kempling, Gunung Kidul Handayani, Pipa Landa, Sido Opo Ora, Malioboro,dan Nginang Karo Ngilo.
Gambar 17 : Langgam Gethuk salah satu ciptaan Manthous
Langgam Gethuk yang berarti makanan khas Jawa terbuat dari ketela menjadi khas orang pedesaan jawa. Langgam yang diciptakan
oleh Manthous berisi parikan atau pantun, dalam liriknya menceritakan jika berjanji dengan seseorang itu harus ditepati. Lirik
yang mudah didengar dan gampang di ingat ialah khas dari langgam manthous dalam membuat musik campursarinya.
Campursari yang dibentuk Manthous menjadi pelopor untuk musik campursari di Indonesia khususnya didaerah Jawa. Musik
yang dimainkan dengan lirik yang seadanya serta suara Manthous yang memiliki cirikhas tersendiri. Sehingga dimasyarakat mendapat
hati dari penikmat di Indonesia bahkan di mancanegara.
B. Pembahasan
1. Wira Swara Dan Swara Wati Campursari Sragenan Irama Zakaria
Campursari sragenan untuk menyanyikan lagu diperlukan Wira Swara dan Swara Wati. Kata wira yang berarti panggilan untuk laki-laki
dan Swara yang berarti suara sehingga Wira Swara diartikan sebagai penyanyi laki-laki. Sedangkan kata Swara yang berarti suara dan Wati
yang berarti sebutan untuk perempuan sehingga Swara Wati diartikan penyanyi perempuan.
Di Campursari Sragenan Wira Swara dan Swara Wati memiliki gaya khas dalam berinteraksi menggunakan guyonan untuk mencairkan
suasana, dengan melihat suasana sekitar dalam acara. Gaya khas lainnya Wira Swara dan Swara Wati memlesetkan lagu agar suasana
lebih cair.