31 e. Konflik antara pribadi berkurang.
f. Pemahaman yang lebih mendalam. g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.
h. Hasil belajar tinggi. i. Nilai-nilai kerja sama antar siswa lebih teruji.
j. Siswa termotivasi dan wawasan siswa berkembang.
Berdasarkan pendapat ahli diatas, salah satu keunggulan dari model pembelajaran tipe NHT adalah dapat meningkatkan motivasi dan wawasan
siswa untuk berkembang. Model pembelajaran NHT dapat mendorong siswa untuk meningkatkan semangat dalam bekerja sama. Model
pembelajaran ini juga dapat digunakan pada semua mata pelajaran dan tingkatan usia siswa. Peneliti menggunakan model pembelajaran tipe NHT
untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPA.
D. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Angela Anning Suharjo, 2006: 36-37 mengemukakan bahwa perkembangan dan belajar anak adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan berpikir anak berkembang secara sekuensial dari
kongkret menuju abstrak. 2.
Anak harus siap menuju ke tahap perkembangan berikutnya dan tidak
boleh dipaksakan
untuk bergerak
menuju tahap
perkembangan kognitif yang lebih tinggi. 3.
Anak belajar melalui pengalaman-pengalaman langsung. 4.
Anak memerlukan pengembangan kemampuan penggunaan bahasa yang dapat digunakan secara efektif di sekolah.
5. Perkembangan sosial anak bergerak dari egosentris menuju kepada
kemampuan untuk berempati dengan orang lain. 6.
Setiap anak sebagai seorang individu, masing-masing memiliki cara belajar yang unik.
Masa kelas tinggi Sekolah Dasar Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 116 berlangsung antara usia 910 tahun
– 1213 tahun, memiliki ciri khas, yaitu: 1.
Perhatian tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari.
32 2.
Ingin tahu, ingin belajar dan realistis. 3.
Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus. 4.
Siswa memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.
5. Siswa-siswa suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup
untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Piaget Usman Samatowa, 2011: 5 mengatakan bahwa pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong meningkatnya
perkembangan kognitif siswa yang terjadi secara spontan dari kecil sampai berumur 12 tahun. Piaget Suharjo, 2006: 37 secara mendetail mengenai
tahapan perkembangan kognitif anak yang terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap sensori motoris, tahap pra operasional, tahap operasi kongkret, dan
tahap operasi formal. Penjelasan mengenai tahapan ini adalah sebagai berikut. 1.
Tahap sensori motoris 0-2 tahun Pada tahap ini, anak tidak belum mempunyai konsepsi tentang objek
yang tetap. Anak hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap melalui inderanya.
2. Tahap praoperasional 2-67 tahun
Pada tahap praoperasional, anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai di
lingkungannya. Pada akhir tahun ke dua, anak mulai menganal simbol nama.
3. Tahap operasi kongkret 67 -1112 tahun,
Pada tahap operasi kongkret, anak sudah dapat mengetahui simbol- simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak.
33 Pada tahap inilah, anak mulai berkurang egoisentrismenya dan lebih
sosiosentris mulai membentuk peer group. 4.
Tahap operasi formal Pada tahap operasi formal, anak sudah mulai mempunyai pemikiran
abstrak pada bentuk-bentuk lebih kompleks. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka pembelajaran IPA di SD
pada masa kanak-kanak akhir usia 7 - 12 tahun harus relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan kognitif siswa. Pada tahapan siswa kelas V, usia siswa masuk pada tahap operasi kongkret. Karakteristik siswa pada tahap ini adalah mulai
membentuk kelompok sebaya, untuk itulah pembelajaran IPA sebaiknya dilaksananakan dalam bentuk kelompok belajar.
E. Kerangka Pikir