guru berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Tujuan pembelajaran tersebut juga merupakan sasaran belajar bagi siswa
menurut pandangan dan rumusan guru. 4 Kegiatan belajar-mengajar merupakan tindak pembelajaran guru
di kelas. Tindak pembelajaran tersebut menggunakan bahan belajar. Wujud bahan belajar tersebut adalah berbagai bidang studi di sekolah.
5 Proses belajar merupakan hal yang dialami oleh siswa, suatu respons terhadap segala acara pembelajaran yang diprogramkan
oleh guru. Dalam proses belajar tersebut, guru meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.
6 Perilaku siswa merupakan hasil proses belajar. Perilaku tersebut dapat berupa perilaku yang tak dikehendaki dan yang dikehendaki.
Hanya perilaku-perilaku yang dikehendaki diperkuat. Penguatan perilaku yang dikehendaki tersebut dilakukan dengan pengulangan,
latihan, drill, atau aplikasi. 7 Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar
tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak
tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. 8 Setelah siswa lulus, berkat hasil belajar, siswa menyusun program
belajar sendiri. Dalam penyusunan program belajar sendiri tersebut, sedikit banyak siswa berlaku secara mandiri.
1.2.1 Tujuan Instruksional, Tujuan Pembelajaran, dan Tujuan Belajar
Keserupaan dan perbedaan tujuan tersebut dapat terlukis pada kasus berikut. Seorang kanselor sekolah di SMA bertugas melakukan
bimbingan untuk studi lanjut. Siswa bimbingannya telah memasukkan pilihan studi lanjut, tetapi di antara mereka masih ada yang menghadapi
masalah. Ahmad, siswa kelas satu, memiliki nilai sangat baik pada semua bidang studi. Dari segi angka, ia dapat memilih sembarang
jurusan. Ahmad sendiri ragu-ragu tentang minat dan cita-cita yang sebenarnya, walaupun ia memiliki keinginan tertentu. Konselor tersebut
5
menghubungi guru-guru matematika, fisika, biologi, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, ekonomi, dan yang lain. Konselor sekolah tersebut
melayani Ahmad yang sedang bimbang. Dari hasil wawancara dengan Ahmad, informasi dari para guru, dan informasi orang tua Ahmad,
disimpulkan bahwa Ahmad lebih berminat dan bercita-cita memasuki A1 yang kemudian menjalur ke fakultas teknik. Adapun siswi lain,
Rina teman kelompok belajar Ahmad, menjurus ke A2, yang kemudian menjalur ke fakultas kedokteran. Siswa lain, Wati teman kelompok
belajar Ahmad, menjurus ke A3, yang kemudian menjalur ke fakultas ekonomi. Siswa lain, Syamsuri juga teman kelompok belajar Ahmad,
menjurus ke A4, yang kemudian menjalur ke fakultas sastra. Keempat siswa tersebut menerima saran konselor sekolah, dan memilih jurusan
yang sesuai saran konselor sekolah. Dua tahun kemudian, pada saat universitas menjaring siswa-siswa yang berbakat, keempat siswa tersebut
memasuki fakultas tanpa tes masuk. Konselor sekolah dan para guru SMA tersebut merasa bergembira karena sebagian besar siswanya
diterima di perguruan tinggi. Dari kasus tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
Dari segi guru, maka keempat siswa tersebut tergabung dalam proses kegiatan belajar-mengajar pada bidang-bidang studi matematika, fisika,
biologi, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, ekonomi dan yang lain di SMA tersebut. Guru-guru tersebut membuat desain instruksional yang
berlaku bagi semua siswa. Guru-guru tersebut juga merumuskan tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan
instruksional khusus juga disebut sebagai sasaran belajar siswa, sebab rumusan tujuan tersebut diorientasikan bagi kepentingan siswa. Tujuan
instruksional khusus atau sasaran belajar siswa memperhitungkan pengetahuan awal dan kebutuhan belajar siswa.
Tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar siswa tersebut sama. Semua siswa belajar bidang studi yang sama. Tetapi dengan
belajar bidang studi yang sama, ternyata mereka memiliki tujuan belajar yang berbeda. Siswa SMA, pada kasus tersebut, memiliki
6
program belajar yang berbeda. Ada yang memilih Al, A2, A3 atau A4, karena mereka memiliki tujuan belajar di fakultas yang berbeda.
Dari segi guru, tujuan instruksional dan tujuan pembelajaran merupakan pedoman tindak mengajar dengan acuan berbeda. Tujuan
instruksional umum dan khusus dijabarkan dari kurikulum yang berlaku secara legal di sekolah. Tujuan kurikulum sekolah tersebut
dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional yang terumus di dalam Undang- Undang Pendidikan yang berlaku.
Dalam hal ini misalnya Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Acuan pada
kurikulum yang berlaku tersebut, berarti juga mengaitkan pada bahan belajar yang “harus” diajarkan oleh guru. Bahan belajar tersebut
ditentukan oleh ahli kurikulum. Dari segi siswa, sasaran belajar tersebut merupakan panduan
belajar. Sasaran belajar tersebut diketahui oleh siswa sebagai akibat adanya informasi guru. Panduan belajar tersebut harus diikuti, sebab
mengisyaratkan kriteria keberhasilan belajar. Keberhasilan belajar siswa merupakan prasyarat bagi program belajar selanjutnya. Keberhasilan
belajar siswa berani ”tercapainya” tujuan belajar siswa, dengan demikian merupakan tercapainya tujuan instruksional, dan sekaligus tujuan belajar
“perantara” bagi siswa. Dengan keberhasilan belajar, maka siswa akan menyusun program belajar dan tujuan belajar sendiri. Bagi siswa, hal itu
berarti melakukan emansipasi diri dalam rangka mewujudkan kemandirian.
1.2.2 Siswa dan Tujuan Belajar