keingintahuan siswa, meminimalkan risiko kegagalan, dan bertindak serelevan mungkin bagi siswa. Sebagai saran tambahan bagi guru
yang mengajar dengan pendekatan inkuiri: 1 doronglah siswa agar mereka mengajukan dugaan awal dengan cars guru
mengajukan pertanyaan-pertanyaan membimbing; 2 gunakanlah bahan dan permainan yang bervariasi; 3 berikan kesempatan
kepada siswa untuk memuaskan keingintahuan mereka, meskipun mereka mengajukan gagasan-gagasan yang tidak berhubungan
langsung dengan pelajaran yang diberikan; dan 4 gunakan sejumlah contoh yang kontras atau perlihatkan perbedaan yang
nyata dengan materi ajar mengenai topik-topik yang terkait.
6.4 Pengajaran Autentik
Pengajaran autentik yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna.
Siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting dalam konteks kehidupan nyata. Siswa
sering kali mengalami kesulitan dalam menerapkan keterampilan yang telah mereka dapatkan di sekolah ke dalam kehidupan nyata
sehari-hari karena keterampilan-keterampilan itu lebih diajarkan dalam konteks situasi yang ada hubungannya dengan sekolah
ketimbang konteks kehidupan nyata. Tugas-tugas sekolah sering lemah dalam konteks tidak autentik,
sehingga tidak bermakna bagi kebanyakan siswa karena siswa tidak dapat menghubungkan tugas-tugas ini dengan apa yang
telah mereka ketahui. Guru dapat membantu siswa untuk belajar memecahkan masalah dengan memberi tugas-tugas yang memiliki
konteks kehidupan nyata dan kaya dengan kan dungan akademik serta keterampilan yang terdapat dalam konteks kehidupan nyata.
Untuk memecahkan masalah-masalah tersebut, siswa harus mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi kemungkinan
108
pemecahannya, memilih suatu pemecahan, melaksanakan pemecahan atas masalah tersebut, dan menganalisis serta
melaporkan penemuan-penemuan mereka. Dengan begitu, siswa akan belajar menerapkan keterampilan akademik seperti pengumpulan
informasi, menghitung, menulis dan berbicara di dalam konteks kehidupan nyata.
6.5 Pengajaran Berbasis ProyekTugas
Pengajaran berbasis proyektugas terstruktur Project-Based Learning membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif
di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik
termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini
memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkonstruk
membentuk pembelajarannya,
dan mengkulminasikannya dalam produk nyata Buck Institute for
Education, 2001. Siswa diberikan tugasproyek yang kompleks, sulit, lengkap, tetapi
realistisautentik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas mereka bukan diajar sedikit
demi sedikit komponen-komponen suatu tugas kompleks yang pada suatu hari diharapkan akan terwujud menjadi suatu kemampuan
untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut. Prinsip ini digunakan untuk menunjang pemberian tugas kompleks di kelas seperti proyek, simulasi,
penyelidikan masyarakat, menulis untuk disajikan kepada forum pendengar yang sesungguhnya, dan tugas-tugas autentik lainnya. Istilah situated
learning Prawat, 1992 digunakan untuk menggambarkan pembela- jaran yang terjadi di dalam kehidupan nyata, tugas-tugas
otentikasli atau yang sebenarnya. Tidak memandang apakah suatu tugas hares dikerjakan sebagai pekerjaan kelas atau sebagai pekerjaan
rumah, empat prinsip berikut ini akan membantu siswa dalam
109
perjalanan mereka menjadi pembelajar mandiri yang efektif.
6.5.1 Membuat Tugas Bermakna, Jelas dan Menantang
Salah satu tantangan paling sukar yang dihadapi guru pada saat mereka menggunakan pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah adalah
menjaga siswa tetap terlibat. Pada saat bekerja sendiri, sangat mudah bagi siswa untuk kehilangan minat dan melakukan tindakan
yang tidak relevan, khususnya apabila tugas-tugas itu rutin. Kebanyakan guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan
pekerjaan rumah mandiri yang dapat mempertahankan keterlibatan siswa memiliki ciri-ciri tertentu. Pertama-tama, pekerjaan yang
ditugaskan untuk dikerjakan secara mandiri seharusnya bermakna dan memiliki tujuan yang jelas. Siswa perlu mengetahui dengan
tepat apa yang mereka harus kerjakan, mengapa mereka mengerjakan pekerjaan itu, dan apa yang dibutuhkan untuk menye -
lesaikan pekerjaan itu. Siswa-siswa itu tetap berada dalam tugas selama pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah apabila
mereka menyikapi tugas-tugas tersebut secara bermakna. Linda Anderson 1985 menunjukkan bahwa guru jarang menaruh
perhatian pada tujuan pekerjaan kelas atau strategi-strategi belajar yang terlibat. Sebaliknya, guru menekankan pada arahan-
arahan prosedural. Sebagai contoh, guru dapat menghabiskan waktu banyak menjelaskan kepada siswa di mana menulis nama di kertas
atau bagaimana menyusun jawaban-jawabannya. Sementara petunjuk-petunjuk tentang “apa yang dilakukan” adalah penting,
guru tidak menyertakan penjelasan tentang “mengapa” sesuatu harus dikerjakan dan proses-proses pembelajaran yang terlibat.
Sebelum memberikan suatu tugas, guru hendaknya mempertim- bangkan ciri penting itu secara saksama dan kemudian menyediakan
waktu cukup untuk menjelaskan ciri penting itu kepada siswa.
6.5.2 Menganekaragamkan Tugas-tugas
110
Sama dengan kehidupan pada umumnya, keanekaragaman menambah daya tarik tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah.
Siswa kemungkinan besar tetap terlibat dan mengerjakan pekerjaan mereka jika tugas-tugas lebih bervariasi dan menarik daripada rutin
dan monoton. Guru yang efektif mengubah panjang dan cara tugas yang diberikan di samping hakikat tugas belajar dan strategi-strategi
kognitif yang terlibat. Membaca di dalam hati, laporan, proyek- proyek khusus, dan bahan-bahan multimedia menawarkan berbagai
macam cara untuk menyelesaikan pekerjaan mandiri. Pilihan kemungkinan tidak terbatas dan tidak ada alasan bagi guru untuk
membuat jenis tugas yang sama dari hari ke hari.
6.5.3 Menaruh Perhatian pada Tingkat Kesulitan
Menetapkan tingkat kesulitan yang cocok atas tugas-tugas yang diberikan kepada siswa merupakan suatu bahan baku penting
untuk keterlibatan berkelanjutan yang dibutuhkan untuk
penyelesaian tugas-tugas tersebut. Apabila siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri, tugas tersebut seharusnya memiliki tingkat
kesulitan yang menjamin kemungkinan berhasil tinggi. Siswa tidak akan tertantang ketika tugas-tugas yang diberikan guru terlalu
mudah. Mereka menyikapi tugas-tugas seperti itu sebagai pekerjaan yang tidak menantang. Pada umumnya tugas yang baik perlu
memiliki tingkat kesulitan cukup sehingga kebanyakan siswa memandangnya sebagai sesuatu yang menantang, namun cukup mudah sehingga kebanyakan
siswa akan menemukan pemecahannya dan mengerjakan tugas tersebut atas jerih payah sendiri.
6 . 5 . 4 M e m o n i t o r K e m a j u a n S i s w a
Akhirnya, merupakan hal penting bagi guru untuk memonitor tugas-tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah. Monitoring
hendaknya meliputi pengecekan untuk mengetahui apakah siswa memahami tugas mereka dan proses-proses kognitif yang terlibat.
Monitoring ini juga termasuk pengecekan pe kerjaan siswa dan
111
mengembalikan tugas dengan umpan balik. Pada saat beberapa siswa diberikan pekerjaan kelas, maka guru dapat bekerja dengan
siswa lain. Dianjurkan agar guru menyediakan waktu 5 atau 10 menit untuk berkeliling di antara siswa yang bekerja untuk memastikan
apakah mereka memahami tugas tersebut sebelum menangani siswa-siswa lain. Apabila siswa bekerja dalam kelompok-
kelompok, maka guru hendaknya berada dalam kelompok- kelompok tersebut secara bergantian dan berkeliling di antara
siswa yang bekerja secara mandiri. Meskipun mengoreksi tugas menghabiskan waktu, hendaknya guru mengoreksi pekerjaan yang
dibuat siswa dan mengembalikan kepada mereka dengan umpan balik.
6.6 Pengajaran Berbasis Kerja
Pengajaran berbasis kerja Work-Based Learning memerlukan suatu
pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi
pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali di dalam tempat kerja. Jadi dalam hal ini
tempat kerja atau sejenisnya dan berbagai aktivitas dipadukan dengan materi pelajaran untuk kepentingan siswa Smith, 2001.
Mengajar siswa di kelas adalah suatu bentuk pemagangan. Pengajaran berbasis kerja menganjurkan pentransferan model
pengajaran dan pembelajaran yang efektif kepada aktivitas sehari-hari di kelas, baik dengan cara melibatkan siswa dalam tugas-tugas
kompleks maupun membantu mereka mengatasi tugas-tugas tersebut dan melibatkan siswa dalam kelompok pembelajaran
kooperatif heterogen di mana siswa yang lebih pandai membantu siswa yang kurang pandai dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks
tersebut.
6.7 Pengajaran Berbasis Jasa Layanan