7.1.1 Penge rtian Motivasi Belajar
Konsep motivasi dijelaskan oleh Hull 1943 sebagai dorongan untuk nemenuhi atau memuaskan kebutuhan agar tetap hidup. Dorongan inilah
yang menggerakkan dan mengarahkan perhatian, perasaan dan perilaku atau kegiatan
seseorang. Sebagai contoh, kebutuhan untuk bebas dari sakit membuat seseorang berobat kepada dokter. Pengertian ini jelas
sekali dipengaruhi oleh perspektif behaviorisme yang menjelaskan stimulus- respons sebagai faktor penting dalam perilaku manusia. Perspektif ini
dominan selama periode pertengahan 1930 sampai dengan 1950. Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian motivasi beralih ke
perspektif kognitif. Teori kognitif mulai berkembang sejak 1958. Teori ini muncul karena rasa tidak puas terhadap ketidakmampuan prinsip stimulus
respon untuk menjelaskan kompleksitas motivasi manusia secara memadai. Teori kognitif menjelaskan motivasi sebagai ftingsi dinamika psikologis
perilaku manusia yang lebih kompleks. Motivasi tidak saja merupakan fungsi pemenuhan kebutuhan, tetapi dipahami sebagai kerangka pikir yang
melibatkan kebutuhan, tujuan, sistem nilai, persepsi pribadi dan pengalaman. Sebagai contoh, seorang siswa bersemangat belajar aljabar bukan karena
secara pribadi dia senang dengan kerumitan aljabar, tetapi untuk memenuhi kebutuhan sosial yaitu dianggap cerdas oleh Leman. Sebaliknya, seorang
siswa yang lain tidak bersemangat untuk mempelajari bahasa Inggris, sebab dari pengalamannya yang lalu belajar bahasa Inggris tidak membuat dia lebih
pandai berbahasa Inggris.
7.1.2 Jenis-Jenis Motivasi
Motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik ditandai dengan dorongan yang berasal
dari dalam diri siswa untuk berperilaku tertentu. Sebagai contoh, siswa berinisiatif sendiri untuk mempelajari bahasa Inggris karena rasa senang
belajar bahasa. Tanga harus ada penugasan dari
p
rang lain guru dia berusaha mencari sumber yang dapat digunakan untuk belajar.
Sebaliknya, motivasi ekstrinsik sangat dipengaruhi oleh faktor dari
145
luar siswa; misalnya siswa belajar bahasa Inggris karena kuatir mendapat nilai yang buruk sehingga mempengaruhi kenaikan kelas, atau
kuatir dianggap bodoh oleh temannya yang lain. Guru biasanya mengharapkan yang ideal yaitu siswa akan
termotivasi secara intrinsik, karena jenis motivasi ini lebih bersifat konstan atau permanen dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik.
Namun, pada kenyataannya kedua jenis motivasi ini muncul pada siswa yang sama, hanya kecenderungannya berbeda. Seorang siswa mungkin
cenderung lebih termotivasi secara intrinsik untuk suatu pelajaran tertentu, tetapi tidak untuk mats pelajaran yang lain. Dalam proses
pembelajaran, guru perlu berusaha mencari strategi yang tepat untuk dapat membantu siswa belajar apapun keeenderungan jenis motivasi yang
mendorongnya belajar.
7.1.3 Mengukur Motivasi Belajar Siswa