Ketentuan khusus yang mengatur mengenai faktur pajak Faktur Pajak yang dibuatditerbitkan tidak tepat waktu,

131

R. Ketentuan khusus yang mengatur mengenai faktur pajak

Atas penyerahan BKP JKP tertentu yang PPN-nya ditanggung pemerintah Keppres. No.18 tahun 1986yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keppres No.4 Tahun 1996, kecuali Perusahaan Air Bersih, tetap harus dibuat Faktur Pajak sedikit-dikitnya dalam rangkap 3 tiga. Atas penyerahan JKP oleh kontraktor kepada Perum Perumnas atau developer rumah murah atau rumah sangat sederhana atau bangunan dalam rangka proyek transmigrasi swakarsa industri, harus dibuat Faktur Pajak sedikit-dikitnya dalam rangkap 4 empat. Atas penyerahan buku-buku pelajaran umum, Kitab suci, dan buku-buku pelajaran agama Keppres. No.2 tahun 1990, dibuat Faktur Pajak sedikit- dikitnya dalam rangkap 4 empat.

S. Faktur Pajak yang dibuatditerbitkan tidak tepat waktu,

Faktur Pajak yang diterbitkan sebelum melewati 3 tiga bulan sejak berakhirnya batas waktu penerbitan Faktur Pajak KepDirjenNomor-KEP-549PJ.2000, dianggap sebagai Faktur Pajak Standar. Faktur Pajak yang diterbitkan setelah melewati batas waktu tersebut di atas tidak dapat dianggap sebagai Faktur Pajak Standar. Dengan demikian, bagi PKP yang menerima Faktur Pajak tersebut tidak dapat mengkreditkan PPN yang dibayarnya sebagai Pajak Masukan. PKP yang menerbitkan Faktur Pajak terlambat dikenakan sanksi 2 dari DPP Nota Retur adalah Nota yang dibuat oleh penerima BKP karena adanya pengembalian atas BKP yang telah dibeli diterimanya. Dengan adanya Nota Retur tersebut maka PKP penjual dapat mengurangkan PPN dan PPn? BM PK atas penyerahan BKP yang dikembalikan, sedangkan bagi PKP pembeli harus mengurangkan PPN dan PPnBM PM yang telah dikreditkan atau biaya, dan harta. Nota Retur diterbitkan dan dilaporkan baik oleh PKP penjual maupun PKP pembeli pada Masa Pajak terjadinya pengembalian BKP tersebut. Nota Retur sekurang-kurangnya hrs mencantumkan: 132 1. Nomor urut; 2. Nomor dan tanggal Faktur Pajak dari BKP yang dikembalikan; 3. Nama, alamat, dan NPWP pembeli; 4. Nama, alamat, dan NPWP yang menerbitkan Faktur Pajak; 5. Jenis barang dan harga jual BKP yang dikembalikan; 6. PPN atas BKP yang dikembalikan; 7. PPnBM atas BKP yang tergolong mewah yang dikembalikan; 8. Tanggal pembuatan Nota Retur; 9. Tanda tangan pembeli. Dalam hal Nota Retur tidak selengkapnya mencantumkan keterangan-keterangan di atas maka tidak dapat diperlakukan sebagai Nota Retur, sehingga tidak dapat mengurangi Pajak Keluaran bagi penjual atau Pajak Masukan atau biaya, dan harta bagi pembeli. Dalam hal pengembalian BKP terjadi masih dalam Masa Pajak yang sama dengan terjadinya penyerahan BKP tersebut, tidak perlu dibuatkan Nota Retur, melainkan dapat dilakukan dengan pembatalan atau perbaikan Faktur Pajak atas penyerahan BKP tersebut. Contoh: PT “OK” Pengusaha Kena Pajak menjual barang kena pajak dengan harga jual Rp50.000.000,00 kepada PT “OYE”. Diminta: a. Hitung PPN b. Siapa pemungut PPN? c. Berapa yang diterima PT “OK”? Penyelesaian: a. PPN 10 X Rp50.000.000 =Rp5.000.000,00 b. Pemungut PPN nya adalah PT “OK” c. Yang diterima PT “OK” adalah= Rp50.000.000,00 + Rp5.000.000,00 Rp55.000.000,00 133

BAB XII PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPn.BM

Atas penyerahan dan atau impor barang-barang berwujud yang tergolong mewah selain dikenakan Pajak Pertambahan Nilai PPN juga dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPn.BM yang hanya dipungut pada sumbernya, yaitu pada pabrikan atau pada saat barang diimpor dengan ketentuan: a. Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah ditetapkan paling rendah 10 sepuluh persen dan paling tinggi 200 dua ratus persen. b. Ekspor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah dikenai pajak dengan tarif 0 nol persen. c. Ketentuan mengenai kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan Pemerintah. d. Ketentuan mengenai jenis barang yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada ayat 3 diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

A. Objek dan Subjek Pajak Penjualan pada Barang Mewah

Objek pajak penjualan atas barang mewah adalah penyerahan barang berwujud yang tergolong mewah dan impor barang berwujud yang tergolong mewah.Yang bertindak sebagai subjek pajak penjualan atas barang mewah adalah pengusaha pajak yang menghasilkan barang kena pajak yang tergolong mewah di dalam daerah pabean, dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaanya dan pengusaha yang mengimpor barang yang tergolong mewah. B. Saat Terutang Pajak Penjualan atas Barang Mewah Pajak penjualan atas barang mewah dikenakan hanya sekali yaitu pada saat penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah oleh pengusaha yang menghasilkan barang kena pajak tersebut atau pada saat impor barang kena pajak yang tergolong mewah.