Saat Terutang dan Dilunasi Pelaksanaan Pemungutan dan Penyetoran

81 Untuk PPh pasal 22 yang dipungut oleh pertamina dan badan usaha yang bergerak di bidang bahan bakar minyak, serta oleh BULOG merupakan pemungutan yang sifatnya FINAL.

C. Dikecualikan dari Pemungutan PPh pasal 22

Ada lima hal yang dikecualikan dari pemungutan pajak pengahsilan pasal 22, yaitu; 1. Impor barang barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan tidak terutang PPh 2. Impor barang barang yang dibebaskan dari bea masuk yang dilakukan : a. ke dalam kawasan berikat dan entrepot produksi untuk tujuan ekspor EPTE b. Sebagaimana dimaksudkan dalam, pasal 6 dan pasal 7 PP no 6 tahun 1969 tentang pembebanan atas impor jo PP no 2 tahun 1973. c. Kep Pres No 133 Tahun1953 tentang pembebasan bea masuk atas kiriman kiriman hadiah d. Tujuan keilmuan sesuai pasal 3 SUB b UU tarif Indonesia STBL 1873 no 35 3. Dalam hal diberikan penangguhan bea masuk a. Impor barang untuk pameran b. Keperluan lainnya bersifat sementara setelah keperluan tersebut diekspor kembali 4. Pembayaran atas penyerahan barang tidak dipecah-pecah kurang dari Rp500.000,00 5. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minumPDAM, benda benda pos, telepon.

D. Saat Terutang dan Dilunasi

Dalam pajak penghasilan pasal 22 telah ditentukan tentang waktu diperhitungkannya dan saat pelunasannya, yaitu: 1. Atas impor bersamaan dengan saat pembayaran bea masuk 82 2. Apabila pembayaran bea masuk ditunda atau dibebaskan, maka terhutang dan dilunasi pada saat penyelesaian dokumen PIUD Pemberitahuan Impor Untuk Dipakai. 3. Atas pembelian barang oleh bendaharawan terhutang dan dipungut pada saat dilakukan pembayaran. 4. Atas penjualan hasil produksi dipungut pada saat penjualan 5. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh pertamina atau BULOG, dipungut pada saat penerbitan surat perintah pengeluaran barang DOdelivery order

E. Pelaksanaan Pemungutan dan Penyetoran

Dalam pajak penghasilan pasal 22 telah ditentukan tentang waktu pemungutan dan saat penyetoran, yaitu: 1. Atas impor dipungut oleh Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea Cukai DJBC a.pelunasan yang disetor importir ke Bank Devisa b.dipungut dan disetor oleh DJBC Impor tanpa LKP 2. Atas penyerahan barang, kepada : a.Direktorat Jenderal Anggaran b.Bendaharawan pusat dan daerah c.BUMN dan BUMD Dengan cara: 1. Pemungutan PPh pasal 22 2 Disetor oleh pemungut atas nama wajib pajak ke :Bank persepsi atau Kantor pos dan giro 3. Atas penjualan hasil produksi Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok, kertas, baja dan otomotif, dipungut dan disetor oleh badan usaha ke : Bank persepsi atau kantor pos dan giro 83 4. atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang : Pertamina dan BULOG penunasan yang disetorkan oleh penyalur dan atau agen ke bank persepsi atau kantor pos dan giro 5. Bukti pemotongan Pemungutan DBJC Dan usaha wajib menerbitkan bukti pemungutan rangkap 3 tiga didistribusi: a. untuk pembeli b. laporan ke Direktorat Jenderal Pajak c. Arsip pemungutan 6. Penyetoran a. DJBC dan badan usaha dilakukan secara kolektif menggunakan SPP b. Oleh importer c. DJA, bendaharawan, BUMN dan BUMD d. BULOG dengan menggunakan permulir SPP Contoh: 1. PT Mandiri mengimpor hasil perkebunan dari India dengan CIF sebesar US 100.000. Bea masuk 5 dari CIF dan terkena pungutan 0.5 dari CIF Kurs umum pada saat itu US 1 = Rp 9.900 Kurs menurut SK MenKeu US 1 = Rp 9.000 Hitung PPh 22 jika PT Mandiri a.memiliki API b. tidak memiliki API Pembahasan: 1a. C.I.F US100.000,00 X Rp9.000,00 = Rp900.000.000.00 Bea masuk 5 = Rp 45.000.000,00 Pungutan resmi 0,50 = Rp 4.500.000,00 Nilai impor Rp949.500.000,00 Besarnya PPh pasal 22 adalah2,50 X Rp949.500.000,00 = Rp23.737.500.00 84 1b. C.I.F US100.000,00 X Rp9.000,00 = Rp900.000.000.00 Bea masuk 5 = Rp 45.000.000,00 Pungutan resmi 0,50 = Rp 4.500.000,00 Nilai impor Rp949.500.000,00 Besarnya PPh pasal 22 adalah 7,50 X Rp949.500.000,00 = Rp71.212.500.00 2. PT “Maju” pada bulan Maret 2011 mengimpor barang dari Singapura dengan harga US 800.000 biaya angkut US 8.000 dan biaya assuransi US 2.000 yang dibayar di luar negeri Selain itu juga dikeluarkan bea masuk Rp 5.000.000, angkut di pelabuhan Rp 2.000.000 serta pungutan lain tidak resmi Rp 4.000.000. Kurs umum pada saat itu US 1 = Rp 9.900 Kurs menurut SK MenKeu US 1 = Rp 9 .000 Hitung PPh 22 jika PT Maju a.memiliki API b. Tidak memiliki API 85

BAB VI PAJAK PENGHASILAN PASAL 23