E. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori Landasan atau kerangka teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir
pendapat, teori-teori, penelitian mengenai sesuatu kasus atau permasalahan problem yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui
ataupun tidak disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan
16
Menurut Sugiyono, fungsi dari kerangka teori selaras dengan apa yang digunakan yaitu bahwa teori-teori yang relevan dapat digunakan untuk menjelaskan
tentang variabel yang akan diteliti, setara sebagai dasar untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan.
17
Karena penulisan dari penelitian ini membahas tentang tinjauan yuridis atas tugas yang dilakukan notaris sebelum melaksanakan perjanjian kredit di perbankan
agar sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan sehingga tercipta suatu keadaaan dimana tugas seorang notaris tidak berakibat kepada
produk atau peristiwa hukum yang tidak baik atau negatif sehingga mengakibatkan kerugian pada salah satu pihak atau bahkan kedua belah pihak, maka diharapkan
dalam pelaksanaannya dapat dihindari sehingga manfaat hukum secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat dan terciptalah kondisi yang kondusif dan tertib
hukum. Untuk itu, ada teori yang perlu dikembangkan dalam penelitian ini yaitu teori
16
M. Solly Lubis dalam Muhamamd Yamin, Gadai Tanah Sebagai Lembaga Pembiayaan Rakyat Kecil, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2004, hal.36
17
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfa Beta, Bandung, 1983, Hal. 200
Universitas Sumatera Utara
Wewenang atau Tugas atau lebih dikenal kepada Van Bevogheid Theorie. Teori tugas dikembangkan oleh Philipus M. Hadjon. Philipus M. Hadjon mengatakan bahwa
“wewenang” bevogheid dideskripsikan sebagai kekuasaan hukum rechtsmacht. Jadi dalam konsep hukum publik, wewenang berkaitan dengan kekuasaan.”
Kalimat ini berarti bahwa setiap orang yang diberikan wewenang pasti juga akan mempunyai kekuasaan dalam pelaksanaan tugas yang berkaitan dengan
wewenang yang diperolehnya tersebut. Maka tugas dan wewenang adalah dua sikap yang saling berkaitan dan bahkan dapat disamakan.
Sementara Ferrazi mengatakan bahwa wewenang adalah sebagai hak untuk menjalankan suatu atau lebih fungsi manajemen, yang meliputi pengaturan regulasi
dan standarisasi, pengurusan administrasi dan pengawasan supervisi atas suatu urusan tertentu.
18
Apabila diteliti lebih jauh mengenai kedua pengertian tentang tugas dan wewenang diatas, maka akan diperoleh paling tidak tiga unsur. Adapun ketiga unsur
tersebut adalah: a
Pengaruh Pengaruh dapat diartikan sebagai penggunaan wewenang dimaksudkan
untuk mengendalikan subyek hukum.
18
Ganjong, pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum, Ghalia Indonesia, 2007, Hal. 93
Universitas Sumatera Utara
b Dasar hukum
Dasar hukum disini maksudnya adalah bahwa setiap wewenang yang diberikan harus mempunyai dasar hukum pelaksanaannya.
c Konformitas Hukum
Maksudnya adalah adanya standar wewenang yng diberikan baik untuk keseluruhan wewenang maupun untuk wewenang yang khusus.
Selain uraian diatas, wewenang juga dibagi kedalam dua bagian besar yaitu wewenang atribusi dan wewenang pelimpahan. Defenisi singkat mengenai wewenang
atribusi adalah wewenang yang diberikan atau ditetapkan untuk jabatan tertentu sehingga wewenang tersebut melekat kepada seseorang karena jabatan yang diberikan
kepadanya, sedangkan wewenang pelimpahan adalah wewenang yang bersumber dari pelimpahan suatu organ pemerintahan kepada organ lain berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Untuk memperoleh gambaran jelas, notaris memperoleh wewenang secara
atribusi bukan delegasi karena menurut Ralph C. Davis : Pendelegasian wewenang hanyalah tahapan dari suatu proses ketika penyerahan wewenang berfungsi
melepaskan kedudukan dengan melaksanakan pertanggung jawaban
19
. Dengan demikian jabatan notaris begitu melekat kepada seseorang, maka seluruh hak dan
19
Davis Ralph
C, “Wewenang, Delegasi, Sentralisasi, Desentralisasi” diakses dari
http:wahyu410.wordpress.com20101107wewenang-delegasi-sentralisasi-dan-desentralisasi, pada tanggal 5 Juni 2014
Universitas Sumatera Utara
kewajiban yang menjadi tugas dan wewenang orang tersebut akan melekat didalam melaksanakan profesi notarisnya sehari-hari.
Dalam pelaksanaannya, setiap notaris bebas menjalankan kehendak sendiri namun tidak berarti tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kode etik
yang berlaku. Jadi kebebasan wewenang untuk melaksanakan tugas itu sendiri ada batasannya, baik secara tempat maupun dari substansi tugas itu sendiri.
Dalam dunia perbankan, Notaris melaksanakan tugasnya selaku notaris dalam jabatannya dan memperlakukan kedua belah pihak sebagai para pihak yang
membutuhkan jasanya dengan tidak memanfaatkan celah yang ada untuk menghasilkan keuntungan yang tidak baik bagi diri notaris itu sendiri.
Tugas notaris yang melekat pada jabatan notaris mempunyai pelaksanaan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan dimanapun notaris berada. Didalam wilayah
perbankan, notaris harus mampu dan bisa menelaah berbagai kebutuhan hukum yang ada dalam ruang lingkup perbankan tersebut. Para pihak juga perlu diberikan saran
dan pesan yang baik dan benar sebelum menghasilkan sebuah peristiwa hukum yang nantinya akan dipatuhi kedua belah pihak. Apabila para pihak dan notaris tidak
melaksanakan tata cara da prosedur yang sudah ditetapkan oleh peraturan perundang- undangan dan kode etik notaris, maka pasti akan menghasilkan akibat hukum yang
negatif atau yang tidak baik kepada kedua belah pihak, bahkan tidak menutup kemungkinan kepada notaris itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Untuk itu dibutuhkan notaris yang memang mau menjalankan seluruh tugas yang ada padanya secara baik dan benar agar tercipta suasana hukum yang baik
kepada keseluruh pihak. Selain itu, masyarakat juga harus dianggap sudah mampu menilai terhadap
pemberian tugas tersebut dimanfaatkan tidak pada tempatnya atau sudah sebagaimana mestinya. Apabila sudah diketahui, maka akan tercapailah kepastian hukum dimana
kedua belah pihak akan merasakan pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai efek dari perjanjian yang mereka laksanakan dihadapan notaris telah sesuai dengan keinginan
masing-masing pihak dan juga notaris dapat merasakan manfaat dari wewenang yang telah ia laksanakan telah sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh undang-undang.
Berdasarkan teori yang telah disebutkan diatas maka dapat dijadikan sebuah kerangka dalam pemikiran untuk pembahasan ini sehingga dapat melihat secara
sebenarnya apakah tugas dan wewenang notaris itu baik menurut hukum positif dalam hal ini menurut peraturan perundang-undangan tentang etika jabatan notaris
maupun adalam kode etik notaris serta dalam tugas dan wewenang yang tidak tercantum yang merupakan penjabaran yang lebih luas lagi terhadap jenis-jenis tugas
notaris tersebut. Setelah diperoleh apa saja tugas tersebut, maka dapat diperoleh tugas yang mempunyai potensi untuk menghasilkan akibat hukum yang tidak baik dengan
memakai beberapa indikator yang telah ditentukan untuk kemudian dilakukan pencegahan. Pencegahan disini dapat dilakukan dengan cara menghindari akibat
hukum itu dengan menutup kemungkinan dan celah terhadapnya dan juga
Universitas Sumatera Utara
mempunyai solusi yang tepat guna menghadapi tugas yang sudah memasuki sebuah kesalahan tersebut.
2. Kerangka Konsepsi Dari landasan kerangka teori hukum tersebut, maka diperoleh konsepsi yang
dapat dikembangkan dalam penelitian ini adalah dengan menganalisa pelaksanaan tugas notaris dilapangan dengan menghubungkannya kepada peraturan perundang-
undangan yaitu Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Peraturan Jabatan Notaris.
F. Metode Penelitian