Sejarah Singkat, Defenisi dan Tugas Notaris

2. Ratione Loccus, aparat pemerintah tidak berwenang kaitannya dengan wilayah hukum. Contoh : Keputusan Walikota Siantar tidak sah diberlakukan di wilayah Medan. 3. Ratione Temporis, aparat pemerintah tidak berwenang karena daluwarsa atau telah lewat waktu yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Contoh : tugas Pengadilan Tata Usaha Negara hanya mempunyai waktu untuk menyelesaikan kasus tertentu dalam jangka waktu 40 hari, setelah itu Pengadilan Tata Usaha Negara tidak berwenang lagi memutus kasus itu. Dilain hal, wewenang yang dijalankan secara umum tersebut tidaklah bisa dijalankan dengan sesuka hati penerima wewenang, harus mempunyai batasan. Pembatasan-pembatasan yang dimaksud adalah sebagai berikut 50 : a. Tidak boleh bertentangan dengan system hukum yang berlaku kaidah hukum positif; dan, b. Hanya ditujukan untuk kepentingan umum.

C. Sejarah Singkat, Defenisi dan Tugas Notaris

Secara singkat, sejarah Notaris dimulai pada abad ke 2-3 pada masa Roma kuno, dimana mereka dikenal sebagai scribae, tabellius atau notarius. Pada masa itu, mereka adalah golongan orang yang mencatat pidato. 51 50 Muchsan, Beberapa Catatan tentang Hukum Administrasi Negara dan Peradilan Administrasi di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1981. hal. 27-28 51 http:id.wikipedia.orgwikiNotaris, diakes pada tanggal 20 September 2014 Universitas Sumatera Utara Istilah Notaris diambil dari nama pengabdinya, notarius, yang kemudian menjadi istilah bagi golongan orang penulis cepat atau stenografer. Notaris adalah salah satu cabang dari profesi hukum yang tertua di dunia. Jabatan Notaris ini tidak ditempatkan di lembaga yudikatif, eksekutif ataupun yudikatif. Notaris memiliki posisi netral, sehingga apabila ditempatkan di salah satu dari ketiga badan negara tersebut maka Notaris tidak lagi dapat dianggap netral. Dengan posisi netral tersebut, Notaris diharapkan untuk memberikan penyuluhan hukum untuk dan atas tindakan hukum yang dilakukan Notaris atas permintaan kliennya. Dalam hal melakukan tindakan hukum untuk kliennya, Notaris juga tidak boleh memihak kliennya, karena tugas Notaris ialah untuk mencegah terjadinya masalah. Ada dua macam Notaris, yaitu Civil Law Notary dan Common Law Notary. Kedua jenis Notaris ini bisa dilihat dari ciri-cirinya, yaitu 52 : 1. Civil Law Notary yaitu lembaga notariat berasal dari Italia Utara dan juga dianut oleh Indonesia. Ciri-cirinya ialah: a. Diangkat oleh penguasa yang berwenang; b. Bertujuan melayani kepentingan masyarakat umum; dan; c. Mendapatkan honorarium dari masyarakat umum. 52 Diambil dari Artikel Manunggal B, SH, dengan judul artikel “NOTARIS SEBAGAI JABATAN YANG TERHORMAT”, Notary Document, Magister Kenotariatan UNHAS, 2009, seperti dikutip dari situs http:www.slideshare.netamethysprofesi-notaris-sebagai-jabatan-terhormat, diakses pada tanggal 24 Agustus 2014. Universitas Sumatera Utara 2. Common Law Notary, yaitu Notaris yang ada di negara Inggris dan Skandinavia. Adapun ciri - ciri Notaris seperti ini adalah: a. Akta tidak dalam bentuk tertentu; dan; b. Tidak diangkat oleh pejabat penguasa. Sekitar abad ke 5, Notaris dianggap sebagai pejabat istana. Di Italia Utara sebagai daerah perdagangan utama pada abad ke 11 - 12, dikenal Latijnse Notariat, 53 yaitu orang yang diangkat oleh penguasa umum, dengan tujuan melayani kepentingan masyarakat umum, dan boleh mendapatkan honorarium atas jasanya oleh masyarakat umum. Latijnse notariat ini murni berasal dari Italia Utara, bukan sebagai pengaruh hukum Romawi Kuno. Pada tahun 1888, terbitlah buku Formularium Tabellionum oleh Imerius, pendiri sekolah Bologna, dalam rangka peringatan 8 abad sekolah hukum Bologna. Berturut-turut seratus tahun kemudian ditebitkan Summa Artis Notariae oleh Rantero dari Perugia, kemudian pada abad ke 13 buku dengan judul yang sama diterbitkan oleh Rolandinus Passegeri. Ronaldinus Passegeri kemudian juga menerbitkan Flos Tamentorum. Buku-buku tersebuut menjelaskan definisi Notaris, fungsi, tugas dan kewajiban-kewajibannya. Pada abad ke 14, profesi Notaris mengalami kemunduran dikarenakan penjualan jabatan Notaris oleh penguasa demi uang dimana Notaris dadakan tersebut mengakibatkan kerugian kepada masyarakat banyak yang diakibatkan tidak siapnya Notaris tersebut untuk mengakomodir pelayanan hukum masyarakat. 53 http:hamka-fauzia.blogspot.com201309sejarah-perkembangan-notaris-dari-zaman.html, diakses pada tanggal 20 September 2014 Universitas Sumatera Utara Sementara itu, kebutuhan atas profesi Notaris telah sampai di Perancis. Pada abad ke 13, terbitlah buku Les Trois Notaires oleh Papon. Pada 6 oktober 1791, pertama kali diundangkan undang-undang di bidang notariat, yang hanya mengenal 1 macam Notaris. Pada tanggal 16 maret 1803 diganti dengan Ventosewet yang memperkenalkan pelembagaan Notaris yang bertujuan memberikan jaminan yang lebih baik bagi kepentingan masyarakat umum. Pada abad itu penjajahan pemerintah kolonial Belanda telah dimulai di Indonesia. Secara bersamaan pula, Belanda mengadaptasi Ventosewet dari Perancis dan menamainya Notariswet. Dan sesuai dengan asas konkordasi, undang-undang itu juga berlaku di Hindia Belanda Indonesia. Notaris pertama yang diangkat di Indonesia adalah Melchior Kelchem, sekretaris dari College van Schenpenen di Jakarta pada tanggal 27 agustus 1620. Selanjutnya berturut turut diangkat beberapa Notaris lainnya, yang kebanyakan adalah keturunan Belanda atau timur asing lainnya. Pada tanggal 26 januari 1860 diundangkanlah Notaris Reglement yang sejanjutnya dikenal sebagai Peraturan Jabatan Notaris. Reglement atau ketentuan ini bisa dibilang adalah kopian dari Notariswet yang berlaku di Belanda. Peraturan jabatan Notaris terdiri dari 66 pasal. Peraturan jabatan Notaris ini masih berlaku sampai dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 54 tentang Jabatan Notaris yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014. 54 Tan Thong Kie, Studi Notariat, Serba Serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1994, hal. 362 Universitas Sumatera Utara Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, terjadi kekosongan pejabat Notaris dikarenakan mereka memilih untuk pulang ke negeri Belanda. Untuk mengisi kekosongan ini, pemerintah menyelenggarakan kursus-kursus bagi warga negara Indonesia yang memiliki pengalaman di bidang hukum biasanya wakil Notaris. Jadi, walaupun tidak berpredikat sarjana hukum saat itu, mereka mengisi kekosongan pejabat Notaris di Indonesia. Selanjutnya pada tahun 1954, diadakan kursus-kursus independen di Universitas Indonesia. Dilanjutkan dengan kursus notariat dengan menempel di fakultas hukum, sampai tahun 1970 diadakan program studi spesialis notariat, sebuah program yang mengajarkan keterampilan membuat perjanjian, kontrak dan lain-lain yang memberikan gelar sarjana hukum bukan CN – candidate Notariscalon Notaris pada lulusannya. Pada tahun 2000, dikeluarkan sebuah peraturan pemerintah nomor 60 yang membolehkan penyelenggaraan spesialis notariat. Peraturan Pemerintah ini mengubah program studi spesialis Notaris menjadi program magister yang bersifat keilmuan, dengan gelar akhir Magister Kenotariatan atau M.Kn. salah satu tujuannya adalah nanti jangan ada setiap notaris dalam bidang hukum ketrampilan teknis yang mengabaikan segi yang menyangkut tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya dan profesi pada umumnya, serta nilainilai dan ukuran etika yang harus menjadi Universitas Sumatera Utara pedoman dalam menjalankan profesinya, hanya akan menjadi tukang-tukang yang terampil belaka di bidang hukum dan profesinya. 55 Yang menghendaki profesi Notaris di Indonesia adalah pasal 1868 Kitab undang- undang hukum perdata yang berbunyi: “Suatu akta otentik ialah suatu akta didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, yang dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya.” Sebagai pelaksanaan pasal tersebut, diundangkanlah undang-undang nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan Notaris yang sekarang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Menurut pengertian Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 30 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris dalam pasal 1 disebutkan definisi Notaris , yaitu: “Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan tugas lainnya sebagaimana maksud dalam undang-undang ini.” Pejabat umum adalah orang yang menjalankan sebagian fungsi publik dari negara, khususnya di bidang hukum perdata. Akta otentik adalah akta otentik yang merupakan alat bukti tertulis dengan kekuatan pembuktian sempurna. Ini berarti bahwa masih dimungkinkan dapat dilumpuhkan oleh bukti lawan sehingga hakim berwenang untuk membatalkannya. 56 55 Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004. Hal. 265. Universitas Sumatera Utara Sebagai pejabat umum Notaris harus: 1. Berjiwa pancasila; 2. Taat kepada hukum, sumpah jabatan, kode etik Notaris; 3. Berbahasa Indonesia yang baik; Sebagai profesional Notaris harus: 1. Memiliki perilaku Notaris; 2. Ikut serta pembangunan nasional di bidang hukum; 3. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat. Notaris menertibkan diri sesuai dengan fungsi, tugas dan kewajiban sebagaimana ditentukan di dalam undang-undang jabatan Notaris. Syarat diangkat menjadi Notaris sesuai dengan Undang-Undang Jabatan Notaris pasal 3 yaitu : 1. Warga negara Indonesia; Karena Notaris adalah pejabat umum yang menjalankan sebagian dari fungsi publik dari negara, khususnya di bagian hukum perdata. Tugas ini tidak dapat diberikan kepada warga negara asing, karena menyangkut dengan menyimpan rahasia negara, Notaris harus bersumpah setia atas Negara Republik Indonesia, sesuatu yang tidak mungkin bisa ditaati sepenuhnya oleh warga negara asing. 2. Berumur minimal 27 tahun; Umur 27 tahun dianggap sudah stabil secara mental. 3. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 56 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, op.cit., hal. 149 Universitas Sumatera Utara Diharapkan Notaris tidak akan melakukan perbuatan asusila, amoral dan lan sebagainya. 4. Telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan Notaris dalam waktu 2 tahun berturut-turut pada kantor Notaris, atas prakarsa sendiri atau rekomendasi organisasi Notaris setelah lulus magister kenotariatan; Supaya telah mengetahui praktek Notaris, mengetahui struktur hukum yang dipakai dalam pembuatan aktanya, baik otentik ataupun di bawah tangan, dan mengetahui administrasi Notaris. 5. Berijazah sarjana hukum dan lulusan strata dua kenotariatan; Telah mengerti dasar-dasar hukum Indonesia. 6. Tidak berstatus pegawai negeri, pejabat negara, advokat, pemimpin maupun karyawan Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan perusahaan swasta atau jabatan lain yang oleh undang-undang dilarang untuk dirangkap dengan jabatan Notaris. Notaris tidak boleh merangkap jabatan karena Notaris dilarang memihak dalam kaitannya sebagai pihak netral supaya tidak terjadi beturan kepentingan. Selain itu, Notaris juga harus dituntut untuk bersikap professional. Adapun unsur- unsur profesionalisme itu adalah 57 : 1. Suatu pekerjaan yang memerlukan keahlian; 2. Untuk itu perlu mendapatkan latihan khusus; 3. Memperoleh penghasilan daripadanya; 57 A. Kohar, Notaris dan Persoalan Hukum, PT. Bina Indra Karya, Surabaya, 1995, hal. 100 Universitas Sumatera Utara Dapat dikemukakan mengenai pembatasan kriteria profesi yang meliputi: 1. Pengetahuan; 2. Keahlian atau kemahiran; 3. Mengabdi kepada kepentingan orang banyak; 4. Tidak mengutamakan kepentingan financial; 5. Adanya organisasi atau asosiai profesi; 6. Pengakuan masyarakat; dan; 7. Kode etik Supriadi memberi tambahan mengenai etika notaris dalam menunjang profesionalitasnya ada 4 hal pokok yang harus dilaksanakan, yaitu 58 : 1. Mempunyai integritas yang mantap; 2. Harus jujur terhadap klien maupun diri sendiri; 3. Sadar akan batas-batas wewenangnya; dan; 4. Tidak semata-mata berdasarkan uang. Munir Fuady juga mengungkapkan bahwa etika profesi notaris ini juga begitu penting karena dalam pelaksanaan wewenang notaris, kode etik profesi sebagai pemberi batasan terhadap prilaku notaris tersebut. Adapun alasan mengapa begitu pentingnya kode etik notaris itu karena 59 : 58 Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Sinar Grafika, 2006, Jakarta. Hal. 51 59 Munir Fuady, Profesi Mulia Etika Profesi Hukum Bagi Hakim, Jaksa, Advokat, Notaris, Kurator, Pengurus, PT. Citra Aditya Bakti, 2005, Bandung. Hal. 133. Universitas Sumatera Utara 1. Bukan hanya kode etik notaris merupakan suatu profesi sehingga perlu diatur suatu kode etik, melainkan juga karena sifat dan hakikat dari pekerjaan notaris sehingga dapat menjadi dasar hukum utama tentang status harta benda, hak dan kewajiban seorang klien yang menggunakan jasa notaris tersebut. 2. Agar tidak terjadi ketidakadilan sebagai akibat dari pemberian status harta benda, hak dan kewajiban yang tidak sesuai denngan kaidah dan prinsi-prinsip hukum keadilan, sehingga dapat mengacaukan ketertiban umum dan juga mengajukan hak-hak pribadi dari masyarakat pencari keadilan, maka bagi dunia notaris sangat diperlukan juga suatu kode etik profesi yang baik dan modern. Tugas Notaris menurut Undang – Undang Jabatan Notaris yaitu Undang- Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris dalam pasal 15 nya berbunyi sebagai berikut: Ayat 1: Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundangan danatau yag dikehendaki oleh yang berkepentingan, untuk dinyatakan dalam akta otentik, menajmin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya sepanjang pembuatan akta tersebut tidak ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. Universitas Sumatera Utara Ayat 2: Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Notaris berwenang pula: a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapakan kepastian tanggal pembuatan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus. Hal ini lazim disebut dengan Legalisasi. Legalisasi adalah tindakan mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah tangan yang dibuat sendiri oleh orang perseorangan atau oleh para pihak diatas kertas yang bermaterai cukup yang di tanda tangani di hadapan Notaris dan didaftarkan dalam buku khusus yang disediakan oleh Notaris. b. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus lazim disebut dengan waarmerking. c. Membuat kopi dari asli surat dibawa tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan. d. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya lazim disebut dengan legalisir. e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta. f. Membuat akta yang berhubungan dengan pertanahan. g. Membuat akta risalah lelang. Universitas Sumatera Utara Selain itu, wewenang Notaris juga terdapat dalam Pasal 51 ayat 1 Undang- Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang berbunyi: “Membetulkan kesalahan tulis danatau kesalahan ketik yang terdapat pada minuta akta yang telah di tandatangani”. Pembetulan kesalahan tulis tersebut juga harus memenuhi ketentuan dan tata cara yang terdapat pada ayat 2 nya yaitu: “Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan dihadapan penghadap, saksi, dan Notaris yang dituangkan dalam Berita Acara dan memberikan catatan tentang hal tersebut pada Minuta Akta asli dengan menyebutkan tanggal dan Nomor Akta berita acara p embetulan”. Selain itu, arti penting dari profesi notaris lebih disebabkan karena notaris oleh undang-undang diberi wewenang untuk menciptakan alat pembuktian yang mutlak, dalam pengertian bahwa apa yang disebut dalam akta otentik itu pada pokoknya dianggap benar. Hal ini sangat penting untuk mereka yang membutuhkan alat pembuktian untuk sesuatu keperluan, baik untuk kepentingan pribadi mupun untuk kepentingan suatu usaha. 60 60 R. Sugondo Notodisoeryo, Hukum Notariat di Indonesia: Suatu Penjelasan, PT. Raja Grafindo Persada, 1993, Jakarta, hal. 9 Universitas Sumatera Utara

D. Tugas Notaris Di Perbankan