Pengaturan Hukum Secara Umum

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TUGAS YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS SEBELUM MELAKSANAKAN PERJANJIAN KREDIT

A. Pengaturan Hukum Secara Umum

Sebelum mendefenisikan pengaturan hukum, sebaiknya harus dipisahkan antara aturan dan hukum. Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan. Sedangkan Norma hukum adalah aturan sosial yang dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu, misalnya pemerintah, sehingga dengan tegas dapat melarang serta memaksa orang untuk dapat berperilaku sesuai dengan keinginan pembuat peraturan itu sendiri. Pelanggaran terhadap norma ini berupa sanksi denda sampai hukuman fisik dipenjara, hukuman mati. 22 Norma hukum biasanya berasal dari undang-undang yang dibuat oleh pemerintah dan bagi mereka yang melanggarnya biasanya mendapatkan sanksi berupa teguran, denda hingga penjara. Maka, dapat diambil kesimpulan bahwa pengaturan adalah segala sesuatu yang merupakan aturan tertulis yang berisi berbagai perintah maupun larangan yang 22 http:id.wikipedia.orgwikiNorma_hukum, diakses pada tanggal 2 Oktober 2014. Universitas Sumatera Utara mengatur tata tertib pada masyarakat atau negara yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-Undangan. Lain hal pengaturan, lain pula keputusan. Sekilas keputusan sama dengan pengaturan, padahal kedua hal tersebut mempunyai perbedaan yang sangat besar. Adapun indikator yang dapat dijadikan pedoman dalam membedakan keputusan dan pengaturan adalah sebagai berikut: 1. Istilah “peraturan” digunakan untuk menyebut hasil kegiatan pengaturan yang menghasilkan peraturan regels. 2. Istilah “keputusan” atau “ketetapan” digunakan untuk menyebut hasil kegiatan penetapan atau pengambilan keputusan administratif beschikkings. 3. Istilah “tetapan” digunakan untuk menyebut penghakiman atau pengadilan yang menghasilkan putusan vonnis. Dari penjelasan tersebut maka dapat dirinci mengenai pengertian istilah “keputusan” dapat diartikan secara luas dan sempit. Dalam pengertian istilah “keputusan” yang luas, di dalamnya terkandung juga pengertian “peraturanregels”, “keputusanbeschikkings” dan “tetapanvonnis”. Sedangkan, dalam istilah “keputusan” dalam arti yang sempit, berarti adalah suatu hasil kegiatan penetapan atau pengambilan keputusan administratif beschikkings. Setelah diperoleh hasil dari defenisi pengaturan, maka akan diuraikan lebih detail tentang apa yang dimaksud dengan hukum dalam kaitan kesehariannya. Berikut ini adalah pengertian para ahli tentang apa itu hukum. Universitas Sumatera Utara Menurut R. Soeroso, definisi hukum secara umum adalah himpunan peraturan yang dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang melanggarnya. Unsur-unsur yang terkandung dalam definisi hukum sebagai berikut : 1. peraturan dibuat oleh yang berwenang 2. tujuannya mengatur tata tertib kehidupan masyarakat 3. mempunyai ciri memerintah dan melarang 4. bersifat memaksa dan ditaati 23 Menurut Abdulkadir Muhammad, hukum adalah segala peraturan tertulis dan tidak tertulis yang mempunyai sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya. C.S.T. Kansil mengemukakan hukum itu mengadakan ketata-tertiban dalam pergaulan manusia, sebagai keamanan dan ketertiban terpelihara. J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto mengemukakan hukum itu ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran-pelanggaran yang dikenai tindakan-tindakan hukum tertentu. Menurut Plato, hukum bukan semata-mata untuk menjaga ketertiban saja, melainkan sebagai obat untuk menyembuhkan kejahatan manusia. 24 23 http:asiamaya.comkonsultasi_hukumist_hukumdefinisi_hukum.htm. diakses pada tanggal 20 Agustus 2014, Universitas Sumatera Utara Aristoteles menyatakan hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat masyarakat tetapi juga hakim. Sedangkan E. Utrecht berpendapat lebih rinci, yaitu bahwa Hukum merupakan himpunan petunjuk hidup - perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh seluruh anggota masyarakat oleh karena itu pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan oleh pemerintah atau penguasa itu. 25 Sebabnya hukum ditaati orang menurut Utrecht, yaitu: 1. Karena orang merasakan bahwa peraturan dirasakan sebagai hukum. Mereka benar berkepentingan akan berlakunya peraturan tersebut. 2. Karena orang harus menerimanya supaya ada rasa ketentraman. Penerimaan rasional itu sebagai akibat adanya sanksi-sanksi hukum supaya tidak mendapatkan kesukaran, orang memilih untuk taat saja pada peraturan hukum karena melanggar hukum mendapat sanksi hukum. 3. Karena masyarakat menghendakinya. Dalam kenyataannya banyak orang yang tidak menanyakan apakah sesuatu menjadi hukumbelum. Mereka tidak menghiraukan dan baru merasakan dan memikirkan apabila telah melanggar hingga merasakan akibat pelanggaran tersebut. Mereka baru merasakan adanya hukum apabila luas kepentingannya dibatasi oleh peraturan hukum yang ada. 24 Rapar, J. H., Filsafat Politik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta2002. Hal. 83 25 http:intanyuwanitas.blogspot.com201304pengertian-hukum-menurut-para-ahli.html, diakses pada tanggal 22 Agustus 2014 Universitas Sumatera Utara 4. Karena adanya paksaan sanksi sosial. Orang merasakan malu atau khawatir dituduh sebagai orang yang asosial apabila orang melanggar suatu kaidah sosialhukum. Sedangkan menurut bahasa sehari-hari, Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol, hukum adalah aspek terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan, Hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh karena itu setiap masyarat berhak untuk mendapat pembelaan didepan hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi bagi pelanggarnya. Dalam pembagiannya di Indonesia, hukum mempunyai beberapa pembagian. Adapun yang dijadikan indikator-indikator tersebut bisa berdasarkan tempat berlaku, sumbernya dan sebagainya. Berikut ini akan diuraikan secaa singkat pembagian- pembagian hukum tersebut: 26 1. Hukum menurut Bentuknya Menurut bentuknya, hukum dikelompokkan sebagai berikut. a. Hukum tertulis adalah hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan perundangan. Hukum tertulis dapat merupakan hukum tertulis yang dikodifikasikan dan hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan. 26 http:arifsubarkah.wordpress.com20100102pembagian-hukum, diakses pada tanggal 24 Agustus 2014 Universitas Sumatera Utara b. Hukum tak tertulis adalah hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi tidak tertulis. Hukum tak tertulis juga disebut hukum kebiasaan, hukum tidak tertulis ditaati seperti suatu peraturan perundangan. 2. Hukum menurut Tempat Berlakunya Menurut tempat berlakunya, hukum dibedakan sebagai berikut. a Hukum nasional adalah hukum yang berlaku dalam suatu negara. b Hukum internasional adalah hukum yang mengatur hubungan hukum dalam dunia internasional. c Hukum asing adalah hukum yang berlaku di negara lain. d Hukum lokal adalah hukum yang berlaku di suatu daerah atau wilayah tertentu. 3. Hukum menurut Sumbernya Menurut sumbernya, hukum dapat digolongkan sebagai berikut. a Undang-undang adalah hukum yang tercantum dalam peraturan perundangan. b Hukum kebiasaan adalah hukum yang terletak dalam peraturan-peraturan kebiasaan. c Hukum traktat adalah hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di dalam suatu perjanjian antarnegara. d Hukum yurisprudensi adalah hukum yang terbentuk karena keputusan hakim. Universitas Sumatera Utara 4. Hukum menurut Waktu Berlakunya Menurut waktu berlakunya, hukum dapat digolongkan sebagai berikut. a. Hukum positif ius constitutum adalah hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu. Hukum positif ius constitutum disebut juga tata hukum. b. Ius constituendum adalah hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan datang. c. Hukum asasi adalah hukum yang berlaku di mana-mana dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tidak mengenal batas waktu melainkan berlaku untuk selama-lamanya abadi terhadap siapa pun di seluruh tempat. 5. Hukum menurut Isinya Menurut isinya, hukum dapat dikelompokkan sebagai berikut. a Hukum privat adalah kumpulan hukum yang mengatur hubungan- hubungan antarorang dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan. Hukum privat juga disebut hukum sipil. Contoh: Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undanga Hukum Dagang. b Hukum publik adalah kumpulan hukum yang mengatur hubungan- hubungan antara negara dengan alat perlengkapannya atau antara negara dengan perorangan. Hukum publik bertujuan untuk melindungi kepentingan umum. Hukum publik juga disebut hukum negara. Universitas Sumatera Utara 6. Hukum menurut Wujudnya Menurut wujudnya, hukum dapat dikelompokkan sebagai berikut. a Hukum objektif adalah hukum dalam suatu negara yang berlaku umum dan tidak mengenai orang atau golongan tertentu. Hukum ini untuk menyatakan peraturan yang mengatur antara dua orang atau lebih. Contoh: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP b Hukum subjektif adalah hukum yang dihubungkan dengan seseorang tertentu dan dengan demikian menjadi hak. Contoh: Kitab Undang- Undang Hukum Militer. 7. Hukum menurut Sifatnya Menurut sifatnya, hukum dapat digolongkan sebagai berikut. a Hukum yang memaksa adalah hukum yang dalam keadaan bagaimana pun juga harus dan mempunyai paksaan mutlak. Contoh: hukum pidana b Hukum yang mengatur adalah hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian. Contoh: hukum dagang 8. Hukum menurut Cara Mempertahankannya Menurut cara mempertahankannya, hukum dapat dikelompokkan sebagai berikut. a Hukum materiil adalah hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan-hubungan yang Universitas Sumatera Utara berwujud perintah-perintah dan larangan-larangan. Contoh: hukum pidana, hukum perdata, dan hukum dagang. b Hukum formal adalah hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur cara-cara melaksanakan dan mempertahankan hukum materiil atau suatu peraturan yang mengatur cara mengajukan suatu perkara ke muka pengadilan dan bagaimana caranya hakim memberi putusan. Hukum formal disebut hukum acara. Contoh: hukum acara pidana dan hukum acara perdata Setelah melihat pembagian hukum menurut beberapa jenis pembagian diatas, maka bisa dilihat bahwa hukum yang mengatur tentang tugas dan wewenang Notaris dapat dikategorikan sebagai hukum formal yang bersifat privat. Hal ini dikarenakan mengatur hubungan-hubungan antar orang dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan. Dalam pembahasan ini akan lebih didalami mengenai dasar hukum tersebut. Mengenai sejarah notaris, notaris pada awalnya berada di Indonesia adalah karena adanya pasal 1868 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata yang berbunyi: “Suatu akta otentik ialah suatu akta didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, yang dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya.” Sebagai pelaksanaan pasal tersebut, diundangkanlah undang-undang nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan Notaris yang kini telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan Universitas Sumatera Utara atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sebagai pengganti staatblad 1860 nomor 30. Dahulu, sebelum Undang-Undang 2 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris ada, peraturan tentang notaris sudah ada dan diatur oleh Belanda, tetapi tidak terkodifikasi dengan baik. Mengenai tugas notaris pun belum terlalu diatur didalamnya seperti sekarang ini. Adapun beberapa peraturan-peraturan mengenai notaris adaah sebagai berikut: 27 1. Reglement op Het Notaris Ambt in Indonesie Stb 1860:3 sebagaimana telah diubah terakhir dalam Lembaran Negara Tahun 1945 Nomor 101; 2. Ordonantie 16 September 1931 tentang Honorarium Notaris; 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1954 tentang Wakil Notaris dan Wakil Notaris Sementara Lembaran Negara Tahun 1954 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Nomor 700; 4. Pasal 54 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4379; dan 5. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1949 tentang SumpahJanji Jabatan Notaris. 6. Sumber peraturan hukum lainnya; 27 http:idehukum.blogspot.com201205sejarah-lahirnya-notaris.html, diakses pada tanggal 20 September 2014 Universitas Sumatera Utara Setelah peraturan-peraturan di atas tidak mengakomodir mengenai notaris dan tugas dan wewenang yang dimilikinya, maka dibentuklah Undang Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Peraturan Jabatan Notaris. Dimulai dari Undang-Undang ini, seluruh hal mengenai wewenang, tugas, larangan, sanksi dan tata cara pembuatan akta semuanya diatur dengan jelas dan terperinci. Defenisi Notaris juga dapat dipahami dengan jelas sebagaimana dalam pasal 1 disebutkan yang menyebutkan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana maksud dalam undang-undang ini. Sebagai pejabat umum, Notaris haruslah mempunyai sifat-sifat yaitu: 1. Berjiwa pancasila; 2. Taat kepada hukum, sumpah jabatan, kode etik Notaris; 3. Berbahasa Indonesia yang baik; Sementara Sebagai profesional Notaris wajib: 1. Memiliki perilaku Notaris; 2. Ikut serta pembangunan nasional di bidang hukum; 3. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Untuk bisa menjalankan tugas-tugasnya, Notaris harus seorang Warga Negara Indonesia, karena sebagai pejabat umum yang menjalankan sebagian dari fungsi publik dari negara, khususnya di bagian hukum perdata. Tugas ini tidak dapat diberikan kepada warga negara asing, karena menyangkut dengan menyimpan rahasia Universitas Sumatera Utara negara, Notaris harus bersumpah setia atas Negara Republik Indonesia, sesuatu yang tidak mungkin bisa ditaati sepenuhnya oleh warga negara asing. Seorang Notaris harus berumur minimal 27 tahun, karena umur 27 tahun dianggap sudah stabil secara mental. 28 Dalam pelaksanaan tugasnya, Notaris dituntut harus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karena dengan mematuhi ajaran dan menjalankan serta menjauhi lrangan Tuhan, makan diharapkan Notaris tidak akan melakukan perbuatan asusila, amoral, apalagi sampai menciderai martabat dan profesi notaris itu sendiri. Selain hal-hal tersebut harus terlebih dahulu dilakukan notaris, perlu diingat juga notaris tidak bisa berstatus pegawai negeri, pejabat negara, advokat, pemimpin maupun karyawan badan usaha milik negara, badan usaha milik swasta dan perusahaan swasta atau jabatan lain yang oleh undang-undang dilarang untuk dirangkap dengan jabatan Notaris. Notaris tidak boleh merangkap jabatan karena Notaris dilarang memihak dalam kaitannya sebagai pihak netral supaya tidak terjadi beturan kepentingan. Sikap netralitas notaris ini sangat ditekankan kepada setiap calon notaris maupun notaris yang sudah memiliki izin untuk praktek. Apabila ada ditemukan notaris berpihak kepada salah satu pihak, apakah itu dari segi pekerjaan notaris perumusan akta yang menghasilkan klausul-klausul yang merugikan salah satu pihak, 28 Syarat-syarat menjadi Notaris dapat dilihat dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Universitas Sumatera Utara maka hal itu akan sangat disayangkan, karena tidak adanya netralitas notaris, maka sia-sia lah amanat undang-undang agar masyarakat memperoleh hukum yang adil. Namun, Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris juga kurang memberikan kepastian hukum terhadap beberapa pasal-pasalnya sehingga diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Perubahan tersebut tidak ada mengubah wewenang Notaris. Memang ada kewenangan yang sempat diperbincangkan diantara para notaris yaitu pada Pasal 15 ayat 2 huruf f, yaitu notaris memiliki kewenangan untuk membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan. Perdebatan ini sedikit menjadi pertanyaan karena terjadi “perebutan kewenangan” antara Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT dengan Notaris. Sebab, klausula ini dianggap dapat mematikan profesi PPAT. Berbagai kalangan menganggap akhirnya ini tidak terlalu menjadi persoalan karena pengaturan ini sendiri memungkinkan sebab tugas-tugas notaris itu tidak hanya bersumber pada Pasal 1868 KUHPerdata, tetapi juga bersumber dari UU Jabatan Notaris itu sendiri. Untuk kewenangan yang bersumber pada Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata diejawantahkan pada Pasal 15 ayat 1 UUJN, sedangkan kewenangan notaris yang berasal dari UUJN adalah kewenangan- kewenangan yang tercantum dalam Pasal 15 ayat 2 termasuk kewenangan untuk membuat akta di bidang pertahanahan tersebut. Sebagai contoh jika tugas dalam membuat suatu akta yang juga dimiliki instansi lain selain notaris, yaitu akta pengakuan terhadap anak luar kawin sebagaimana diatur dalam Pasal 281 Kitab Universitas Sumatera Utara Undang-Undang Hukum Perdata. Tugas membuat akta pengakuan terhadap anak luar kawin ini juga dimiliki oleh Kantor Catatan Sipil. Adapun beberapa perubahan lainnya antara Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yaitu: 1. Notaris Pengganti Khusus yang mempunyai tugas membuat akta tertentu sebagaimana yang disebutkan dalam surat penetapannya sebagai notaris karena hanya ada seorang notaris di satu kabupaten tersebut sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 pada Diatur di Pasal 1 angka 4, 29 sedangkan pada Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 hal ini dihapus, sehingga mengakibatkan tugas Notaris Pengganti Khusus berdasarkan UUJN yang baru tidak ada lagi notaris yang membuat akta tertentu untuk dirinya sendiri dengan alasan hanya satu notaris yang ada di wilayah jabatannya. 2. Mengenai Masa Magang Notaris diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 pada Pasal 3 huruf f menyatakan masa magang hanya 12 bulan berturut- turut pada kantor notaris, sementara menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 29 Pasal 34 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 mengenai Notaris Pengganti Khusus: 1. Apabila dalam satu wilayah jabatan hanya terdapat 1 satu Notaris, Majelis Pengawas Daerah dapat menunjuk Notaris Pengganti Khusus yang berwenang untuk membuat akta untuk kepentingan pribadi Notaris tersebut atau keluarganya. 2. Penunjukan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak disertai dengan serah terima Protokol Notaris. 3. Notaris Pengganti Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib diambil sumpahjanji jabatan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Universitas Sumatera Utara 2014 menjadi 24 bulan yang mengakibatkan seorang calon notaris bisa diangkat menjadi notaris setelah magang selama 2 tahun berturut-turut. 3. Mengenai Perpanjangan masa memulai menjalani kewajiban notaris sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004, seperti menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan, dan stempel, serta menyampaikan berita acara sumpah mulai dilaksanakan dalam jangka waktu 30 hari sejak pengambilan sumpah, sementara dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 dilaksanakan dalam jangka waktu 60 hari sejak pengambilan sumpah, sehingga mengakibatkan jika tidak dilaksanakan, Pasal 7 ayat 2 UUJN yang baru dengan tegas mengenakan sanksi kepada notaris berupa peringatan tertulis; pemberhentian sementara; pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian dengan tidak hormat. 4. Mengenai Pelekatan Sidik Jari di Minuta Akta dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Tidak diatur, sementara dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Diatur dalam Pasal 16 ayat 1 huruf c, sehingga mengakibatkan notaris wajib melekatkan sidik jari para penghadap kemudian dilekatkan di minuta akta guna tercipta keamanan. 5. Mengenai Larangan rangkap jabatan sebagai PPAT atau Pejabat Lelang Kelas II, dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Rangkap jabatan yang dilarang adalah di luar wilayah jabatan Notaris Pasal 17 huruf g, sementara dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Rangkap jabatan yang dilarang adalah di luar tempat kedudukan Notaris Pasal 17 ayat 1 huruf g sehingga Universitas Sumatera Utara mengakibatkan Kewenangan Notaris melakukan pekerjaan jabatan PPAT dan Pejabat Lelang Kelas II hanya boleh dilakukan di kabupaten atau kota tempat Notaris berkantor, tidak boleh lagi dilakukan untuk satu Provinsi. Masalah ini semakin diperkuat dengan pasal berikutnya, yaitu Pasal 19 angka 2, yaitu tempat kedudukan PPAT wajib mengikuti tempat kedudukan Notaris. Artinya, notaris tidak boleh membuka kantor PPAT berbeda dengan tempat kedudukan kantor notarisnya. Apabila dilanggar, Notaris mendapatkan sanksi. 6. Mengenai Bentuk usaha yang dijalankan notaris dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Pasal 20 ayat 1 mengatur bahwa Notaris dapat menjalankan jabatannya dalam bentuk perserikatan perdata, sedangkan dalam Undang- Undang Nomor 2 tahun 2014 Diubah menjadi notaris dapat menjalankan jabatannya dalam bentuk persekutuan perdata . 7. Mengenai Bahasa Akta sebagaimana diatur dalam Pasal 43 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 yaitu Bahasa akta yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Bahasa asing dapat digunakan jika para pihak menghendakinya sepanjang undang-undang tidak menentukan lain, sementara dalam Undang- Undang Nomor 2 tahun 2014 Bahasa akta yang digunakan adalah wajib Bahasa Indonesia. Jika para pihak menghendaki, akta dapat dibuat dalam bahasa asing, maka akibatnya Penggunaan bahasa Indonesia dalam ketentuan baru semakin dipertegas dengan kata “wajib”. Akan tetapi, kewajiban ini sedikit diperhalus dengan diperbolehkannya penggunaan bahasa asing jika para pihak Universitas Sumatera Utara menghendakinya. Terlebih lagi, untuk pembuatan akta yang menggunakan bahasa asing ini tidak lagi dibatasi dengan koridor “sepanjang undang-undang tidak menentukan lain ”. Sehingga, akta apa saja sepanjang para pihak menghendaki dapat menggunakan bahasa asing. 8. Mengenai Wewenang suatu badan dalam memberikan persetujuan kepada penyidik dalam due process sebagaimana diatur dalam Pasal 66 Undang- Undang Nomor 30 tahun 2004 yaitu wewenang untuk memberikan persetujuan kepada Penyidik, penuntut umum, atau hakim untuk due process berada di tangan Majelis Pengawas Daerah, 30 sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Kewenangan tersebut berada di tangan Majelis Kehormatan, sehingga mengakibatkan Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim ketika ingin mengambil fotokopi minuta akta notaris atau memanggil notaris itu sendiri harus dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah MPD. 31 Namun, frasa “dengan persetujuan MPD” ini telah 30 Pasal 66 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris: 1. Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah berwenang: a. mengambil fotokopi Minuta Akta danatau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan b. memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris. 2. Pengambilan fotokopi Minuta Akta atau surat-surat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a, dibuat berita acara penyerahan. 31 Pasal 66 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris: 1. Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan persetujuan Majelis Kehormatan Notaris berwenang: a. mengambil fotokopi Minuta Akta danatau surat-surat yang dilekatkan pada Minut Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan Universitas Sumatera Utara dibatalkan Mahkamah Konstitusi melalui putusan MK No. 49PUU-X2012 32 . Akan tetapi, Undang – Undang Jabatan Notaris yang baru memasukkan kembali “perlindungan” notaris ini melalui frasa “dengan persetujuan Majelis Kehormatan”. Maka, setelah dikeluarkannya Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang mengaktifkan organ Majelis Kehormatan Notaris ini, kewenangan oleh MPD dalam memberikan persetujuan pengambilan minuta akta dari Notaris akan menjadi kewenangan Majelis Kehormatan Notaris, namun untuk sekarang ini karena peraturan mengenai pelaksanaan struktur lengkap Majelis Kehormatan Notaris belum ada, maka kewenangan tersebut masih dipegang oleh Majelis Pengawas Daerah b. memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan Akta atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris. 2. Pengambilan fotokopi Minuta Akta atau surat-surat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a, dibuat berita acara penyerahan. 3. Majelis kehormatan Notaris dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari kerja terhitung sejak diterimanya surat permintaan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib memberikan jawaban menerima atau menolak permintaan persetujuan. 4. Dalam hal majelis kehormatan Notaris tidak memberikan jawaban dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 3, majelis kehormatan Notaris dianggap menerima permintaan persetujuan.” 32 Putusan MK No. 49PUU-X2012 pada pasal 3 selengkapnya berbunyi: 3. Menyatakan ketentuan Pasal 66 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4432 sepanjang frasa kalimat “dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah ” TIDAK MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM MENGIKAT...”, sehingga ketentuan Pasal 66 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4432 HARUS DIBACA, sebagai berikut: “Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenang: a. mengambil fotokopi Minuta Akta danatau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan b.memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris”; Universitas Sumatera Utara 9. Mengenai Wadah Tunggal yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 pada Pasal 82 hanya menyebutkan notaris berhimpun dalam satu wadah organisasi 33 , sedangkan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tertulis dengan jelas wadah tunggal yang dimaksud adalah Ikatan Notaris Indonesia INI 34 , sehingga Organisasi di luar Ikatan Notaris Indonesia tidak diakui eksistensinya.

B. Perjanjian Secara Umum