BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesi hukum di Negara Republik Indonesia semakin diminati oleh berbagai kalangan. Apalagi oleh kalangan ademisi yaitu mahasiswa Fakultas Hukum. Mulai
dari pengacara, advokat, jaksa, hakim, konsultan hukum dan juga polisi. Bahkan ada profesi hukum yang mulai dilirik untuk kemudian dijadikan profesi yang menjanjikan
oleh mahasiswa Fakultas Hukum dari berbagai universitas. Profesi itu adalah Notaris. Notaris dalam pengertian sehari-hari yang diketahui secara umum orang atau
seseorang yang merupakan pejabat dan dapat mengurus surat-surat berharga seperti: sertifikat tanah, warisan, pendirian perseroan, pendirian yayasan, dan surat- surat lain
yang sejenis itu. Namun, pengertian notaris yang sebenarnya yang didefenisikan di dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang notaris yaitu Undang-
Undang nomor 30 Tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 namun tetap mempunyai defenisi yang sama pada beberapa pasalnya yaitu pada Pasal 1 nya berbunyi “notaris
adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan tugas lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tugas memiliki arti sebagai hak dan
kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu, sedangkan wewenang berarti
Universitas Sumatera Utara
kekuasaan untuk membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggungjawab kepada orang lain, sementara Indroharto menjelaskan, wewenang dalam arti yuridis
adalah suatu kemampuan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku
untuk menimbulkan
akibat-akibat hukum.
1
Selain wewenang, notaris juga mempunyai tugas-tugas yang juga ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014. Menurut pengertian umum, tugas adalah
kewajiban atau suatu pekerjaan yang harus dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya. Dapat diartikan bahwa tugas adalah suatu pekerjaan yang wajib dikerjakan atau
yangg ditentukan untuk dilakukan karena pekerjaan tersebut telah menjadi tanggung jawab dirinya. Sejauh ini tugas hanya diartikan menjadi sesuatu yang sudah
sewajibnya dan harus dilakukan bagi seorang individu dalam suatu pekerjaannya. Pada akhirnya perlu diingat bahwa tugas dan wewenang memang memiliki
persamaan yang sangat mendasar tetapi tetap dalam suatu hubungan sehingga antara tugas dan wewenang harus dilaksanakan bersamaan. Dengan kata lain penyertaan
tugas juga berhubungan dengan wewenang. Sesuai dengan kesimpulan dari defenisi yang tertera diatas, bahwa notaris
adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik. Maka, dalam hal ini, akta otentik yang dibuat oleh notaris adalah akta sah yang dapat dipercaya
2
serta
1
Indroharto,Usaha Memahami Undang-Undang tentang PeradilanTata Usaha Negara, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1991, hal.68
2
Sudarsono, Kamus Hukum, Cet. V, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 39
Universitas Sumatera Utara
berkekuatan hukum tetap dimana apabila akta yang dibuat ada bermasalah, maka hukum nasional akan berlaku terhadap permasalahan yang ditimbulkan oleh akta ini.
Akta otentik ini sendiri menurut pasal 1868 Kitab Undang – Undang Hukum
Perdata harus mempunyai tiga unsur yaitu sebagai berikut:
3
1. Bahwa akta tersebut dibuat dan diresmikan verleden dalam bentuk menurut
hukum; menurut ketentuan yang dimaksud disini adalah bahwa bentuk suatu akta ditentukan menurut hukum mengacu atau mengarah kepada bentuk yang
ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan Peraturan Jabatan Notaris yang baru yaitu UU Nomor 2 tahun 2014 yang merupakan Perubahan Atas undang-
Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. 2.
Bahwa akta tersebut dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum; pengertian ini dimaksudkan bahawa yang dimaksud dengan suatu akta yang otentik adalah
bahwa suatu akta harus dibuat dengan melibatkan pejabat umum yang berwenang untuk itu, baik dibuat secara langsung oleh pejaat umum itu
maupun dibuat secara tidak langsung atau dihadapan pejabat umum itu, seperti contoh berita acara sebuah rapat umum pemegang saham dalam suatu
perusahaan. 3.
Bahwa akta tersebut dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang untuk membuatnya ditempat akta tersebut dibuat, jadi akta itu harus dibuat ditempat
wewenang pejabat tersebut membuatnya; uraian singkatnya adalah bahwa akta
3
Dikutip dari http:notarisarief.wordpress.com20110515otentisitas-suatu-akta-otentik. Diakses pada tanggal 15 September 2014
Universitas Sumatera Utara
tersebut tidak dibuat ditempat salah satu pihak atau ditempat yang tidak layak, kecuali undang-undang menentukan lain. Hal ini dimaksudkan agar terjaganya
otentisitas dan kerahasiaan suatu akta. Pendapat yang sama juga mengenai syarat otentik suatu akta juga dikemukakan
oleh Philipus M. Hadjon, bahwa syarat akta otentik yaitu:
4
1. Di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang bentuknya baku, 2. Dibuat oleh dan di hadapan pejabat umum.
Otentik atau tidaknya suatu akta tidaklah cukup apabila akta tersebut dibuat oleh atau dihadapan pejabat notaris saja. Namun, cara membuat akta otentik
haruslah menurut ketentuan yang ditetapkan oleh undang-undang. Suatu akta yang dibuat oleh pejabat tanpa ada wewenang dan tanpa ada kemampuann
untuk membuatnya atau tidak memenuhi syarat, tidaklah dapat dianggap sebagai akta otentik, tetapi mempunyai kekuatan hukum sebagai akta dibawah
tangan apabila ditandatangani oleh pihak-pihak yang bersangkutan
5
Selain membuat akta sebagaimana yang telah disebutkan diatas, Notaris juga mempunyai tugas yang lain sebagaimana yang tertulis dalam Pasal 15 ayat 2
Undang-Undang nomor 30 Tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 yaitu: 1.
Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
4
Philipus M. Hadjon, Formulir Pendaftaran Tanah Bukan Akta Otentik, Surabaya Post, 31 Januari 2001, hal. 3, dikutip dari Habib Adjie, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Refika Aditama,
Bandung, 2011, hal. 126.
5
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, cetakan kesembilan belas, Liberty, Yogyakarta, 1998, hal. 142-143
Universitas Sumatera Utara
2. Membukukan surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
3. Membuat kopi dari asli surat dibawah tangan berupa salinan yang memuat
uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan; 4.
Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya; 5.
Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta; 6.
Membuat akta yang bekaitan dengan pertanahan; atau; 7.
Membuat akta risalah lelang; Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana yang tertera dalam
Pasal 15 ayat 1 dan 2 Undang-Undang nomor 30 Tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Notaris juga mempunyai tugas dan wewenang yang dapat dilakukan sebagaimana yang tercantum dalam Pasal
15 ayat 3 Undang-Undang nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang berbunyi: “Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, Notaris
mempunyai tugas lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Tugas ini diatur dalam suatu produk undang-
undang yang lain.” Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana yang dimaksud diatas, seorang notaris
wajib mengikuti tata cara dan prosedur pelaksanaan tugas yang dimaksud. Pelaksanaan tugas notaris itu tidak semuanya diatur dalam Undang-Undang Nomor 2
tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang
Universitas Sumatera Utara
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang baru melainkan ada pula diatur mengenai tata cara dan prosedurnya dalam Kode
Etik Ikatan Notaris Indonesia. Dalam prakteknya sehari-hari, salah satu tata cara dan prosedur yang harus
dan wajib dilakukan oleh seorang notaris dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya adalah apabila seorang notaris melakukan kerjasama dengan sebuah
instansi baik instansi formal ataupun instansi non formal. Disini akan dibahas dan diberikan batas pembahasan kepada instansi formal dan instansi formal tersebut
adalah bank. Menurut Kuncoro definisi dari bank adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang.
6
Karena itu, dalam melakukan kegiatan usahanya sehari-hari bank harus mempunyai dana agar dapat memberikan kredit kepada
masyarakat. Dana tersebut dapat diperoleh dari pemilik bank pemegang saham, pemerintah, Bank Indonesia, pihak-pihak di luar negeri, maupun masyarakat dalam
negeri. Sedangkan menurut Undang ‐Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
6
Mudrajad Kuncoro, Suhardjono, Manajemen Perbankan: Teori Dan Aplikasi, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 2002, hal.68
Universitas Sumatera Utara
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Pada Pasal 1 butir 2 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, dikatakan
ba hwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dari definisi di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu usaha pokok
bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, seperti tabungan, deposito, maupun giro, dan menyalurkan dana simpanan tersebut kepada
masyarakat yang membutuhkan, baik dalam bentuk kredit maupun bentuk-bentuk lainnya, bank sebagai perantara keuangan financial intermediary, maksudnya
adalah bank menjadi perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana surplus unit dengan pihak yang membutuhkan dana defisit unit. Bank memiliki fungsi
sebagai “Agen Pembangunan” Agent of Development Sebagai badan usaha, bank tidaklah semata-mata mengejar keuntungan profit oriented, tetapi bank turut
bertanggung jawab dalam pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam hal ini bank juga memiliki tanggung jawab sosial.
Adapun yang menjadi fungsi dari sebuah Bank umum, yaitu :
7
1. Penciptaan uang
7
http:indonesi4ku.wordpress.com20110315pengertian-klasifikasi-tugas-fungsi-kegiatan-serta- peranan-bank, diakses pada tanggal 20 Agustus 2014
Universitas Sumatera Utara
Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran lewat mekanisme pemindahbukuan kliring. Kliring dari bahasa Inggris clearing
sebagai suatu istilah dalam dunia perbankan dan keuangan menunjukkan suatu aktivitas yang berjalan sejak saat terjadinya kesepakatan untuk suatu transaksi
hingga selesainya pelaksanaan kesepakatan tersebut
8
. Kemampuan bank umum menciptakan uang giral menyebabkan posisi dan fungsinya dalam pelaksanaan
kebijakan moneter. Bank sentral dapat mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar dengan cara mempengaruhi kemampuan bank umum menciptakan
uang giral.
2. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran Fungsi lain dari bank umum yang juga sangat penting adalah mendukung
kelancaran mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme
pembayaran. Beberapa jasa yang dikenal adalah kliring, transfer uang, penerimaan setoran-
setoran, pemberian fasilitas pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman, seperti kartu plastik dan sistem
pembayaran elektronik.
8
http:id.wikipedia.orgwikiKliring, diakses pada tanggal 30 September 2014
Universitas Sumatera Utara
3. Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana simpanan. Di
Indonesia dana simpanan terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.
Kemampuan bank umum menghimpun dana jauh lebih besar dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Dana-dana simpanan yang berhasil
dihimpun akan disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, utamanya melalui penyaluran kredit.
4. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar
transaksi internasional, baik transaksi barangjasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan transaksi antara dua pihak yang berbeda negara selalu
muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya dan sistem moneter masing- masing negara. Kehadiran bank umum yang beroperasi dalam skala internasional
akan memudahkan penyelesaian transaksi-transaksi tersebut. Dengan adanya bank umum, kepentingan pihak-pihak yang melakukan transaksi internasional
dapat ditangani dengan lebih mudah, cepat, dan murah.
5. Penyimpanan Barang-Barang Berharga Penyimpanan barang-barang berharga adalah satu satu jasa yang paling awal
yang ditawarkan oleh bank umum. Masyarakat dapat menyimpan barang-barang
Universitas Sumatera Utara
berharga yang dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja disediakan oleh bank untuk disewa safety box atau safe deposit
box. Perkembangan ekonomi yang semakin pesat menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-surat
berharga.
6. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin banyak
dan luas. Saat ini sudah dapat membayar listrik, telepon membeli pulsa telepon seluler, mengirim uang melalui anjungan tunai mandiri, membayar gaji pegawai
dengan menggunakan jasa-jasa bank.
Berdasarkan pengertian
umum dan
pelaksanaan fungsinya,
bank membutuhkan profesi notaris dalam pelaksanaan sebagian besar dari tugas-tugasnya.
Disini timbul sebuah tindakan hukum berupa adanya permintaan dan penerimaan notaris sebagai rekan guna tercapainya kepastian hukum dalam dunia perbankan
tersebut dan notaris menerima tugas dan wewenang dari perbankan guna membuat kepastian hukum tersebut. Notaris akan menjadi salah satu pertahanan bank di bidang
hukum karena notaris akan turut berperan dalam mengawasi dan juga membuat peristiwa hukum dalam transaksi lalu lintas uang seperti yang telah diuraikan
sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Didalam dunia perbankan, Notaris mempunyai tugas yang juga wewenang untuk membuat tindakan hukum yang pada umumnya bersifat administratif. Dalam
tindakan itu sendiri Notaris dapat membuat berbagai macam kontrak atau perjanjian mengenai kredit atau pinjam meminjam, jual beli, sewa menyewa, risalah lelang dan
kontrak-kontrak yang dibutuhkan oleh para pihak. Tentunya Notaris juga harus tetap menaati standar pembuatan perjanjian sesuai Undang-Undang.
Dalam pelaksanaan tugas Notaris tersebut diatas, Notaris dituntut harus dapat membuat keseimbangan antara hak dan kewajiban antara kedua belah pihak yang
mempunyai kepentingan didalamnya karena nantinya perjanjian itu adalah peraturan yang akan ditaati oleh para pihak sendiri. Ketika pada saat pemberian fasilitas berupa
saran mengenai apa isi dari suatu perjanjian yang diinginkan para pihak dan saran Notaris tersebut diikuti oleh para pihak dan dituangkan dalam akta Notaris, harus
diingat meskipun demikian tetap bahwa hal tersebut tetap merupakan keinginan dan permintaan para pihak, bukan saran atau pendapat Notaris atau isi akta merupakan
perbuatan para pihak bukan perbuatan atau tindakan Notaris.
9
Dalam pelaksanaan tugas-tugasnya, Notaris akan diminta oleh bank untuk bekerja bersama. Kerja sama ini dimulai dari adanya penawaran jasa oleh notaris
secara tertulis yang mana didalam penawaran itu ada yang menjelaskan hak dan kewajiban notaris.
Agar terciptanya hak dan kewajiban yang sesuai dengan prosedur yang berlaku. Proses rekanan ini sendiri mempunyai kecenderungan tidak sesuai dengan
9
Habib Adjie, Op Cit, hal. 128
Universitas Sumatera Utara
tata cara dan prosedur pelaksanaan tugas dan wewenang notaris seperti yang diamanatkan oleh undang-undang. Pada beberapa bank yang meminta proses rekanan
tersebut harus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan seluruhnya dari bank itu sendiri yang mana hal ini tentu akan membuat notaris tidak bisa bersikap netral sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Pasal 16 Ayat 1 butir a
yang berbunyi “ bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum”.
Hal itu terjadi dalam proses penerimaan rekanan antara notaris dan perbankan. Apabila notaris sudah menjadi rekanan dengan pihak perbankan, ada ditemukan hal-
hal yang tidak sesuai dan yang sangat tidak boleh dilakukan oleh notaris. Namun dengan begitu, dalam pekerjaannya, harus digunakan asas praduga tidak bersalah
yang membuktikan tidak selamanya notaris yang mau melakukan penyelewangan wewenang tersebut, tetapi karena adanya permintaan dari para pihak yang membuat
notaris tidak bisa bertindak dan hal ini sangat tidak dianjurkan. Setelah Notaris menjadi rekanan, maka hal-hal yang harus dilakukan oleh
seorang Notaris adalah melakukan pemeriksaan berkas yang akan dilaksanakan perjanjian kreditnya atau kontrak-kontrak lainnya. Dalam pelaksanaan secara yuridis,
maka notaris dituntut untuk bisa memeriksa berkas seteliti mungkin agar dapat meminimalisir celah hukum yang timbul dikemudian hari.
Banyak yang terjadi dalam pelaksanaan tersebut yang tidak sesuai yaitu apabila seorang notaris tidak teliti memeriksa berkas tersebut sehingga terdapat kekurangan
Universitas Sumatera Utara
berkas apakah itu kekurangan berkas dalam hal identitas para pihak, atau jaminan debitur yang sedang dalam proses di instansi lain sehingga pada saat itu tidak bisa
dilihat aslinya oleh notaris. Hal diatas yang dapat dijadikan salah satu contoh konkrit yang harus dilakukan
oleh notaris yang dapat menghindarkannya dari situasi yang dapat berakibat hukum yang tidak baik kepada dirinya sendiri dalam posisi jabatannya.
Apabila kemudian para pihak memaksakan kehendaknya untuk melaksanakan perjanjian kredit itu pada hari itu juga, maka yang terjadi adalah ketimpangan dalam
hal keamanan jaminan dimana hal ini akan membuat pihak perbankan dalam posisi yang tidak aman karena jaminan tersebut tidak bisa dikuasai oleh bank untuk
dijadikan jaminan. Maka Notaris setelah memberi saran hukum dan tetap para pihak memaksakan kehendaknya, Notaris akan mengikatnya dengan tentunya akan terjadi
beberapa perbuatan hukum yang tidak sesuai dengan kejadian hukum yang sebenarnya.
Maka akta hasil dari perbuatan hukum yang tidak sempurna bisa dikategorikan akta atau perjanjian dibawah tangan saja yang mana dalam Pasal 1874 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata Perjanjian dibawah tangan adalah perjanjian yang ditandatangani sebagai tulisan dibawah tangan, surat, daftar, surat urusan rumah
tangga dan tulisan-tulisan lain yang dibuat tanpa perantaraan seorang pejabat umum. Dalam hal ini pejabat umum yang dimaksud salah satunya adalah notaris. Maka,
Universitas Sumatera Utara
pembuktian kedua akta ini jelas berbeda, dimana akta otentik mempunyai tiga macam pembuktian seperti yang diutarakan Retnowulan Dan Oeripkartawinata, yaitu:
10
1. Kekuatan pembuktian formil. Membuktikan antara para pihak bahwa
mereka sudah menerangkan apa yang ditulis dalam akta tersebut. 2.
Kekuatan pembuktian materiil. Membuktikan antara para pihak, bahwa benar-benar peristiwa tersebut dala akta itu telah terjadi.
3. Kekuatan mengikat. Membuktikan antara para pihak dan pihak ketiga,
bahwa pada tanggal tersebut dalam akta yang bersangkutan telah datang menghadap kepada pegawai umum tadi dan menerangkan apa yang ditulis
dalam akta tersebut. Oleh karena menyangkut pihak ketiga, maka disebutkan bahwa akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian keluar.
Sedangkan akta atau perjanjian dibawah tangan kekuatan pembuktiannya sudah jelas akan sangat tergantung kepada kebenaran ata pengakuan atau
penyangkalan para pihak atas isi dari akta dan masing-masing tanda-tangannya. Apabila suatu tanda tangannya diakui oleh para pihak maka kekuatan pembuktiannya
hampir sama dengan akta otentik. Dalam hal terdapat tugas dan kewajiban notaris yang mengharuskan notaris
melihat kembali mekanisme atau prosedur penandatanganan perjanjian tersebut, Notaris harus dapat memahami proses pelaksanaan penandatanganan akta perjanjian
kredit itu, dan hal itu juga harus dilihat dari seluruh aspek baik itu hak dan kewajiban
10
Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata: Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, cetakan kedelapan, Mandar maju, Bandung, 1997, hal.49
Universitas Sumatera Utara
debitur, perbankan, para saksi dan notaris itu sendiri. Maka otentisitas akta tersebut sudah juga melanggar syarat-syarat mutlak dalam pembuatan sebuah perjanjian
apabila sebenarnya dalam hal sebelum penandatanganan akta tersebut tidak dilakukan sesuai dengan prosedur hukum yang seharusnya seperti yang telah ditetapkan seperti
tercantum di dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu: 1.
sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, dimana pengertian dari sepakat mereka mengikatkan dirinya adalah bahwa kedua subyek yang mengadakan
perjanjian itu harus bersepakat, setuju satu sama lainnya mengenai hal-hal apa saja yang dibuat di dalam perjanjian itu dan juga hal tersebut berlaku secara
timbal balik dengan pihak lainnya
11
; 2.
kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, mempunyai pengertian bahwa setiap individu yang ingin membuat perjanjian secara hukum harus sudah
dewasa, sehat pikirannya. Sementara orang yang dinilai belum cakap menurut Pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah sebagai berikut:
a. Orang-orang yang belum dewasa; b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;
c. Orang perempuan yang dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang- Undang, dan semua orang kepada siapa Undang-Undang telah
melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu; 3.
suatu hal tertentu, maksudnya adalah bahwa apa yang akan diperjanjikan kemudian haruslah sudah jelas sebelumnya, jangan apa yang diperjanjikan
11
R. Subekti, Hukum Perjanjian, cetakan kesembilan belas, PT. Intermasa, Jakarta, 2002, hal. 17
Universitas Sumatera Utara
tidak menjadi jelas atau bersifat sumir, misalnya barang dari yang diperjanjikan jelas jenis, merek, fungsinya, dan identitas pendukung lainnya;
4.
suatu sebab yang halal, maksudnya adalah bahwa sudah jelas isi dari perjanjian itu sendiri harus mempunyai kausa yang halal. Semisalnya saja seseorang
membuat perjanjian untuk membunuh seseorang, meskipun perjanjian atau kerjasama itu dibuat dengan menggunakan segala kelengkapan dan persyaratan
yang dibutukan untuk membuat sahnya sebuah perjanjian, tetap saja hal itu tidak bisa dilakukan dan diakui secara sah karena hal itu sudah Undang-
Undang dan tidak halal, hal ini dikarenakan
ada syarat subjektif yaitu syarat
yang berkaitan dengan subjek yang mengadakan atau membuat perjanjian, yang terdiri dari kata sepakat dan cakap bertindak untuk melakukan suatu perbuatan
hukum, dan syarat objektif yaitu syarat yang berkaitan dengan perjanjian itu sendiri atau berkaitan dengan objek yang dijadikan perbuatan hukum oleh para
pihak, yang terdiri dari suatu hal tertentu dan sebab yang tidak dilarang.
12
Apabila ada salah satu unsur diatas yang tidak dapat dipenuhi, maka akta itu akan disebut akta yang cacat secara hukum, mengenai akta itu batal
atau tidaknya akan dibuktikan lebih lanjut kemudian karena tidak serta merta apabila suatu akta atau perjanjian yang cacat hukum akan otomatis batal. Pada
hakikatnya kesempurnaan akta Notaris sebagai alat bukti, maka akta tersebut
12
Suatu persetujuan tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, maka persetujuan tersebut tidak mempunyai kekuatan Pasal 1335 KUHPerdata. Jika tidak
dinyatakan suatu sebab, tetapi ada sebab yang halal tidak dilarang, ataupun jika ada suatu sebab lain, daripada yang dinyatakan, maka persetujuan tetap sah Pasal 1336 KUHPerdata, dikutip dari
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
harus dilihat apa adanya, tidak perlu dinilai atau ditafsirkan lain, selain yang tertulis dalam akta tersebut
.
13
Pasal 1869 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Pasal 84 UU Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris tidak
mengatur dengan tegas mengenai akta notaris dapat dijadikan pembuktian dibawah tangan atau batal demi hukum. Batasan yang tidak jelas tersebut
memiliki pengertian dan akibat hukum yang alternatif, dimana untuk batalnya suatu akta menjadi batal demi hukum ata menjadi akta dibawah tangan
mempunyai kriteria sebagai berikut:
14
1. Isi dalam pasal-pasal tertentu yang menegaskan secara langsung jika
Notaris melakukan pelanggaran, maka akta yang bersangkutan akta yang mempunyai kekuatan pembuktian dibawah tangan.
2. Jika tidak disebutkan dengan tegas dalam pasal bersangkutan sebagai akta
yang mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan, maka pasal lainnya yang dikategorikan Pasal 84 Undang-Undang Jabatan
Notaris, termasuk akta yang batal demi hukum.
13
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Refika Aditama, Bandung, 2009, hal. 121.
14
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administrasi Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Refika Aditama, Bandung, 2008, hal. 94.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga akibat dari batalnya akta tersebut menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris pasal 84 ayat 1 setidaknya mempunyai tiga
sanksi, yaitu: 1.
Batal demi hukum; 2.
Dapat Dibatalkan; 3.
Sebagai pembuktian dibawah tangan; Penjelasan yang dapat disimpulkan mengenai ketiga butir diatas adalah sebagai
berikut: 1.
Batal demi hukum, akibatnya adalah seluruh perbuatan hukum yang dilakukan tidak memiliki akibat hukum sejak terjadinya perbuatan hukum tersebut atau
berdaya surut, dalam praktiknya menjadi batal demi hukum dengan didasarkan terlebih dahulu kepada putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap; 2.
Dapat dibatalkan, yaitu perbuatan hukum yang tidak memiliki akibat hukum sejak terjadinya pembatalan yang pembatalan atau pengesahan perbuatan
hukum tersebut tergantung kepada pihak ketiga, yang menyebabkan perbuatan hukum tersebut dibatalkan. Akta yang dibatalkan ini masih tetap berlaku dan
mengikat selama putusan pengadilan belum tetap; 3.
Akta tersebut dianggap tidak pernah ada karena tidak memenuhi unsur essensial suatu akta, secara praktik sebenarnya tidak diperlukan putusan
pengadilan tetapi demi menjalankan prosedur tersebut tetap dimintakan
Universitas Sumatera Utara
putusan pengadilan dan hasilnya akan menjadi sama dengan akta yang batal demi hukum.
Tetapi dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris berlaku sebaliknya
dengan menghapus pasal tersebut, sehingga mengenai kebatalan dan pembatalan akta ini menjadi semakin tidak jelas, seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
Mengenai kebatalan akta ini juga telah diatur walaupun tidak begitu lengkap dalam pasal 1444 sampai pasal 1456 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Perjanjian yang batal mutlak dapat juga terjadi, jika suatu perjanjian yang dibuat tidak dipenuhi, padahal aturan hukum sudah menentukan untuk perbuatan hukum tersebut
harus dibuat dengan cara yang sudah ditentukan atau berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum.
15
Hal itu sedikit dari banyak perbuatan hukum notaris terkait dengan pelaksanaan kepastian hukum dalam dunia perbankan sebelum melaksanakan
penandatanganan perjanjian kredit. Kemudian timbul pertanyaan apakah beberapa hal tersebut diatas sebenarnya
diperbolehkan atau tidak tentu akan dibahas pada bab berikutnya bersamaan dengan beberapa hal lain yang selama ini masih banyak terjadi dikalangan notaris.
15
Menurut Peter Mahmud Marzuki bahwa azas kebebasan berkontrak merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat mana saja yang telah menerima budaya industri dan perdagangan, dengan kata lain
apabila suatu masyarakat telah memasuki atau paling tidak telah bersentuhan dengan budaya industri dan perdagangan, eksistensi asas kebebasan berkontrak hendaklah diteria di masyarakat tersebut,
Peter Mahmud Marzuki, Batas-Batas Kebebasan Berkontrak, Yudika, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Volume 18, Nomor 3, Mei 2003, hal. 203, dikutip dari Ibid, hal. 124.
Universitas Sumatera Utara
Hal inilah yang membuat sesungguhnya profesi dari seorang notaris justru diuji. Karena terkadang kesalahan atau ketidakjelasan dari sebuah peristiwa terkait
dengan profesi notaris ini tidak selalu dapat ditaksir dengan jelas oleh undang- undang tentang etika dan profesi notaris, maka tidak sedikit dari notaris - notaris
terjebak dalam celah tersebut dengan mengambil suatu tugas dan wewenang notaris dengan mengabaikan amanat undang-undang.
Dengan kejadian diatas, kemudian timbul suatu pertanyaan apakah sebenarnya pelaksanaan tugas dalam profesi notaris bisa dikesampingkan oleh para pihak dalam
dunia perbankan sebelum pelaksanaan perjanjian kredit hanya demi kepentingan para pihak. Apakah hal semacam ini ada atau tidak diatur dalam suatu produk undang -
undang, lantas apakah notaris ada memperoleh keuntungan atas kejadian tersebut terkait tugas yang belum tentu diketahui apakah menjadi haknya untuk mengerjakan
tugas tersebut, bahkan bila seorang klien dengan itikad tidak baik menjanjikan sejumlah imbalan yang sangat menggiurkan.
Untuk seluruh hal diatas nantinya akan dibahas di dalam Bab II tentang pembahasan mengenai pelaksanaan peraturan hukum mengenai notaris secara
mendalam dan dengan bahasa yang dapat dimengerti. Tentunya juga seperti yang telah tertulis di dalam Pasal 1337 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata yang menjelaskan bahwa segala hal yang diperjanjikan itu tidak boleh melanggar ketentuan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku
termasuk juga apabila perjanjian tersebut tidak boleh melanggar kesusilaan dan ketertiban umum.
Universitas Sumatera Utara
Notaris diharapkan mampu dan cermat melihat keadaan, apabila dalam sebuah peristiwa hukum notaris berhak menerima keuntungan atas tugasnya, maka di lain sisi
notaris diharapkan juga mematuhi segala ketentuan peraturan perundang-undangan, karena notaris justru menjadi pertahanan terakhir dari pihak yang membutuhkan jasa
dan sarannya dalam bidang hukum keperdataan agar seluruh klien atau orang yang ingin mencari kebenaran terhadap suatu perjanjian dapat memperolehnya di notaris
karena perbuatan yang terkait profesi notaris ini menghasilkan sebuah peristiwa hukum yang berlaku bagi para pihak. Peristiwa hukum ini tentu saja dibuat dengan
sadar dan akan ditaati para pihak. Peristiwa hukum yang terjadi dalam profesi notaris ini ada menghasilkan dua
peristiwa hukum apabila dilaksankan yaitu peristiwa hukum yang menghasikan produk hukum yang sempurna dan dapat dieksekusi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan yang lain adalah peristiwa hukum yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku sehingga tidak dapat dieksekusi sebagaimana yang diharapkan.
Didalam penelitian ini akan dibahas bagaimana proses pelaksanaan peristiwa hukum sehingga mengakibatkan peristiwa hukum yang dihasilkan oleh para pihak
yang mengakibatkan notaris juga terikut kepada peristiwa hukum yang tidak sempurna. Hal ini dirasa penting mengingat setiap peristiwa hukum di dalam dunia
perbankan tanpa dirasakan secara langsung menghasilkan kontribusi besar kepada struktur perekonomian nasional. Tentu bila yang dihasilkan peristiwa hukum yang
pada dasarnya sudah tidak baik maka akan mengganggu stabilitas perkonomian secara nasional.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu lagi yang dapat dijadikan contoh dalam dunia perbankan sehari-hari adalah apabila terjadi kredit macet dalam sebuah bank yang nilai hutangnya mencapai
miliaran rupiah. Debitur mempunyai jaminan yang sebenarnya bisa menutupi hutangnya tersebut. Tetapi karena peristiwa hukum yang terjadi yaitu
penandatanganan akta perjanjian kredit yang tidak mengikutsertakan pasangan debitur sehingga mengakibatkan perjanjian tersebut cacat. Peristiwa hukum tersebut
adalah peristiwa hukum negatif yang dihasilkan antara debitur dengan bank melalui notaris yang mana notaris seharusnya sudah lebih dulu menyadari hal ini. Tentu ini
akan merugikan salah satu pihak sehingga membuat bank tidak bisa menarik seluruh jaminan-jaminan yang diserahkan debitur.
Selain itu juga nantinya di dalam penelitian ini akan dibahas sejauh mana ketelitian notaris dalam membuat akta-akta, menjadi konsultan hukum bagi mereka
yang membutuhkannya dan juga bagi mreka yang mau menjadi rekanan notaris tersebut baik individu maupun korporasi.
Maka, dengan melihat latar belakang yang telah diuraikan tadi di bagian awal dari Bab I ini, maka perlu diadakan pengembangan lebih jauh mengapa notaris
melakukan hal-hal tersebut diatas, apa yang menjadi hambatannya serta bagaimana penyelesaiannya.
B. Rumusan Permasalahan