hukum perjanjian yaitu pembatasan-pembatasan yang datangnya dari pihak pengadilan dalam rangka pelaksanaan fungsinya selaku pembuat hukum, dari pihak
pembuat peraturan perundang-undangan legislature terutama dari pihak pemerintah, dan dari diperkenalkan dan diberlakukannya perjanjian adhesi atau perjanjian baku
yang timbul dari kebutuhan bisnis.
C. Pengaturan Hukum Perjanjian Kredit dalam Perbankan
Bila dikaitkan dengan peraturan yang dikeluarkan yang berkaitan dengan kontrak baku atau perjanjian standar yang merupakan pembolehan terhadap praktek
kontrak baku, maka terdapat landasan hukum dari berlakunya perjanjian baku yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia, yaitu seperti dalam Pasal 6.5. 1.2. dan Pasal
6.5.1.3. NBW Belanda yang mempunyai isi ketentuan itu adalah sebagai berikut : Bidang-bidang usaha untuk mana aturan baku diperlukan ditentukan dengan
peraturan. Aturan baku dapat ditetapkan, diubah dan dicabut jika disetujui oleh Menteri
Kehakiman sekarang disebut dengan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, melalui sebuah panitia yang ditentukan untuk itu. Cara
menyusun dan
cara bekerja
panitia diatur
dengan Undang-undang.
Penetapan, perubahan, dan pencabutan aturan baku hanya mempunyai kekuatan, setelah ada persetujuan raja dan keputusan raja mengenai hal itu dalam Berita Negara.
Seseorang yang menandatangani atau dengan cara lain mengetahui isi janji baku atau menerima penunjukkan terhadap syarat umum, terikat kepada janji itu.
Universitas Sumatera Utara
Janji baku dapat dibatalkan, jika pihak kreditur mengetahui atau seharunya mengetahui pihak kreditur tidak akan menerima perjanjian baku itu jika ia
mengetahui isinya. Dengan adanya peraturan tersebut diatas menunjukkan bahwa pada intinya
kontrak baku merupakan jenis kontrak yang diperbolehkan dan dibenarkan untuk dilaksanakan oleh kedua belah pihak karena pada dasarnya dasar hukum pelaksanaan
kontrak baku dibuat untuk melindungi pelaksanaan asas kebebasan berkontrak yang berlebihan dan untuk kepentingan umum sehingga perjanjian kontrak baku berlaku
dan mengikat kedua belah pihak yang membuatnya.
D. Pengaturan Hukum Terhadap Tugas Notaris Sebelum Melaksanakan Perjanjian Kredit Di Bank
Dalam melaksanakan perjanjian kredit, Notaris terlebih dahulu harus melaksanakan serangkaian perbuatan hukum dalam rangkan menjamin seluruh proses
pelaksanaan perjanjian kredit aman saat dilaksanakan. Sebelum melaksanakan perjanjian kredit ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, selain memperhatikan apa yang disyaratkan oleh Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Notaris juga harus memperhatikan karakteristik
perjanjian yang akan dilaksanakan. Pada dasarnya, proses pelaksanaan perjanjian kredit secara umum di dalam
perbankan adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Adanya Surat Penawaran Order pekerjaan Notaris atau lebih dikenal dengan
istilah Offering Letter dari bank yang isinya mengenai hal-hal apa saja yang diinginkan dalam pelaksanaan perjanjian kredit nantinya, misalnya mengenai
jenis kredit, besarnya plafond kredit yang diberikan, suku bunga, jaminan, jangka waktu, dan pelaksanaan penandatanganan akta kredit. Offering Letter ini
mempunyai dasar hukum dalam peraturan internal setiap bank. 2.
Notaris membaca dan mencermati hal-hal yang diinginkan dalam Offering Letter tersebut, kemudian meminta kelengkapan berkas yang akan dijadikan substansi
perjanjian kredit, misalnya saja fotokopi perjanjian kredit antara bank dengan para pihak, asli jaminan apabila itu sertifikat untuk dilakukan pengecekan ke kantor
pertanahan, identitas para pihak, dan kelengkapan berkas lainnya. 3.
Setelah waktu yang ditentukan, maka notaris bersama para pihak melakukan penandatanganan akta perjanjian kredit dengan melakukannya sesuai prosedur
dan ketentuan yang berlaku seperti didalam Undang - Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris. 4.
Setelah seluruh penandantanganan selesai, maka notaris memberikan sebuah surat yang pada umumnya dikenal sebagai Covernote. Covernote ini secara umum
adalah sebuah surat yang berisikan jangka waktu penyelesaian seluruh kewajiban notaris terhadap akta-akta atau tindakan hukum administratif tertulis yang akan
diselesaikan notaris yang bersangkutan. Covernote ini bukan sebuah surat yang menjamin bahwa seluruh peristiwa hukum yang telah dilaksanakan tidak akan
Universitas Sumatera Utara
mendapat hambatan nantinya karena dalam proses penyelesaian seluruh komponen perjanjian kredit misalnya pemasangan hak tanggungan terhadap
jaminan berupa tanah bersertipikat, bisa saja ada gangguan hukum dari pihak ketiga yang membuat notaris tidak bisa melaksanakan kewenangannya sebagai
pihak yang akan melaksanakan hal tersebut. Gangguan tersebut tentu tidak ada pengaruh dari notaris, tetapi bisa saja dari pihak bank atau pihak debitur. Hal ini
yang harus diingat mengenai inti dari covernote. Selain covernote ini juga, notaris memberikan tanda terima jaminan atau berkas penting lainnya kepada bank
apabila berkas - berkas penting itu telah diberikan kepada notaris agar tertib adminsitrasi berjalan sebagaimana mestinya.
5. Setelah seluruh pekerjaan notaris selesai dilaksanakan, maka notaris berkewajiban
menarik kembali asli covernote dan membuat tanda terima baru bahwa seluruh berkas yang telah diterima notaris telah dikembalikan kepada bank.
Dalam pelaksanaan wewenang notaris, perlu dibedakan proses pelaksanaan perjanjian kredit dengan tanpa memakai jaminan atau agunan dan perjanjian kredit
dengan memakai agunan. Berikut ini akan diuraikan pelaksanaan wewenang notaris sebelum melaksanakan perjanjian kredit dengan tanpa memakai jaminan atau agunan
dan perjanjian kredit dengan memakai agunan. Dalam melaksanakan tugasnya, Notaris juga harus memperhatikan kode etik
prefesi. Kode etik dapat diartikan sebagai kaidah prilaku yang disusun secara tertulis dan sistematis sebagai pedoman yang harus dipatuhi dalam mengembangkan sebuah
Universitas Sumatera Utara
profesi. Menurut Sumaryono, kode etik memiliki alasan-alasan dan tujuan tertentu, yaitu sebagai berikut
37
: a. sebagai sarana kontrol sosial;
b. sebagai pencegah campur tangan pihak lain; dan; c. sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik.
1. Tugas Notaris Dalam Proses Pelaksanaan Perjanjian Kredit dengan Tanpa
memakai Jaminan Dapat disimpulkan bahwa kredit yang diberikan adalah kredit untuk personal
dan bukannya berupa kredit untuk korporasi. Hubungan hukum yang berupa suatu perikatan pihak bank yang mengeluarkan kredit tanpa agunan bermula sejak
ditandatangani aplikasi kredit tanpa agunan dan disetujui oleh Bank, dimana sering ditemukan ketentuan mengenai pernyataan atau persetujuan dari pemohon kredit
untuk menerima dan mengikatkan diri untuk tunduk dan mematuhi semua syarat dan ketentuan baik yang berlaku saat ini dan atau di kemudian hari menurut
kebijaksanaan dari Bank, termasuk juga untuk bertanggung jawab sepenuhnya atas semua tagihan.
Pada saat aplikasi disetujui oleh pihak Bank maka semua persetujuan mengenai hak, kewajiban serta syarat yang terdapat dalam aplikasi kredit tersebut
secara sah telah berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya, yaitu debitur dan Bank. Hal ini diatur dalam Pasal 1338 Kitab Undang-undang
37
Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, 1997 , Bandung. Hal . 78-79
Universitas Sumatera Utara
Hukum Perdata yang menyatakan bahwa: “Semua persetujuan yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”
Untuk Kredit tanpa agunan, karena pihak bank tidak menentukan dari awal apa yang menjadi agunannya, maka berdasarkan pasal 1131 dan 1132 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata. Adapun bunyi dari Pasal 1131 Kitab Undang-undang Hukum Perdata adalah:
“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada, maupun yang baru akan ada di kemudian
hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”, sedangkan pasal 1132 Kitab Undang-undang Hukum Perdata berbunyi:
“Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya, pendapatan
penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbanganya itu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada
alasan- alasan yang sah untuk didahulukan”. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa
harta kekayaan milik dari debitur seluruhnya menjadi jaminan terhadap jumlah utang yang harus dibayarkan oleh debitur, sehingga dasar dari Bank melakukan eksekusi
apabila debitur wanprestasi adalah kedua pasal tersebut, pasal 1131 san 1132 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Dasar bagi Bank untuk melakukan bila terjadi eksekusi tentunya adalah perjanjian yang dibuat pada awalnya suatu perikatan tadi, yaitu dimana permohonan
aplikasi permohonan kredit yang diajukan dan disetujui oleh pihak Bank. Bila wanprestasi berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian tersebut,
misalnya adanya keterlambatan pembayaran dari pengguna fasilitas kredit.
Universitas Sumatera Utara
Maka, apabila ditelaah lebih jauh, sebelum melaksanakan perjanjian kredit ini, terdapat pengaturan hukum terhadap tugas notaris dalam Undang - Undang Jabatan
Notaris yaitu Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 30 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris apabila Bank ingin Notaris
melaksanakan perjanjian kredit tersebut salah satunya adalah dengan memakai jasanya yaitu dengan memakai akta otentik. Sebelum pelaksanaan perjanjian kredit
dimaksud, Notaris juga diharuskan memeriksa seluruh kelengkapan berkas yang diperlukan. Dalam pembahasan ini dititikberatkan apabila seluruh berkas pendukung
yang diperlukan sudah lengkap. Maka dalam Undang - Undang Jabatan Notaris yaitu Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 30 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris pasal 15 nya berbunyi sebagai berikut: Ayat 1:
Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundangan
danatau yag dikehendaki oleh yang berkepentingan, untuk dinyatakan dalam akta otentik, menajmin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,
memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya sepanjang pembuatan akta tersebut tidak ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang
lain yang ditetapkan oleh undang-undang. Ayat 2:
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Notaris berwenang pula:
Universitas Sumatera Utara
a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapakan kepastian tanggal pembuatan
surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus. Hal ini lazim disebut dengan Legalisasi. Legalisasi adalah tindakan
mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah tangan yang dibuat sendiri oleh orang perseorangan atau oleh
para pihak diatas kertas yang bermaterai cukup yang di tanda tangani di hadapan Notaris dan didaftarkan dalam buku khusus yang disediakan oleh
Notaris. b.
Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus lazim disebut dengan waarmerking.
c. Membuat kopi dari asli surat dibawa tangan berupa salinan yang memuat
uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan.
d. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya lazim
disebut dengan legalisir. e.
Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta. f.
Membuat akta yang berhubungan dengan pertanahan. g.
Membuat akta risalah lelang. Maka jelaslah sudah pengaturan hukum mengenai tugas notaris sebelum
melaksanakan perjanjian kredit tanpa memakai agunan, selain memeriksa kelengkapan berkas, notaris juga wajib membuat kopi, legalisasi, Waarmerking dan
terutama penyuluhan hukum kepada para pihak tentang apa yang akan dilksanakan
Universitas Sumatera Utara
nantinya agar para pihak dapat paham dan mengerti akan isi dari perjanjian yang ditandatangani tersebut. Tidak selamanya pihak bank dirugikan dengan adanya kredit
tanpa agunan, karena dengan klausul yang tepat yang dibantu oleh notaris, maka resiko kredit yang dikhawatirkan oleh bank terhadap kemacetan pembayaran bisa
diminimalisir. Pihak bank tentunya dengan menggunakan jasa notaris dapat nantinya
menerapkan klausul seperti yang terdapat dalam pasal 1131 dan 1132 Kitab Undang- undang Hukum Perdata, maka secara tidak langsung Bank diberikan hak utama untuk
menarik jaminan. Karakteristik jaminan yang dapat ditarik oleh bank secara umum juga dapat dilihat dengan ciri-ciri umum sebagai berikut:
a. Benda tersebut bersifat ekonomis dapat dinilai dengan uang.
b. Benda tersebut dapat dipindah tangankan haknya kepada pihak lain.
2. Tugas Notaris Dalam Proses Pelaksanaan Perjanjian Kredit dengan memakai
Jaminan Pada dasarnya perjanjian kredit dapat dibagi atas perjanjian kredit yang
memiliki agunan dan perjanjian yang tidaktanpa agunan. Persoalan agunan ini juga masih berkaitan dengan ketentuan pasal 1131 dan 1132 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Kedua pasal ini membahas tentang piutang-piutang yang diistimewakan. Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatakan
bahwa segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan
Universitas Sumatera Utara
untuk segala perikatan perseorangan. Dan pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatakan bahwa kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi
semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagikan menurut keseimbangan, yaitu menurut besar-kecilnya piutang masing-
masing, kecuali apabila diantara para piutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.
Pihak bank biasanya dalam memberikan kredit akan menentukan terlebih dahulu apa yang menjadi jaminan atau agunan dari kredit yang dikeluarkan, misalnya
dalam kredit pembelian kendaraan yang menjadi agunan biasanya adalah BPKB dari kendaraan tersebut. Pihak bank dengan ditentukan dari awal tentang apa yang
menjadi jaminan terhadap kredit yang diberikan akan memudahkan bagi bank untuk melakukan eksekusi bila terjadi wanprestasi karena sudah tertentu apa yang menjadi
agunannya. Notaris apabila diminta jasanya oleh bank untuk melakukan pelaksanaan
perjanjian kredit ini maka akan terlebih dahulu melihat tentang bukti kepemilikan jaminan tersebut. Apabila telah dilihat dan dipastikan benar, maka sesuai pengaturan
hukum yang ada, maka Notaris berkewajiban melegalisir fotokopi seluruh identitas dan membuat akta perjanjian kredit secara otentik. Semuanya memang tergantung
dari apa yang diinginkan kedua belah pihak. Jika yang diinginkan hanya akta perjanjian kredit dibawah tangan, maka akta tersebut hanya akan diberi legalisasi oleh
notaris untuk kemudian pengikatan jaminannya dilakukan secara fidusia.
Universitas Sumatera Utara
Ada kalanya bank juga tidak melakukan pengikatan secara fidusia dikarenakan jumlah hutang yang kecil, sehingga untuk meminimalisir potongan biaya
adminsitrasi hutang, maka bank cukup melakukan legalisasi terhadap jaminan benda- benda milik debitur, apakah itu benda - benda persediaan atau peralatan rumah
tangga. Pada intinya, karena perjanjian pengikatan jaminan bersifat perjanjian tambahan atau biasa dikenal dengan sebutan accessoir, maka akan sangat tergantung
sekali pada klausul pada perjanjian pokok mengenai perjanjian tambahan itu sendiri. Karena perjanjian kredit memiliki pengertian secara khusus yaitu bahwa
perjanjian kredit adalah perjanjian antara bank sebagai kreditur dengan nasabah sebagai debitur mengenai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu yang mewajibkan debitur untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tetentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan,
38
maka berikut ini adalah beberapa jaminan kebendaan yang akan dibahas pengaturan
hukumnya oleh notaris sebelum melaksanakan perjanjian kredit:
39
a. Tanah
Dalam melakukan analisa agunan tanah agar memperhatikan hak atas tanah tersebut seperti dasar kepemilikan tanah tersebut. Perlu diperhatikan mengenai hak
yang dimiliki debitur tersebut atas sebuah objek jaminan. Beberapa jenis hak atas tanah dibawah ini yang dapat dijadikan jaminan menurut Undang-Undang Tentang
38
Sutan Remy Sjahdenie, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang seimbang bagi para Pihak dalam Perjanjian Kredit. Jakarta, 1993 Institut Bankir Indonesia, hal. 14.
39
Dikutip dari berbagai sumber
Universitas Sumatera Utara
Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah Nomor 4 tahub 1996 adalah:
1 Hak Milik,
2 Hak Guna Bangunan,
3 Hak Guna Usaha,
4 Hak pakai yang punya nilai ekonomis, dan
5 Hak Milik atas Satuan Rumah Susun.
Terhadap beberapa hak atas tanah tersebut diikat dengan jenis Hak Tanggungan. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah mengatur definisi Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan
dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk
pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain
.
Sementara menurut defenisi umum Hak Tanggungan adalah bentuk hak jaminan atas tanah berikut benda lainnya yang
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dengan tanah tersebut. Hak Tanggungan ini memberikanmempunyai hak “Preference” kepada kreditur tersebut
dalam hal ini adalah Bank. Artinya Bank mempunyai keutamaan untuk mengeksekusi
Universitas Sumatera Utara
jaminan tersebut terlebih dahulu dari pada kreditur lainnya, jika suatu saat debitur cidera janjiWanprestasi.
Terhadap jenis jaminan ini, notaris diharuskan meminta keseluruhan berkas berupa bukti kepemilikan yaitu Sertipikat yang dimaksud. Kemudian notaris melihat
nama yang tertera di sertipikat adalah benar nama si debiturr, jikalau bukan nama debitur, notaris wajib meminta agar nama yang tertera iktu serta menandatangani
perjanjian pengikatan jaminannya. Jika tidak, maka debitur harus member penjelasan kepada notaris dan bank bahwa tanah tersebut milik siapa dan debitur harus
menunjukkan bukti kepemilikan atas tanah tersebut meskipun belum nama debitur. Bisa saja sertipikat tersebut milik debitur berdasarkan Pengikatan Untuk Melakukan
Jual Beli, hanya saja debitur belum membaliknamakan keatas namanya. Setelah itu, menurut ketentuan yang berlaku dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, objek kepemilikan tanah tersebut diikat dengan memakai Akta Pemberian Hak
Tanggungan atau Surat Kuasa Memberikan Hak Tanggungan, tergantung kepada letak objek tanah dan status tanah terebut.
Jaminan tanah yang bersertipikat tersebut diatas terlebih dahulu harus dipastikan tidak dalam sengketa hukum atau sedang dijaminkan pihak ketiga. Maka
untuk memastikan hal tersebut, Notaris terlebih dahulu melakukan pengecekan ke Kantor Pertanahan tempat objek terdaftar sebelum dilakukan pengikatan perjanjian
kredit agar tercapai keamanan bersama. Setelah itu notaris membuat konsep
Universitas Sumatera Utara
perjanjian kredit yang akan ditandatangani dan surat pemasangan hak tanggungannya juga.
Terhadap tanah yang belum mempunyai sertipikat, biasanya untuk jumlah hutang besar, bank akan menolak, tetapi dengan jumlah hutang yang kecil, bank
menerima dengan memakai Surat Kuasa Memberikan Hak Tanggungan saja dan bukti kepemilikan mana disimpan oleh bank sebagai jaminan.
b. Bangunan
Agunan berupa bangunan yang umumnya dapat diterima bank berupa rumah tinggal, rumah susun, pabrik, gudang atau hotel.
Dalam melakukan analisa agunan berupa bangunan agar memperhatikan hal- hal seperti Ijin Mendirikan Bangunan IMB, lokasi bangunan, luas bangunan,
konstruksi bangunan, kondisi bangunan, tahun pendirianrenovasi bangunan tersebut, peruntukan bangunan rumah tinggal, pabrik, gudang, hotel, tingkat marketabilitas,
ketertarikan dengan bank lain, dan status hukum dalam kondisi sengketa atau tidak. Untuk jaminan seperti ini, notaris bisa mengikat jaminan ini dengan beberapa
cara, bisa mengikat dengan cara melakukan pemasangan hak tanggungan terhadap tanah tempat objek bangunan berdiri, karena didalam surat pemasangan hak
tanggungan, juga tertera objek tanah termasuk juga bangunan diatasnya. Apabila tidak mau, maka bisa diikat dengan jaminan fidusia terhadap bangunan diatasnya
saja. Secara umum, pengaturan hukum terhadap ini tidak diatur, hanya saja notaris meminta kelengkapan berkas-yang diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
c. Kendaraan Bermotor
Dalam melakukan analisa agunan berupa kendaraan bermotor agar memperhatikan umur teknis dari kendaraan bermotor tersebut, kepemilikan
kendaraan bermotor tersebut, dan pengamanan tambahan berupa pemblokiran pada instansi yang berwenang.
d. Persediaan Inventory
Dalam melakukan analisa agunan berupa persediaan agar memperhatikan sistem perusahaan debitur dalam menentukan nilai persediaan, jenis barang
persediaan, kondisi persediaan serta tempat penyimpanan persediaan. Untuk persediaan, notaris melakukannya dengan memasang jaminan secara
fidusia. e.
Piutang Dagang Dalam melakukan analisa agunan berupa piutang dagang agar memperhatikan
bahwa piutang tersebut merupakan piutang dagang lancar dan memiliki dokumen piutang.
40
f. Mesin-mesin Pabrik
Dalam melakukan analisa agunan berupa mesin pabrik agar memperhatikan umur tekhnis dari mesin tersebut.
Untuk mesin-mesin pabrik, notaris melakukannya dengan memasang jaminan secara fidusia
41
40
http:bankernote.comanalisa-jaminan-dan-agunan-kredit, diakses pada tanggal 20 September 2014
Universitas Sumatera Utara
g. Corporate Guarantee dan atau Personal Guarantee
Apabila bank akan menerima corporate guarantee dan atau personal guarantee, maka bamk harus melakukan evaluasi terhadap kelayakan dan bonafiditas
dari penjamin guarantor serta memastikan bahwa perjanjianakta guarantee telah ditandatangani oleh pihak yang berwenang.
Terhadap keseluruhan jaminan diatas, sebenarnya pengaturan hukum yang jelas terhadap proses sebelum pelaksanaan perjanjian kredit yang dilakukan notaris
kepada bank dan debitur diatur didalam beberapa peraturan perundang-undangan. Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang
Berkaitan dengan Tanah, Undang - Undang Nomor 42 tahun 1992 tentang Fidusia, Peraturan Bank Indonesia hingga peraturan yang dibuat setiap bank mengenai proses
pelaksanaan perjanjian kredit itu sendiri seperti yang telah diuraikan pada bahagian awal bab ini. Untuk itu, pengaturan hukum terhadap tugas notaris sebelum
melaksanakan perjanjian kredit sangat tergantung kepada produk-produk hukum diatas dan juga jenis-jenis perjanjian kredit serta ada tidaknya agunan yang dimiliki
debitur.
41
http:satryaadhitama.blogspot.com201402fidusia-pabrik-pada-lahan-non.html, diakses pada tanggal 20 September 2014
Universitas Sumatera Utara
BAB III TUGAS-TUGAS NOTARIS SEBELUM MELAKSANAKAN PERJANJIAN
KREDIT DI PERBANKAN
A. Ruang Lingkup Tugas Secara Umum