Buku Gur u Kela s X I I 124
Dalil lain tentang jujur, termaktub QS. Az-Zumar: 33;
٣ َنوُقَتُم ۡ
لٱ ُمُه َكِئٓ َلْوُأ ٓۦِهِب َقَدَصَو ِقۡدِّصلٱِب َءٓاَج يِ َلٱَو
Artinya : Dan orang yang membawa kebenaran Muhammad dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. QS. az-Zumar: 33
c. Pembagian jujur Adapun macam-macam jujur adalah sebagai berikut ;
1 Jujur dalam niat, yaitu kembali kepada keikhlasan. Suatu amal yang tercampur dengan riya’ dan kemunafikan atau dengan kepentingan dunia lainnya, akan
merusak niat, dan pelakunya bisa dikatakan sebagai pendusta, atau munafik. 2 Jujur dalam ucapan. Jujur dalam ucapan adalah jenis kejujuran yang paling
tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran. 3 Jujur dalam tekad dan pemenuhan janji.
d. Hikmah jujur Adapun hikmah jujur adalah sebagai berikut ;
1. Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan dan pahala Allah Swt. 2. Sifat jujur merupakan tanda sempurnanya keislaman. Dengan kejujuran seorang
hamba akan mencapai derajat yang mulia dan selamat dari segala keburukan. 3. Kejujuran senantiasa mendatangkan keberkahan baik dalam keluarga maupun
hartanya
4. UKHUWAH
a. Pengertian Kata ukhuwah menurut berasal dari kata ”akhun” yang artinya berserikat dengan
yang lain. Kata akhun digunakan untuk menggambarkan persaudaraan orang-orang mukmin. Meskipun mereka berbeda-beda bangsa, suku bangsa, adat kebiasaan, warna
kulit, kedudukan, tingkat sosial-ekonomi, tetapi mereka adalah satu ikatan persaudaraan, yaitu Islam. Ikatan akidah merupakan ikatan yang paling kokoh dan paling mahal mahal
harganya. AlBanna mengatakan bahwa ukhuwah adalah saudara keimanan. Ukhuwah yang sebenarnya ialah jalinan persaudaraan yang didasari dengan keimanan kepada
Allah dan Rasul-Nya. b. Dalil al-Qur’an tentang ukhuwah
Allah Swt menjelaskan tentang ukhuwah termaktub pada QS. Ali-Imran : 103
125
Akhlak Tasawuf Kurikulum 2013
ٗءٓاَدۡع َ
أ ۡمُتنُك ۡذِإ ۡمُكۡي َلَع ِ َلٱ َتَمۡعِن ْاوُرُكۡذٱَو ْۚاوُقَرَفَت َلَو اٗعيِ َج ِ َلٱ ِلۡبَ ِب ْاوُمِصَتۡعٱَو
ِراَلٱ َنِّم ٖةَرۡفُح اَفَش ٰ َ َع ۡمُتنُكَو اٗنَٰوۡخِإ ٓۦِهِتَمۡعِنِب مُتۡحَبۡصَأَف ۡمُكِبوُلُق َ ۡنَب َفَلَأَف
٣ َنوُدَتۡهَت ۡمُكَلَعَل ۦِهِتٰ َياَء ۡمُكَل ُ َلٱ ُ ِّنَبُي َكِلَٰذ َك ۗاَهۡنِّم مُكَذَقنَأَف
Artinya : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
masa Jahiliyah bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayatayatNya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk. QS. Ali-Imran : 103. Supaya persaudaraan yang dijalin dapat tegak dengan kokoh, maka diperlukan empat
tiang penyangga utamanya yaitu: 1. Ta’aruf
adalah; saling kenal mengenal yang tidak hanya bersifat fisik atau biodata ringkas belaka, tetapi lebih jauh lagi menyangkut latar belakang pendidikan, budaya,
keagamaan, pemikiran, ide-ide, cita-cita serta problema kehidupan yang dihadapi. 2. Tafahum yaitu saling memahami kelebihan dan kekurangan, kekuatan dan kelemahan
masing-masing, sehingga segala macam bentuk kesalahpahaman dapat dihindari. 3. Ta’awun yaitu saling tolong menolong, dimana yang kuat menolong yang lemah dan
yang kaya menolong yang miskin. Dengan ta’awun, kerjasama akan tercipta dengan baik dan saling menguntungkan sesuai fungsi dan kemampuan masing-masing.
4. Takaful yaitu saling memberikan jaminan, sehingga menimbulkan rasa aman. Tidak ada rasa kekhawatiran dan kecemasan menghadapi hidup ini, karena ada jaminan
sesama saudara untuk memberikan pertolongan yang diperlukan dalam menjalani kehidupan.
Dengan empat sendi persaudaraan tersebut umat Islam akan saling mencintai dan bahu-membahu serta tolong menolong dalam menjalani dan menghadapi tantangan
kehidupan, bahkan seperti satu batang tubuh yang masing-masing bagian tubuh ikut merasakan penderitaan bagian tubuh lainnya.
5. TASAMUH