41
Akhlak Tasawuf Kurikulum 2013
atau ABANG atau disebut juga ngaji dalil karena hanya dalil saja yang dibaca. Di samping itu santri harus hafal dan bisa serta paham tentang Syarat –
Rukun Puasa dan Sholat. 3 Tahapan Ketiga ; mengaji dalil dan makna jadi satu dari kitab – kitab tarjamah.
Tahapan ini dinamakan ngaji lafal makno belajar menerjemahkan tiap kata dalil kalimat dalil dengan bahasa jawa yang ada dibawah dalil itu . Di sini
para santri membutuhkan kejelian dalam mencari arti. 4 Tahapan Keempat
; Seorang santri diajak memahami maksud yang terkandung dalam kitab–kitab tarjamah, karena hampir setiap kalimat
mempunyai makna harfiah dan tafsiriah yang tentunya membutuhkan keterangan dan pemahaman yang dalam. Kitab–kitab tarjamah disusun
dengan formula lengkap : Kamaknanan, Kamurodan, Kasarahan,
Kamaksudan dan Kapertelanan, atau dengan kata lain ngaji maksud, ngaji sorah, ngaji bandungan, atau ngaji sorogan. Pengajian ini berupa pembacaan
dan penerangan isi kandungannya dan dilakukan oleh Syaik Kiai Ahmad Rifai sendiri di hadapan para santri dan murid pilihan. Kemudian mereka
satu persatu memcoba menirukan seperti apa kata beliau. Dalam pengajian ini diajarkan pula oleh ulama’ tentang ilmu dan amalan kesunahan yang
tidak tertulis didalam kitab – kitab tarjamahnya.
3. Tarikat Syaziliyah
Tarekat ini lahir di Maroko, yangg didirikan oleh Syekh Abdul Hasan as-Syadzili 1258. Tarekat ini merupakan salah satu komunitas ajaran sufistik yg memiliki
pengikut yg luar biasa banyak. Saat ini tarekat ini sudah menyebar di berbagai negara. Diantaranya, Afrika utara, Mesir, Kenya, Tanzania, Timur-tengah dan Sri
langka. Bahkan aliran tarekat ini telah merambah ke Amerika Barat dan utara. Tarekat ini umumnya diikuti oleh kalangan kelas menengah, pengusaha, pejabat,
dan pegawai negeri. Sebagian ajaran tarekat ini dipengaruhi oleh iman al-Ghazali al-Makki.
a. Tokoh Tarikat Syaziliyah
Tarekat Syadziliyah adalah tarekat yang dipelopori oleh Syeh Abul Hasan Asy Syadzili. Nama Lengkapnya adalah Abul Hasan Asy-Syadzili al-Hasani
bin Abdullah Abdul Jabbar bin Tamim bin Hurmuz bin Hatim bin Qushay bin Yusuf bin Yusya’ bin Ward bin Baththal bin Ahmad bin Muhammad bin Isa bin
Muhammad, anak pemimpin pemuda ahli surga dan cucu sebaik-baik manusia:
Buku Gur u Kela s X I I 42
Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Thalib R.A dan Fatimah al-Zahra binti Rasulullah SAW.
Nama kecil Syeh Abul Hasan Asy Syadzili adalah Ali, gelarnya adalah Taqiyuddin, Julukanya adalah Abu Hasan dan nama populernya adalah Asy-
Syadzili. Al-Syadzili lahir di sebuah desa yang bernama Ghumarah, dekat kota Sabtah pada tahun 593 H 1197 M. Beliau menghapal al-Quran dan pergi ke
Tunisa ketika usianya masih sangat muda dan tinggal di desa Syadzilah. Oleh karena itu, namanya dinisbatkan kepada desa tersebut meskipun ia tidak
berasal dari desa tersebut.
b. Ajaran Tarikat Syaziliyah
Abul Hasan asy-Syadzili tidak meninggalkan karya tasawuf, begitu juga muridnya, Abul Abbas al-Mursi, kecuali hanya sebagai ajaran lisan tasawuf, doa,
dan hizib. Ibn Atha’illah as- Sakandari adalah orang pertama yang menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya. Sehingga khazanah
tarekat Syadziliyah tetap terpelihara. Ibn Atha’illah juga orang yang pertama
kali menyusun karya paripurna tentang aturan-aturan tarekat tersebut, pokok- pokoknya, prinsip-prinsipnya, bagi angkatan setelahnya.
Melalui karya-karya Ibn Atha’illah, tarekat Syadziliyah mulai tersebar sampai ke Maghrib, sebuah negara yang pernah menolak sang guru. Tetapi ia
tetap merupakan tradisi individualistik, hampir-hampir mati, meskipun tema ini tidak dipakai, yang menitikberatkan pengembangan sisi ruhani.
Syadzili sendiri tidak mengenal atau menganjurkan murid-muridnya un- tuk melakukan aturan atau ritual yang khas dan tidak satupun yang berbentuk
kesalehan populer yang digalakkan. Namun, bagi murid-muridnya tetap mem- pertahankan ajarannya. Para murid melaksanakan Tareqat Syadziliyah di zawi
yahzawiyah yang tersebar tanpa mempunyai hubungan satu dengan yang lain. Sebagai ajaran, tarekat ini dipengaruhi oleh al-Ghazali dan al-Makki.
Salah satu perkataan as-Syadzili kepada murid-muridnya: “Seandainya kalian mengajukan suatu permohonanan kepada Allah, maka sampaikanlah lewat Abu
Hamid alGhazali”. Perkataan yang lainnya: “Kitab Ihya’ Ulum adDin, karya al Ghozali, mewarisi anda ilmu. Sementara Qut alQulub, karya alMakki, mewarisi
anda cahaya.” Selain kedua kitab tersebut, as-Muhasibi, Khatam al-Auliya, karya Hakim at-Tarmidzi, Al-Mawaqif wa al-Mukhatabah karya An-Niffari, Asy-Syifa
karya Qadhi ‘Iyad, Ar-Risalah karya al-Qusyairi, Al-Muharrar al-Wajiz karya Ibn Atah’illah.
43
Akhlak Tasawuf Kurikulum 2013
c. Ajaran Pokok Tarikat Syadziliyah
Tauhid dengan sebenar-benarnya tauhid yang tidak musyrik kepada Allah Swt ;
a. Ketakwaan terhadap Allah swt lahir dan batin, yang diwujudkan dengan jalan bersikap wara’ dan Istiqamah dalam menjalankan perintah Allah swt.
b. Konsisten mengikuti Sunnah Rasul, baik dalam ucapan maupun perbuatan, yang direalisasikan dengan selalu bersikap waspada dan bertingkah laku
yang luhur. c. Berpaling hatinya dari makhluk, baik dalam penerimaan maupun penolakan,
dengan berlaku sadar dan berserah diri kepada Allah swt Tawakkal. d. Ridho kepada Allah, baik dalam kecukupan maupun kekurangan, yang
diwujudkan dengan menerima apa adanya qana’ah tidak rakus dan menyerah.
e. Kembali kepada Allah, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, yang diwujudkan dengan jalan bersyukur dalam keadaan senang dan
berlindung kepada-Nya dalam keadaan susah. Hal tersebut dapat terwujud melalui :
1. Semangat yang tinggi, yang mengangkat seorang hamba kepada derajat yang tinggi.
2. Berhati-hati dengan yang haram, yang membuatnya dapat meraih penjagaan Allah atas kehormatannya.
3. Berlaku benar dalam berkhidmat sebagai hamba, yang memastikannya kepada pencapaian tujuan kebesaran-Nya atau kemuliaan-Nya.
4. Melaksanakan tugas dan kewajiban, yang menyampaikannya kepada kebahagiaan hidupnya.
5. Menghargai menjunjung tinggi nikmat, yang membuatnya selalu meraih tambahan nikmat yang lebih besar.
Selain itu tidak peduli sesuatu yang bakal terjadi merenungkan segala kemungkinan dan akibat yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang
merupakan salah satu pandangan tarekat ini, yang kemudian diperdalam dan diperkokoh oleh Ibn Atha’illah menjadi doktrin utamanya. Karena menurutnya,
hal ini merupakan hak prerogratif Allah. Apa yang harus dilakukan manusia adalah hendaknya ia menunaikan tugas dan kewajibannya yang bisa dilakukan
pada masa sekarang dan hendaknya manusia tidak tersibukkan oleh masa depan yang akan menghalanginya untuk berbuat positif.
Buku Gur u Kela s X I I 44
4. Tarikat Maulawiyah