Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN
59 ceramah untuk semua bahan pelajaran. Hal yang demikian juga diungkapkan oleh
Oemar Hamalik 2011: 127. Menurutnya, salah satu hal yang harus diperhatikan guru agar pengajarannya berhasil adalah dengan memilih dan menggunakan
metode mengajar yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, kebutuhan dan kemampuan siswa dan dengan bahan-bahan yang akan diberikan. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Muhammad Ali 2004: 88 mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan guru dalam memilih metode
pembelajaran, yaitu tujuan pengajaran yang ingin dicapai, materi pelajaran, sumber dan fasilitas yang tersedia, situasi-kondisi belajar mengajar, kondisi siswa
serta waktu yang tersedia. Aspek
yang berikutnya
yaitu menyusun
rencana pelaksanaan
pembelajaran. Para guru selalu menyusun RPP terlebih dahulu sebelum pelaksanaan pembelajaran. Penyusunan RPP dilakukan sendiri oleh guru. Guru
menganggap bahwa RPP sangat penting dan harus dipersiapkan terlebih dahulu. Hal ini karena RPP digunakan sebagai rambu-rambu atau pedoman dalam
pelaksanaan pembelajaran agar lebih terarah. Selain itu, guru dapat mempersiapkan apa saja yang diperlukan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kunandar 2011: 264 yang mengemukakan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran berfungsi sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan
kegiatan belajar mengajar agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien. Wina Sanjaya 2008: 59 juga mengemukakan bahwa RPP merupakan
program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. Menurut guru, pelaksanaan
60 pembelajaran di kelas tidak harus selalu sama persis dengan yang ada di RPP.
Pelaksanaan pembelajaran bisa disesuaikan dengan situasi dan tidak harus saklek dengan yang tertulis di RPP. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Kunandar 2011: 264 yang mengatakan bahwa “…, rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya bersifat luwes fleksibel dan memberi kemungkinan
bagi guru untuk menyesuaikannya dengan respon siswa dalam proses pembelajaran sebenarnya”. Selain itu, Muhammad Ali 2004: 88 juga
mengemukakan bahwa pelaksanaan pembelajaran hendaknya berpegang pada rencana, namun situasi yang dihadapi guru mempunyai pengaruh besar terhadap
proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, guru harus peka, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam mengajar dengan situasi yang
dihadapi. Temuan selanjutnya yaitu pada aspek pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran. Teknologi informasi dan komunikasi untuk masa sekarang ini sudah bukan hal yang baru lagi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Marselus
R. Payong 2011: 37 yang mengemukakan bahwa penetrasi teknologi sudah semakin luas, termasuk dalam bidang pendidikan, sehingga para guru dituntut
untuk melek terhadap teknologi dan memanfaatkannya dalam pembelajaran. Penggunaan teknologi, khususnya dalam hal ini laptop dan LCD sudah digunakan
dalam proses pembelajaran oleh sebagian besar guru kelas bersertifikat pendidik, yaitu sudah ada empat guru yang sering menggunakannya, sementara tiga lainnya
belum. Masykur Arif Rahman 2012: 199 mengemukakan bahwa guru yang mengikuti perkembangan zaman akan selalu
“bersentuhan” dengan perangkat-
61 perangkat pendidikan paling mutakhir, seperti menggunakan laptop, internet,
LCD, video, dan lain-lain, meskipun perangkat-perangkat tersebut bukan segala- galanya dalam mengukur seorang guru yang tidak ketinggalan zaman. Sejalan
dengan pendapat tersebut, Rusman 2012: 17 juga mengemukakan bahwa guru abad ke-21 adalah guru yang kreatif dan mampu mengintegrasikan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi khususnya komputer dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, Ace Suryadi 2007 mengemukakan bahwa dengan
menggunakan teknologi dalam pembelajaran dapat memberikan kesenangan, kemudahan, dan kecepatan dalam belajar, dan melibatkan siswa dalam
kecanggihan dan kemutakhiran teknologi. Walaupun empat guru sudah sering memanfaatkan teknologi dalam
pembelajaran, guru juga belum menguasai secara keseluruhan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh guru kelas IB. Beliau mengungkapkan bahwa pada saat ini
sudah sering memanfaatkan laptop dalam pembelajaran, namun beliau mengaku masih dalam tahap belajar. Walaupun masih dalam tahap belajar hal ini sangatlah
bagus, karena guru yang sudah tua tetap masih mau untuk belajar menggunakan laptop dan memanfaatkannya dalam pembelajaran. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Masykur Arif Rahman 2012: 198 yang mengemukakan bahwa guru yang mengikuti perkembangan zaman adalah guru yang selalu belajar.
Dalam keadaan bagaimanapun dan kondisi seperti apapun, guru akan tetap belajar hingga akhir hidupnya. Ini dilakukan agar guru tidak ketinggalan zaman dalam
melihat proses dan perkembangan pendidikan.
62 Sementara itu, dari tiga guru yang belum memanfaatkan teknologi dalam
pembelajaran, dua diantaranya mengaku benar-benar buta terhadap TI karena sudah tua, sehingga tidak pernah belajar menggunakannya. Hal ini tidak sesuai
dengan pendapat Yuli Kwartolo 2010 yang mengemukakan bahwa guru harus terus menerus meningkatkan kompetensinya dalam bidang komputer untuk
keperluan pembelajaran. Senada dengan pendapat tersebut, Masykur Arif Rahman 2012: 199 mengemukakan bahwa guru yang mengikuti perkembangan zaman
tidak hanya mewajibkan siswanya untuk belajar, tetapi juga mewajibkan dirinya sendiri untuk selalu belajar. Marselus R. Payong 2011: 38 juga mengungkapkan
“… para guru jika ingin berperan lebih di abad ini, mereka juga harus menguasai teknologi, termasuk te
knologi informasi dan komputer”.
Temuan pada aspek berikutnya yaitu melaksanakan evaluasi pembelajaran.
Semua guru telah melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Oding Supriadi 2009 bahwa setelah melaksanakan proses
pembelajaran, guru diharapkan dapat melaksanakan evaluasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sependapat dengan hal tersebut, Masykur Arif Rahman 2012:
98 mengemukakan bahwa guru yang tidak pernah melakukan evaluasi berarti telah melakukan kesalahan, karena ia tidak akan mengetahui berhasil dan tidaknya
kegiatan belajar mengajar yang ditanganinya. Evaluasi yang dilakukan oleh tujuh guru kelas bersertifikat pendidik biasa dilakukan secara lisan ataupun tertulis.
Semua guru sepakat bahwa evaluasi sangatlah bermanfaat untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan siswa pada materi yang telah diberikan, serta dapat
mengukur keberhasilan pembelajaran. Dengan begitu, dapat diketahui apakah
63 siswa telah paham dengan pembelajaran yang diberikan atau belum serta dapat
dilakukan perbaikan jika masih ada kekurangan. Hal ini seperti yang diungkapkan Oemar Hamalik 2011: 147 bahwa salah satu fungsi evaluasi fungsi diagnostik
adalah untuk mengetahui kesulitan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh siswa dalam proseskegiatan belajarnya. Sejalan dengan pendapat tersebut,
Rusman 2012: 56 juga mengungkapkan bahwa informasi yang diperoleh melalui evaluasi merupakan umpan balik terhadap proses belajar mengajar, yang dapat
dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Wina Sanjaya 2008: 244 juga mengemukakan bahwa
salah satu fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang ditentukan.
Pada aspek memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensinya, tujuh guru kelas bersertifikat pendidik telah mendampingi kegiatan ekstrakurikuler
untuk mengembangkan potensi siswa. Dua guru ikut mendampingi ekstrakurikuler drumband, satu guru ikut mendampingi ekstrakurikuler paduan
suara, tiga guru ikut mendampingi ekstrakurikuler karawitan, dan satu guru menjadi pengampu utama kegiatan membatik. Guru meyakini bahwa dengan
adanya kegiatan ekstrakurikuler tentu dapat mengembangkan potensi siswa, apalagi ada banyak pilihan kegiatan ekstrakurikuler, sehingga siswa memiliki
banyak pilihan sesuai minat mereka. Hal ini seperti yang diungkapkan Mulyasa 2008: 111 yang menyatakan bahwa salah satu cara pengembangan potensi
peserta didik dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Marselus R. Payong 2011: 38 juga mengemukakan bahwa salah satu wahana untuk
64 mengembangkan kemampuan, potensi, bakat atau minat siswa adalah melalui
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Guru tidak hanya menjadi fasilitator belajar di ruang kelas, tetapi juga harus menjadi fasilitator belajar di luar ruang kelas pada
situasi-situasi non pembelajaran.