BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional. Sistem pembayaran tersebut terbagi dua yaitu pembayaran secara
tunai menggunakan uang kartal, serta pembayaran non tunai melalui transaksi kliring dan RTGS. Untuk menjalankan fungsi penyelenggaraan pembayaran tunai Bank Indonesia
senantiasa berusaha untuk menyediakan sejumlah pecahan yang sesuai dengan nominal yang mencukupi dalam kondisi tepat waktu dan layak edar. Sementara itu, untuk transaksi
non tunai, Bank Indonesia mengarahkan transaksi pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen.
BI bukan semata peduli akan terciptanya efisiensi dalam sistem pembayaran, tapi juga kesetaraan akses
hingga ke urusan perlindungan konsumen. Yang dimaksud terciptanya sistem pembayaran, itu artinya memberi kemudahan bagi pengguna untuk memilih metode pembayaran yang
dapat diakses ke seluruh wilayah dengan biaya serendah mungkin. Sementara yang dimaksud dengan kesetaraan akses, BI akan memperhatikan penerapan asas kesetaraan
dalam penyelenggaraan sistem pembayaran. Sedangkan aspek perlindungan konsumen dimaksudkan penyelenggara wajib mengadopsi asas-asas perlindungan konsumen secara
wajar dalam penyelenggaraan sistemnya.
A. Perkembangan Aliran Uang Kartal
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III-2009 berada pada kondisi net outflow, yang berarti aliran uang keluar dari khasanah lebih tinggi
dibandingkan aliran uang masuk. Kondisi net outflow yang terjadi pada triwulan laporan merupakan pola musiman berkenaan dengan perayaan hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada
bulan September 2009. Jumlah uang aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Aliran uang masuk meningkat 18,61 y.o.y atau sebesar Rp19,09 miliar sebaliknya aliran uang keluar justru
mengalami penurunan 36,57 y.o.y atau sebesar Rp135,446 miliar. Penurunan ini antara lain disebabkan oleh kondisi perbankan di wilayah kerja KBI Manado yang berada pada
kondisi long position. Selain itu, outflow juga lebih banyak melalui penukaran, dan hanya
sebagian kecil melalui bayaran. Secara netto, aliran uang kartal selama triwulan laporan berada pada kondisi outflow sebesar Rp113,29 miliar lebih rendah dibandingkan triwulan
yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp267,83 miliar. Secara bulanan, net outflow tertinggi terjadi pada bulan September 2009 sebesar Rp88,63 miliar, berikutnya di bulan Juli
2009 sebesar Rp63,19 miliar. Sedangkan di bulan Agustus 2009, aliran uang kartal di khasanah Bank Indonesia berada pada kondisi net inflow sebesar Rp38,53 miliar. Kondisi
pada triwulan laporan yang mengalami net outflow mencerminkan bahwa aktivitas perekonomian lebih bergairah pada triwulan ini, hal ini didorong oleh adanya
penyelenggaraan event Sail Bunaken yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 serta pola musiman berkenaan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri.
Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado
Rp. Miliar
Q1 Q2
Q3 Q4
Q1 Q2
Q3 2008
2009 Inflow +
592 119
103 217
613 160
122 Outflow -
-87 -337
-370 -428
-18 -355
-235 Net Flow
505 -218
-268 -211
595 -195
-113 -600
-400 -200
200 400
600 800
Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah
Dalam upaya memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan, Bank Indonesia melakukan kegiatan berupa Pemberian Tanda Tidak Berharga PTTB dalam bentuk pemusnahan
terhadap uang yang sudah tidak layak edar. Selama triwulan laporan, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 402,99, jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya yang tercatat hanya sebesar 114,74. Tingginya rasio PTTB pada triwulan laporan disebabkan oleh kebijakan yang ditetapkan oleh Kantor Pusat Bank
Indonesia di bulan Juli dimana uang diatas pecahan nominal 20.000 keatas belum saatnya untuk diracik sehingga terjadi penumpukan uang tidak layak edar dari triwulan sebelumnya.
Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan
sebesar Rp490,29 miliar atau naik 316,58 y.o.y dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Grafik 5.2 Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga PTTB Terhadap Inflow
Persen
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank
Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia.
Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.
Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo
Rp. Miliar
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Q1 Q2
Q3 Q4
Q1 Q2
Q3 2008
2009 Inflow
533 516
702 615
621 542
645 Outflow
-463 -672
-755 -560
-443 -611
-566 Netflow
70 -156
-53 55
178 -69
80 -800
-600 -400
-200 200
400 600
800
.
Q1 Q2
Q3 Q4
Q1 Q2
Q3 2008
2009 Inflow +
592 119
103 217
613 160
122 PTTB
305 169
118 102
53 78
490 Rasio
51,44 142,50 114,74 46,91 8,57
49,00 402,99 -
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
220 240
260 280
300 320
340 360
380 400
420 440
- 100
200 300
400 500
600 700
Miliar Inflow +
PTTB Rasio
Kondisi aliran kas titipan di Gorontalo menunjukkan posisi net inflow. Sepanjang triwulan III-2009 posisi aliran kas titipan Gorontalo menunjukkan nilai net inflow sebesar Rp80 miliar.
Net inflow yang terjadi selama triwulan laporan lebih disebabkan oleh tingkat kelusuhan uang yang cukup besar sehingga meningkatkan posisi setoran.
Grafik 5.4 Netflow Kas Tititpan KBI Manado di Tahuna
Rp. Miliar
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Selain di provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna-Kabupaten Sangihe. Keberadaan kas titipan di kota tersebut merupakan upaya Bank Indonesia untuk
melaksanakan kebijakan clean money policy, khususnya untuk wilayah yang letaknya jauh dari jangkauan Kantor Bank Indonesia. Secara historis, kegiatan kas titipan Tahuna
cenderung mengalami net outflow kecuali pada awal tahun. Kondisi kas titipan Tahuna pada triwulan laporan menunjukkan adanya aliran uang keluar dari dalam khasanah yang
lebih besar daripada aliran uang masuk ke khasanah dengan nilai net outflow sebesar Rp23 miliar. Kondisi ini mengalami penurunan 52,53 jika dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya yang tercatat outflow sebesar Rp49 miliar. Kondisi net outflow yang terjadi di khasanah titipan di Tahuna mengindikasikan kembali bergairahnya
perekonomian di daerah tersebut antara lain tercermin dari meningkatnya realisasi belanja pemerintah dan swasta.
Q1 Q2
Q3 Q4
Q1 Q2
Q3 2008
2009 Inflow
51 19
23 36
57 27
40 Outflow
-31 -67
-71 -100
-39 -78
-63 Netflow
20 -48
-49 -63
18 -51
-23 -120
-100 -80
-60 -40
-20 20
40 60
80
B. Penemuan Uang Palsu