PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

Penurunan BI Rate sampai pada posisi 6,50 tidak secara langsung dapat diikuti oleh penurunan tingkat suku bunga dana dan kredit perbankan. Namun pihak perbankan masih mampu untuk mengelola aktiva dan pasivanya sehingga masih dicapai posisi positif gap.

C. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

Secara kelembagaan, jumlah Bank Perkreditan Rakyat BPR yang beroperasi di wilayah kerja Bank Indonesia Manado sebanyak 21 BPR yang seluruhnya merupakan bank konvensional dengan rincian sebanyak 17 BPR dengan jumlah kantor 39 unit beroperasi di Sulawesi Utara sedangkan 4 BPR dengan jumlah kantor 8 unit beroperasi di Gorontalo. Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat BPR Di Sulawesi Utara Rp. Miliar Kinerja BPR selama triwulan III-2009 secara umum jika dibandingkan baik dengan periode yang sama tahun lalu dan triwulan sebelumnya mengalami peningkatan tercermin dari naiknya total aset, DPK, dan jumlah kredit yang berhasil disalurkan. Peningkatan beberapa indikator ini juga dibarengi dengan membaiknya rasio LDR dan NPL. Pada triwulan laporan total aset BPR tercatat Rp231,1 miliar, tumbuh 18,8 y.o.y dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, DPK yang berhasil dihimpun naik sebesar 16,6 y.o.y mencapai Rp166,9 miliar. Berdasarkan jenisnya, sebagian besar DPK tersebut disimpan dalam bentuk deposito dengan pangsa 70,21 atau sebesar Rp117,2 miliar, sedangkan sisanya dalam bentuk tabungan. Berdasarkan jenisnya, kredit yang disalurkan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 As et 177,2 186,6 194,5 205,2 207,9 220,4 231,1 18,8 DP K 132,8 135,5 143,1 144,0 153,0 160,3 166,9 16,6 Depos ito 96,0 95,4 101,5 100,4 108,8 113,1 117,2 15,5 T abungan 36,8 40,1 41,6 43,5 44,2 47,2 49,7 19,5 Kredit 139,8 157,8 161,6 156,9 163,7 181,5 191,7 18,7 J enis P enggunaan Modal Kerja 32,5 35,4 37,7 36,6 39,6 45,7 50,2 33,2 Inves tas i 12,2 12,4 14,5 14,2 14,5 13,5 13,6 -6,4 Kons ums i 95,1 110,1 109,4 106,1 109,5 122,3 128,0 17,0 S ektoral P ertanian 3,0 2,9 3,4 3,3 3,1 3,2 3,6 6,7 P erindus trian 0,6 0,4 0,4 0,4 0,5 0,6 0,6 29,3 P HR 24,3 26,9 27,6 26,4 28,1 28,2 28,5 3,5 J as a-jas a 10,8 11,3 12,7 12,2 14,3 15,1 16,1 26,9 L ain-lain 101,0 116,3 117,6 114,6 117,7 134,4 143,0 21,6 L DR P ers en 105,3 116,5 113,0 109,0 107,0 113,2 114,9 NP L P ers en 3,5 3,1 3,4 3,3 3,5 3,2 3,3 pos is i Agus tus 2009 S umber: Data E kubank, L aporan B ulanan B ank P erkreditan R akyat L B P R Y.o.Y Komponen 2008 2009 sebagian besar merupakan kredit konsumsi dengan pangsa 66,74, selanjutnya kredit modal kerja dengan pangsa 26,19 dan sisanya kredit investasi sebesar 7,07. Terlihat dalam tabel diatas, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya jenis kredit modal kerja mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 33,2 y.o.y kemudian disusul oleh kredit konsumsi 17. Sebaliknya kredit investasi mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar 6,4. Peningkatan pertumbuhan kredit modal kerja ini sebagian besar didorong oleh tumbuhnya sektor perdagangan dan retail, dimana nasabah yang mengajukan kredit modal kerja di BPR umumnya digunakan untuk usaha jenis retail. Dari sisi melambatnya kredit konsumsi yang dirasakan BPR lebih disebabkan adanya pengaruh dari penurunan daya beli masyarakat. Namun demikian kredit konsumsi masih tetap tumbuh karena merupakan suatu konsekuensi logis dari dominannya kegiatan konsumsi pada PDRB Provinsi Sulawesi Utara yang didukung oleh berbagai kemudahan yang diberikan oleh BPR dalam pengajuan kredit dibandingkan bank umum walaupun bunga yang ditawarkan relatif lebih tinggi. Sementara itu, fungsi intermediasi yang tercermin dari rasio LDR Loan to Deposit Ratio BPR yang mencapai 114,9 mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 113,0. Perhitungan LDR ini berbeda dengan cara perhitungan penentuan tingkat kesehatan BPR, dimana dalam perhitungan LDR ini hanya membagi total kredit dengan total Dana Pihak Ketiga, sedangkan dalam penilaian tingkat kesehatan BPR total kredit dibagi dengan total dana yang diterima bank, dimana total DPK hanya sebagai salah satu komponen dari jumlah dana yang diterima. Peningkatan rasio LDR ini juga diikuti dengan penurunan pada kualitas kredit yang dicerminkan oleh turunnya rasio NPL Non Performing Loan dari 3.4 di triwulan III-2008 menjadi 3,3 pada triwulan III-2009. BOX PERKEMBANGAN, PELUANG DAN TANTANGAN PENYALURAN KUR DI PROVINSI SULAWESI UTARA Sejak diluncurkan oleh Presiden R.I Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 5 November 2007, posisi jumlah KUR maupun jumlah debitor KUR di Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Nilai realisasi KUR selama tahun 2009 menunjukkan trend yang semakin meningkat. Penyaluran KUR didominasi oleh BRI yang menguasai pangsa rata-rata 64 dari total realisasi yang dilakukan oleh bank penyalur KUR di provinsi ini. Dilihat dari sektor ekonomi, maka sektor PHR adalah yang paling tinggi menyerap KUR, disusul oleh sektor pertanian dan jasa sosial. Penyaluran KUR di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran hampir mencapai pangsa 50, sedangkan realisasi di sektor pertanian hanya mencapai pangsa 10 dari total realisasi KUR. Jika dibandingkan dengan keseluruhan nilai baki debet kredit UMKM bulan Agustus 2009, nilai outstanding KUR hanya mencapai 2 dari total kredit UMKM, yakni sebesar Rp. 127 Milyar. Keberhasilan KUR dalam memberikan akses pembiayaan yang lebih baik kepada UMKM saat ini harus disertai dengan upaya akselerasi dimasa mendatang. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dievaluasi penyaluran KUR selama ini baik dari sisi perbankan maupun UMKM penerima KUR. Berdasarkan hasil quick survey yang dilakukan pada perbankan Sulut, diketahui : KUR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan laba bank. KUR dapat meningkatkan permintaan tehadap kredit UMKM sehingga target kredit UMKM lebih mudah tercapai. KUR menaikkan rasio NPL kredit perbankan, dimana rasio NPL KUR adalah berkisar antara 5 sd 10 dari total nilai realisasi KUR. Rata-rata bank penyalur KUR memitigasi resiko gagal bayar dengan menaikkan agunan kredit, dan melakukan upaya analisis kredit yang lebih ketat. Kriteria debitur yang ditetapkan bank penyalur KUR adalah kreditur yang memiliki usaha potensial dengan cash flow yang mantap. Kendala dalam menyalurkan KUR adalah kesulitan dalam memperoleh debitur yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, dan sebagian debitur masih beranggapan bahwa KUR merupakan dana bantuan pemerintah yang pengembaliannya dapat ditangguhkan. Bunga maksimal penyaluran KUR adalah 16. Sedangkan berdasarkan survei yang dilakukan kepada sejumlah UMKM penerima KUR diperoleh hasil sebagai berikut : Prosedur KUR relatif mudah dan tidak berbelit-belit. Lama waktu permohonan KUR disetujui adalah 8-12 minggu Bank meminta agunan untuk KUR, dan 60 dari responden menyatakan bahwa agunan yang diminta lebih dari 100 dari nilai realisasi kredit. Prosedur KUR yang paling sulit dipenuhi adalah pembuatan analisa kredit. Hasil inventarisasi tersebut menggambarkan belum adanya pemahaman yang seragam terhadap skim KUR, baik oleh para petugas bank di lapangan maupun masyarakat, sehingga mungkin saja masih ada beberapa penyimpangan dan persepsi yang keliru tentang KUR, misalnya: tentang ketentuan agunan, persyaratan administrasi, sumber dana KUR, beroperasinya para calo KUR Mikro, dan ketidaktertiban pelaporan KUR oleh bank penyalur sehingga mempersulit upaya monitoring. Kendala penyaluran tersebut dapat disikapi degan strategi percepatan penyaluran KUR, diantaranya melanjutkan sosialisasi, evaluasi dan monitoring , meningkatkan linkage program dalam rangka percepatan penyaluran KUR khususnya untuk KUR dibawah Rp5 juta, pengembangan produk KUR, penyeragaman dalam penyaluran program kredit baik yang melalui PKBL maupun kredit program lainnya.

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Provinsi Sulawesi Utara pada Tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12 dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan dana alokasi pemerintah pusat terutama berasal dari Dana Perimbangan DAUDAK yang naik 23,45 mencapai jumlah Rp5,34 Triliun berikutya adalah Dana Sektoral yang naik 8,38 mencapai Rp3,09 Triliun dan Dana DekonsentrasiTugas Perbantuan yang naik 13,79 mencapai Rp788 milliar. Tabel 4.1. Perkembangan Alokasi Dana Pusat ke Sulawesi Utara 2005 2006 2007 2008 2009F Sektoral - 1,478 2,271 2,850 3,089 TOTAL 2,779 5,646 6,618 7,872 9,220 1,094 613 693 788 Perimbangan DAUDAK 1,853 3,074 3,734 4,328 5,343 DekonsentrasiTugas Perbantuan 927 Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah Depkeu

4.1. Dana Perimbangan

Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat bagi Provinsi Sulawesi Utara di Tahun 2009 menunjukkan peningkatan sebesar 23,45 dibandingkan dengan Tahun 2008. Secara agregat, jumlah alokasi dana dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp5,34 Triliun. Hampir seluruh kabupatenkotaprovinsi di Tahun 2009 menerima peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu, kecuali Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa Utara Minut dan Kabupaten Bolaang Mongondow Bolmong. Tingkat pertumbuhan tertinggi alokasi anggaran terjadi di Kabupaten Bolmong Utara sebesar 187,47, sedangkan penurunan tertinggi terjadi di Kabupaten Bolmong sebesar 16,96.