Sektor Bangunan SISI PENAWARAN

-20 -10 10 20 30 40 50 60 70 80 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2008 2009 Konstruksi Y - Left g_Konstruksi - Y Right Juta Rp -40 -20 20 40 60 80 100 120 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2008 2009 Pertanian - Y Left g_Pertanian - Y Right Juta Rp -15 -10 -5 5 10 15 20 25 30 35 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2007 2008 2009 vol semen - Y Left g_vol semen - Y Right Ton sektor pertanian dari yang sebelumnya pernah tumbuh pada kisaran 75-80 y.o.y di akhir Tahun 2008, turun menjadi hanya 2,28 y.o.y pada Juni 2009 bahkan mengalami kontraksi pada September 2009 sebesar 32,89 y.o.y

2. Sektor Bangunan

Kinerja sektor bangunan selama triwulan III 2009 diperkirakan masih akan mengalami perkembangan yang cukup baik. Perkembangan sektor bangunan antara lain dapat dikonfirmasi melalui data volume penjualan semen di Sulawesi Utara yang selama triwulan III 2009 tumbuh 5,46 y.o.y dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Secara bulanan, pertumbuhan volume penjualan semen selama triwulan laporan terutama terjadi pada Juli dan Agustus 2009 yang tercatat masing-masing tumbuh 26,13 dan 70,81 y.o.y, sedangkan pada September kembali mengalami kontraksi sebesar 38,23 y.o.y. Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Grafik 1.14. Volume Penjualan Semen dan Pertumbuhannya Grafik 1.15. Perkembangan Kredit Konstruksi Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum LBU Grafik 1.13. Pertumbuhan Kredit Pertanian 2 4 6 8 10 12 14 16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2008 2009 NPL Konstruksi Perkembangan sektor bangunan pada triwulan ini sebenarnya terbantu oleh trend penurunan berbagai bahan baku properti seperti besi, batu bata, pasir dan semen. Namun demikian, salah satu tantangan yang masih harus dihadapi oleh dunia usaha adalah sentimen negatif krisis ekonomi global dan relatif tingginya suku bunga kredit perbankan yang tentu saja akan mempengaruhi keputusan bisnis di sektor bangunan. Masih relatif tingginya suku bunga kredit properti tentunya akan menekan kinerja sektor bangunan khususnya pembelian rumah yang menggunakan fasilitas kredit KPR. Pertumbuhan kredit untuk sektor properti terus mengalami perlambatan hingga akhir triwulan III 2009. Bila pada Tahun 2008, kredit properti sempat tumbuh hingga 60 y.o.y, maka kini pertumbuhannya terus menurun hingga mengalami kontraksi 9,83 y.o.y pada September 2009. Trend penurunan suku bunga BI – Rate ternyata belum ditransmisikan secara sempurna ke suku bunga kredit perbankan. Meskipun kredit BI – rate pada September 2009 telah turun hingga ke level 6,5, KPR yang merupakan kredit konsumsi masih ditawarkan dengan suku bunga rata-rata 15 per tahun. Perbankan terlihat masih sangat hati-hati mengingat mulai munculnya potensi resiko kredit di sektor properti. Dari sisi kualitas, tingkat non – performing loan NPL kredit properti mulai menunjukan kecenderungan meningkat khususnya sejak akhir triwulan II 2009 lalu. Grafik 1.16 NPL Kredit Konstruksi Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran PHR