1. Metode Sherman 1953 Menjelaskan bahwa intensitas curah hujan I sebagai berikut:
I
=
� �
�
.................................................... 2.19
Log a =
log �
� �=1
��� �
2 �
�=1
− ��� �−��� � log �
� �=1
� �=1
� ��� �
2 �
�=1
− log �
� �=1
2
b =
log �
� �=1
log � −� ��� �−��� �
� �=1
� �=1
� ��� �
2 �
�=1
− log �
� �=1
2
di mana I = Intensitas curah hujan mmjam, t = Lamanya curah hujan menit, a,b = Konstanta yang tergantung pada lama curah hujan yang terjadi di daerah aliran, dan
n = Banyaknya pasangan data i dan t.
2. Metode Ishiguro 1905 Menentukan intensitas curah hujan I sebagai berikut:
I =
� �+�
............................................................ 2.20 di mana I = Intensitas curah hujan mmjam, T = Lamanya curah hujan menit a,b=
Konstanta yang tergantung pada lama curah hujan yang terjadi di daerah aliran, dan n = Banyaknya pasangan data i dan t.
a =
�. � �
2
−
� �=1
� �=1
�
2
. �
�
� �=1
� �=1
� �
2 �
�=1
− �
� �=1
2
b =
� �. � −
� �=1
� �=1
� �
2.
�
� �=1
� �
2 �
�=1
− �
� �=1
2
3. Metode Talbot 1881
Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dimana tetapan- tetapan a dan b ditentukan dengan harga-harga yang di ukur. Untuk menentukan
intensitas curah hujan I dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
I =
� �+�
......................................................... 2.21
Universitas Sumatera Utara
di mana I = Intensitas curah hujan mmjam, t = Lamanya curah hujan menit, a,b= Konstanta yang tergantung pada lama curah hujan yang terjadi di daerah aliran, dan n
= Banyaknya pasangan data i dan t. a =
�.�
� �=1
�
2
−
� �=1
�
2
. �
� �=1
�
� �=1
� �
2
− �
� �=1
2 �
�=1
b =
�
� �=1
�.� −
� �=1
�
2
. �
� �=1
� �
2
− �
� �=1
2 �
�=1
Untuk pemilihan rumus intensitas hujan dari ketiga rumus diatas, maka harus dicari selisih terkecil antara I asal dan I teoritis bedasarkan rumus di atas. Persamaan
intensitas dengan selisih terkecil itulah yang dipakai untuk perhitungan debit. Kemudian dilakukan penggambaran kurva IDF yang dimaksud untuk
menggambarkan persamaan-persamaan intensitas hujan yang dapat digunakan untuk perhitungan limpasan run off dengan rumus rasional dan besarnya kemungkinan
terjadinya intensitas hujan yang berlaku untuk lamanya curah hujan sembarang.
2.2 Koefisien Permeabilitas
Permeabilitas tanah merupakan sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran rembesan dari cairan yang berupa air mengalir melewati rongga yang
menyebabbkan tanah bersifat permeable. Permeabilitas menunjukkan kemampuan tanah meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan laju
infiltrasi sehingga menurunkan laju air larian.
Menurut Braja M. Das, 1988 koefisien permeabilitas tanah tergantung pada
beberapa faktor, yaitu: 1. distribusi ukuran pori-pori tanah.
2. gradasi tanah distribusi ukuran butir-butir tanah dan kepadatannya,
Universitas Sumatera Utara