Analisis Hasil Pengukuran Laju Infiltrasi dengan Metode Horton

4.1.1 Analisis Hasil Pengukuran Laju Infiltrasi dengan Metode Horton

Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, data yang diperoleh melalui hasil pengukuran laju infiltrasi dengan menggunakan ring infiltrometer akan dianalisis menggunakan metode Horton. Tahapan perhitungan metode Horton dapat dijelaskan sebagai berikut: ft = fc + fo – fc e −kt Log ft - fc = log fo - fc – kt log e m = − 1 k log e . Setelah persamaan tersebut di log kan, maka hasil analisis grafik log fo –fc terhadap waktu dapat dibuat seperti yang ditunjukan Gambar 4.4. Gambar 4.8 Grafik Log fo-fc terhadap Waktu Metode Horton Dari grafik di atas dengan regresi linier didapatkan nilai kemiringan m sebesar - 0.539. Tanda negatif menunjukkan bahwa ft berkurang dengan bertambahnya waktu. Setelah diketahui nilai m maka dapat dihitung nilai k sebagai berikut: 0,05 0,117 0,183 0,267 0,35 0,433 0,6 0,767 0,933 1,1 y = -0,539x + 0,854 R² = 0,877 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 0,5 1 1,5 2 K u m u la ti f Log fo-fc Universitas Sumatera Utara m = − 1 k log e -0.539 = − 1 k log e k log e = − 1 −0.539 k log e = 1.855 k log 2,718 = 1.855 k 0,4343 = 1.855 k = 4.272 Dari nilai k di atas maka rumus laju infiltrasi ft terhadap waktu dapat dihitung dengan memasukkan nilai k seperti pada Tabel 4. 7. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.27 Hasil Analisis Laju Infiltrasi pada Lokasi Penelitian No. t Waktu Kumulatif Penurunan fo fc fo-fc Log fo- fc K -k x t ft menit jam cm cmjam cmjam cmjam cmjam 1 3 0.050 2.2 44 14.4 29.6 1.471 4.272 -0.21 38.31 2 4 0.117 2.5 37.5 14.4 23.1 1.364 4.272 -0.50 28.41 3 4 0.183 2.0 30 14.4 15.6 1.193 4.272 -0.78 21.54 4 5 0.267 2.2 26.4 14.4 12 1.079 4.272 -1.14 18.24 5 5 0.350 2.0 24 14.4 9.6 0.982 4.272 -1.50 16.55 6 5 0.433 1.8 21.6 14.4 7.2 0.857 4.272 -1.85 15.53 7 10 0.600 2.4 14.4 14.4 0.000 4.272 -2.56 14.40 8 10 0.767 2.4 14.4 14.4 0.000 4.272 -3.28 14.40 9 10 0.933 2.4 14.4 14.4 0.000 4.272 -3.99 14.40 10 10 1.100 2.4 14.4 14.4 0.000 4.272 -4.70 14.40 Sumber: Hasil Perhitungan Keterangan: ft = Laju infiltrasi nyata cmjam, fc = Laju infiltrasi tetap cmjam, fo = Laju infiltrasi awal cmjam, k = Konstanta geofisik, dan t = Waktu jam. Universitas Sumatera Utara Dari perhitungan Tabel 4. 2, dapat dibuat suatu grafik laju infiltrasi ft nyata terhadap waktu t untuk pengukuran di lokasi perumahan Gambar 4. 4. Gambar 4.9 Grafik ft Horton Pada grafik di atas dapat dilihat, pengukuran infiltrometer yang menunjukan bahwa laju infiltrasi mulai konstan pada waktu setelah 0.600 jam dengan laju infiltrasi 14.4 cmjam atau 144 mmjam. Berdasarkan Table 2. 1, tekstur tanah dengan kecepatan infiltrasi 12,5 - 25 cmjam termasuk kelas cepat. Dari grafik pada Gambar 4. 4 terlihat bahwa secara umum laju infiltrasi maksimum terjadi pada permulaan pengukuran. Dengan bertambahnya waktu, laju infiltrasi kemudian menurun untuk kemudian kurva mulai mendatar, yang menunjukkan bahwa laju infiltrasi telah mencapai nilai yang konstan. Penyebab dari bentuk kurva yang seperti itu, karena pada mulanya infiltrasi terjadi pada keadaan kadar air tanah yang tidak jenuh, sehingga yang terjadi adalah tarikansedotan matriks tanah dan gravitasi. Dengan masuknya air kedalam profil tanah yang lebih dalam lagi dan semakin basahnya profil tanah tersebut maka tarikansedotan matriks tanah menjadi berkurang. Dengan penambahan air yang terus menerus, ini membuat permukaan tanah menjadi jenuh sehingga tarikansedotan matriks tanah menjadi sedemikian kecilnya hingga dapat 38,31 28,41 21,54 18,24 16,5515,53 14,4 14,4 14,4 14,4 10 20 30 40 50 0,05 0,117 0,183 0,267 0,35 0,433 0,6 0,767 0,933 1,1 la ju in fi lt ra si n y a ta cm j a m waktu jam Universitas Sumatera Utara diabaikan. Dengan demikian yang tinggal hanya tarikan gravitasi, yang membuat air dapat bergerak ke bawah. Pada saat itu laju infiltrasi adalah konstan, yang ditunjukkan oleh kurva yang mendatar.

4.4 Perencanaan Dimensi Sumur Resapan

Dokumen yang terkait

Tinjauan Pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Taman Rekreasi Mora Indah Faria Kota Medan Tahun 2001

0 21 59

Kajian Pembentuk Citra Kawasan Perumahan Studi Kasus: Perumahan Taman Setiabudi Indah, Medan

0 23 8

Tingkat Kunjungan Ruang Terbuka di Kawasan Perumahan, Studi Kasus: Perumnas Simalingkar, Perumahan Debang Flamboyan Asri dan Perumahan Taman Setia Budi Indah di Kota Medan

0 0 21

Tingkat Kunjungan Ruang Terbuka di Kawasan Perumahan, Studi Kasus: Perumnas Simalingkar, Perumahan Debang Flamboyan Asri dan Perumahan Taman Setia Budi Indah di Kota Medan

0 0 2

Tingkat Kunjungan Ruang Terbuka di Kawasan Perumahan, Studi Kasus: Perumnas Simalingkar, Perumahan Debang Flamboyan Asri dan Perumahan Taman Setia Budi Indah di Kota Medan

0 0 8

Tingkat Kunjungan Ruang Terbuka di Kawasan Perumahan, Studi Kasus: Perumnas Simalingkar, Perumahan Debang Flamboyan Asri dan Perumahan Taman Setia Budi Indah di Kota Medan

0 1 17

Tingkat Kunjungan Ruang Terbuka di Kawasan Perumahan, Studi Kasus: Perumnas Simalingkar, Perumahan Debang Flamboyan Asri dan Perumahan Taman Setia Budi Indah di Kota Medan

0 1 2

Tingkat Kunjungan Ruang Terbuka di Kawasan Perumahan, Studi Kasus: Perumnas Simalingkar, Perumahan Debang Flamboyan Asri dan Perumahan Taman Setia Budi Indah di Kota Medan

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pengaruh Infiltrasi dan Permeabilitas Terhadap Sumur Resapan di Kawasan Perumahan (Studi Kasus: Taman Setia Budi Indah II, Medan)

0 1 58

PENGARUH INFILTRASI DAN PERMEABILITAS TERHADAP SUMUR RESAPAN DI KAWASAN PERUMAHAN (STUDI KASUS: TAMAN SETIA BUDI INDAH II, MEDAN)

2 4 16