Keuntungan dan Hambatan pengembangan ekonomi terhadap

meskipun lagi liburan pondok, dan tidak bisa dipungkiri kalau lagi liburan pondok usaha mereka mengalami penurunan pemasukan, dan hal ini menjadi hambatan tersendiri bagi mereka, tetapi tidak langsung tutup karena konsumen mereka masyarakat umum tidak terbatas pada santri saja, seperti yang di ungkapkan oleh saudara Mufid 31 tahun, sebagai berikut; “iya bener,, saya buka usaha ini udah dari tahun 2005 dulu, bagi saya pribadi satu-satunya hambatan usaha saya ini pemasukan kurang, kalau lagi liburan pondok tidak se rame waktu pondok aktif, tapi tetep usaha saya jalan terus mesk ipun liburan, ini untungnya”. 70 Senada dengan saudara Mufid, Lizamah 29 tahun, juga menambahkan; “ini saya nerusin usahanya mama, toko ini dah lama dari tahun 1998, mama emang buka toko ini awalnya karena faktor santri katanya, dan kebetulan disini memang gak ada toko baju selain punya mama waktu itu, seiring berjalannya waktu banyak pula masyarakat yang tahu dan beli disini, Alhamdulillah, sekarang bisa mandiri, jadi mau liburan pondok atau tidak, tetep saja tidak terlalu berpengaruh terhadap penghasilan saya, karena konsumen saya memang masyarakat umum, dan saya mengakui memang ada juga santri yang beli di sini”. 71 seperti hal ini di atas ibu Mun ± 50 tahun, juga menambahkan; “abit kauleh pon ajuelen.. paleng empeyan ki kenek omur 4 taonan kauleh amp on ajuelen, muncan kauleh le‟ kaontongnah ki.. neng ka‟entoh rammeh sengakanah bennyak, engki salenah warga ka‟entoh tibi, santreh benyak keyah sengakan, kempang kerus wa le.. rintangnah tadek mun ka kauleh le.. tengla totopan ponduk..? kauleh pakun ajuele n teros le‟ engki keng sakone‟an akebey nase.. engki mun ka kauleh tibi pade‟eh peih nikah le‟ antaranah bedeh totopan ponduk ben enjek, ce‟rengan benyya‟an oreng ka‟entoh tibi se bennyak melleh ka kauleh”. 72 Artinya; “oh.. dah lama saya jualan, kira-kira ya.. paling kamu masih berumur 4 tahun, saya dah jualan disini. Kalau menurut saya pribadi ya dik, disini rame banyak orang yang mau makan di warung saya ini, ya selain dari warga disini, santri banyak juga yang makan disini, jadi dagangan saya cepet laris gitu dik, hambatannya kalau bagi saya 70 Wanwancara pribadi dengan Mufid 31 tahun, berbisnis counter HP, pada 07 April 2011 71 Wanwancara pribadi dengan Lizamah 29 tahun, berbisnis toko baju, pada 07 April 2011 72 Wanwancara pribadi dengan ibu Mun ±50 tahun, berbisnis warung makan, pada 08 April 2011 kayaknya g’ada dik. Liburan pondok.? Saya tetep berjualan, tapi lebih sedikit masak nasinya, takut gak habis, saya rasa hampir sama aja dik, antara liburan pondok atau gak, karena banyakan orang sini yang makan di war ung saya”. Hal di atas berbeda dengan apa yang di alami oleh Zuhairi 28 tahun, ia menjelaskan; “wah mas.. sepi banget kalau lagi liburan pondok, jarang ada yang beli, selama ini kebanyakan santri solanya yang beli ke saya, ne hambatan ni mas.. carikan solusi dong.. tapi emang ini toko baru sih.. baru tahun 2008 kemaren saya buka toko ini, semoga kedepan lebih rame lah mas.. keuntungannya apa ya.. menurut saya sih disini lokasinya rame mas.. banyak anak santri. Gak kayak di rumah saya di Ganding.. coba kalau saya buka usaha ini di sana.. sepi kali”. 73 Hal berbeda juga diungkapkan oleh Bapak Arif 45 Tahun, ia menjelaskan; “saya memulai usaha ini sudah sejak tahun 1994, untuk sekarang pesantren dan santri tidak berpengaruh pada perekonomian keluarga saya, mau ada liburan atau gak sama saja, karena terus terang aja, jarang sekali sekarang santri yang membeli sama saya, sehingga pada saat santri liburan atau tidak, tidak berdampak terhadap penghasilan saya, karena sekarang kan santri banyakan yang beli di warung kalau mau makan, kalau dulu ia.. karena santri masih masak sendiri untuk makan, jadi minyaknya itu beli ke saya, kalau sekarang santri dah jarang banget lah yang mau masak sendiri”. 74 Untuk pengembangan ekonomi yang berbentuk ternak, baik ternak sapi atau ternak ayam, maka hambatan dan keuntungannya yang penulis temukan dan tentunya dialami oleh masyarakat dalam hal ini menurut Bapak. Sabri 43 Tahun menerangkan; “mun ka kauleh tibi, rintangnah ki.. neng ka entoh nikah malengan sarah kelluh, ta‟lemele taka‟ah din pasantren pakkun ekecok. Tapi alhamdulillah se din kauleh ki ta‟pernah ecapo kecok, tapeh masossaan ten kauleh, salaennah kinikah aman. Kaontongnah ka kauleh... engki bennyak le‟ bisah andi pesse kalaban ta‟usa mekaloar modal sakaleh, bisah eyangkuy abajak sabe pole sapenah, kauleh kun coma alakoh.. kan 73 Wanwancara pribadi dengan Zuhairi 28 tahun, berbisnis toko berjualan parfum dan perlengkapan mandi, pada 08 April 2011 74 Wanwancara pribadi dengan Bapak Arif 45 Tahun, berbisnis jualan minyak tanah, gas dan dll. pada 10 April 2011 sapenah pasantren se melleh kauleh kun ngubuaki, tapi teng la ejuel kauleh eperri hasel”. 75 “artinya; kalau saya pribadi, hambatannya ya.. disini ini terlalu banyak maling, gak milih-milih lagi walaupun punya pesantren tetep aja di curi. Tapi Alhamdulillah yang punya saya belum pernah kecurian, tapi cukup bikin saya khawatir, selain itu gak hambatan lain, ama.. keuntungannya bagi saya pribadi bnyak, bisa punya sapi, tanpa ngeluarin modal, sapinya bisa dijadikan untuk membajak sawah lagi, terus bisa punya duit kalau sapi tersebut dah dijual, sapinya kan pesantren yang beli, saya hanya memeliharanya”. Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Abd. Muiz 37 Tahun sebagai berikut; “ia bener,, hambatannya disini maling banyak banget, tidak aman, saya sendiri kemalingan satu sapi, jadi gak enak saya sama pak kyai, tapi untunggnya tidak minta ganti. Keuntungannya sih.. ya.. aku bisa punya sapi, punya duit tanpa ngeluarin duit sepeserpun.. enak kan..? Hal di atas dibenarkan oleh M. Zamiel E-Muttaqien, ia menuturkan; “benar emang.. selama ini hanya itu saja hambatan yang saya sendiri rasakan, kita gak tahu bagaimana cara mengatasi hal itu, pernah sekali sapi kita di curi orang, tapi biarlah.. semoga ada gantinya. Kalau untuk keuntungannya saya pikir masyarakat sendiri ya yang tahu, karena mereka yang menjalankan usaha ini, tapi selama ini respon yang masuk ke saya sangat baik, masyarakat sangat terbantu dengan adanya program ini, ini kerjasama yang baik menurut saya, juga sebagai wujud kepedulian pesantren terhadap masyarakt dalam membina, membimbing atau mengarahkan pengembangan ekonomi mereka”. 76 Untuk usaha ternak ayam sendiri, maka hambatan dan keuntungannya seperti yang dijelaskan oleh Moh. Zuhri 29 Tahun, sebagai berikut; “hambatan saya, sekarang ini ya.. banyak tetangga yang ngeluh ke saya.. katanya bau, emang sih saya akui kandang ayamnya emang dekat rumah tetangga, tapi mau gimana lagi, habis kalau kandang ayamnya saya taroh agak jauhan dari rumah.. jadi gampang dicuri orang, dah pernah sekali kecurian masalahnya saya, waktu itu langsung 5 ekor ayam yang dicuri, yang gede-gede lagi.. saya masih bingung ini gimana jalan 75 Wanwancara pribadi dengan Bapak Sabri 43 Tahun, selaku peternak sapip, ada 10 April 2011 76 Wanwancara pribadi dengan M, zamiel El-Muttaqien, selaku direktur utama BPM Annuqayah, yang menaungi bentuk usaha ternak sapi, pada, 12 April 2011 keluarnya. Keuntungannya ya.. aku punya usaha sampingan ini selain jadi tukang b engkel”. 77 Maka dari data yang penulis dapatkan dari informan dapat disimpulkan bahwa, yang menjadi hambatan dalam pengembangan ekonomi yang berbentuk ternak tersebut kendalanya adalah masalah keamanan, kenyamanan, instabilitas, karena banyak maling pencuri Sebagai keuntungannya bagi masyarakat sendiri adalah, bagi mereka selain bisa punya pekerjaan, juga bisa punya penghasilan, sedikitpun tanpa mengeluarkan modal. Masyarakat bisa punya sapi, bisa punya ayam dengan Cuma-Cuma. Kemudian inilah yang diterjemahkan oleh BPM-PP Annuqayah sendiri sebagai upaya penguatan masyarakat civil society, dengan cara pendampingan, pembinaan dan pengembangan kemampuan melalui organisasi kemasyarakatan tersebut. 77 Wanwancara pribadi dengan Moh. Zuhri, 29 Tahun, peternak ayam, pada, 10 April 2011 66

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis di atas, terdapat beberapa hal penting yang dapat dikemukakan sebagai kesimpulan dalam penelitian ini, adalah: 1. Secara faktual pesantren Annuqoyah guluk-guluk sumenep madura, memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan ekonomi masyarakat sekitar, atau untuk kalangan internal pesantren sendiri. Kondisi masyarakat sekitar pesantren yang penuh dengan keterbatasan ekonomi, menjadikan pesantren sebagai salah satu peluang besar untuk mengembangkan ekonomi mereka. 2. Bentuk-bentuk pengembangan ekonomi masyarakat sekitar pesantren Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura, terpola menjadi dua macam, yaitu masyarakat dengan cara mendirikan unit usaha permanen di sekitar pesantren, dan masyarakat penyuplai dagangan ke dalam pesantren terutama untuk bentuk dagangan nasi bungkus, snack dan gorengan. Dua pola ber-ekonomi masyarakat sekitar pesantren tersebut, antara satu dengan yang lain memiliki banyak perbedaan. Pola pertama, lebih memiliki peluang besar utuk mendaparkan omset dan keuntungan, karena barang dagangan yang disediakan lebih beragam dan konsumennya lebih heterogen santri dan sebagian besar masyarakat umum. Kemudian pola yang kedua, lebih terbatas selain karena konsumennya terbatas pada kalangan santri saja, barang yang dijual hanya makanan ringan dan nasi bungkus. Tetapi demikian kedua pola pengembangan ekonomi masyarakat tersebut tetap memiliki peluang mendapatkan keuntungan karena usahanya tersebut dilakukan setiap hari dan dengan jumah konsumen yang cukup banyak. 3. Pengembangan ekonomi yang dilakukan BPM-PP Annuqoyah menurut hemat penulis mengacu pada konsep pengembangan masyarakat dikarenan sudah; a. berbasis masyarakat community based, b. Berkelanjutan sustainable, dan c. Berbasis sumber sumber daya setempat local resource based. Ini artinya bahwa pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh BPM-PP Annuqoyah tersebut asudah sampai pada tingkat community development. 4. Pengembangan ekonomi yang dilakukan BPM-PP Annuqoyah tersebut tidak hanya untuk internal pesantren saja, tetapi juga untuk masyarakat sekitar, ini dikarenakan model dan bentuk pengembangan ekonomi yang ada dan telah dilakukan secara langsung melibatkan masyarakat, sebagai partner saja, atau pelaksana utama di lapangan.

B. SARAN-SARAN

Penelitian ini penulis akui masih banyak terdapat kekurangan, baik dari segi penyajian struktur bahasa penulisan, kelngkapan teori yang digunakan, maupun data yang sudah penulis kumpulkan. Maka dari itu penulis membutuhkan kritik dan masukan demi kesempurnaan penelitian ini. Namun apabila dalam penelitian ini terdapat sesuatu yang bermanfaat, maka penulis berharap semoga ini bisa menjadi acuan pengembangan ekonomi terutama untuk: a. Pesantren, dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan evaluasi dan koreksi terhadap program-program kerja BPM-PPA yang telah dilakukan selama ini. b. Masyarakat, diharapkan penelitian bisa dijadikan bahan informasi tambahan untuk mengenalmengetahui PP Annuqoyah pada umumnya dan program BPM yang memang telah lama dijalankan, juga bisa menambah khazanah keilmuan. c. Pemerintah daerah, diharapkan penelitian ini bisa dijadikan bahan referensi dalam melihat atau mempelajari serta menggali potensi-potensi pengembangan ekonomi yang ada di daerah kecamatan guluk-guluk dan pada daerah lainnya. REFERENSI Taufiq Abdullah, Islam dan Masyarakat Pantulan Sejarah Indonesia. Jakarta: LP3ES.1996 Qodri Azizi, Membangun Pondasi Ekonomi Umat Meneropong Prospek Berkembangnya Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES. 1994 Halim A., et al. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. 2005. Maksum H, Madrasah, Sejarah dan Pengembangannya. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1999 Yusuf Qardawi, TT. Al Hill al Islami Faridhah Islamiah. Kairo: Bank al- Taqwa. Ismail. SM, et al, Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang kerjasama dengan Pustaka Pelajar. 2002 Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah dan Sekolah. Jakarta: LP3ES. 1984 Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim. Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa. 1995 P3M STAIN Purwokerto | Ahmad Faozan 12 Ibda` | Vol. 4 | No. 1 | Jan- Jun 2006 |88-102 Tim Penyusun IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan. 1992 Marzuki, Wahid, et al. Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren. Jakarta: Pustaka Hidayah. 2001 Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholish Madjid terhadap Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press. 2002. Wahid, Zaini, K.H. A. 1995. Dunia Pemikiran Kaum Santri. Yogyakarta: LKPSM NU DIY. 1995 Endang, Turmudi. Perselingkuhan Kyai dan Kekuasaannya. Yogyakarta: LkiS, 2004 Majalah Anugerah. Edisi II, 2003 Imam Suprayogo. Misi Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2001 Maimunah Ismail. Pengembangan Implikasi Ke-atas Pembangunan Masyarakat. Selangor: Dewan Bahasa dan Pustaka. 1988 Rosdiana Mustafa, Megi Budi Sumarno, Nanang sumantri, Rita Pranawati. Modul-modul Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pembangunan Pemberdayaan. Jakarta: Center For Study Of Religion And Culture CSRC. 2009 Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial Pekerjaan Sosial. Bandung: PT. Rafika Aditama. 2005 Jim Ife Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2008 George Ritzer, Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media. 2004 Isbandi Rukminto Adi. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas pengantar pada pemikiran dan pendekatan praktis. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2003 K.J. Veeger. Realitas Sosial, refleksi filsafat sosial atas hubungan individu-masyarakat dalam cakrawala sejarah sosiologi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1993