Kontribusi Pengembangan Ekonomi Terhadap Internal Pesantren

2. Non fisik Menurut keterangan M. Zamiel El-Muttaqin, Kontribusi pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh pesantren Annuqayah terhadap internal pesantren sendiri yang berupa non fisik sejauh ini sangat minim sekali hanya cukup pada membantu kesejahteraan guru dan pegawai BPM sendiri, misalnya membantu nyumbang transportasi guru yang berdomisili jauh dari pesantren, dan memberikan uang saku kepada pegawai BPM tetapi bukan gaji, sebatas uang membeli makan dan rokok saja. Hal di atas dibenarkan oleh M. Kamil Akhyari, menurutnya; “gini mas.. diakui atau tidak kalau kontribusi pengembangan ekonomi untuk internal pesantren yang berupa non fisik sejauh ini, hanya itu menurut saya, tapi membantunya juga sedikit lo mas. kadang-kadang lagi, umpanya ada yayasan yang minta ya.. kita kasih kalo gak diminta ya kita diem aja. Masalahnya uang yang masuk di BPM ini kan masih mau di kelola lagi, untuk optimalisasi program BPM sendiri gitu”. 57 Selain itu, K.M. Hazmi Basyir juga menjelaskan; “oh masalah itu. kontribusi pengembagan ekonomi untuk pesantren,, ia mas ada memang sebagian uang untuk kesejahteraan guru yang di ambil dari uang hasil pengembangan ekonomi, tapi itu tidak banyak kok mas.. paling untuk transportasi guru-guru yang jauh aja, walaupun itu sebenarnya tanggung jawab yayasan dan saya sendiri sebagai pengurus pondok pesantren, bukan BPM karena BPM ini kan kita proyeksikan untuk fokus ke hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat, untuk lebih jelasnya mas tanya sama kyai zamiel ya”. 58 b Kontribusi Untuk Masyarakat Sekitar Kontribusi pondok pesantren terhadap masyarakat sekitar dalam bidang pengembangan ekonomi ini sangat jelas terlihat dalam bidang mu‟amalah, dan sosial yang meliputi di antaranya: 1. Kontribusi pengembangan ekonomi dalam bentuk pengelolaan toko 57 wawancara pribadi dengan ustadz. M. Kamil Akhyari, pada tanggal, 29 Maret 2011 58 wawancara pribadi dengan K.M. Hazmi Basyir, selaku bendahara pondok pesantren, pada tanggal, 02 April 2011 Dari hasil survey di lapangan peneliti menemukan sedikitnya ada 8 toko yang beroperasi di bawah pengelolaan dan pengawasan BPM-PPA Annuqayah dengan bentuk dan model pengembangan yang berbeda; dimana bentuk dan model pengembangannya di kelolakan kepada santri senior atau abdi dalem rumah kyai sendiri yang dipercayakan untuk menjaganya, dan dengan aktif pengurus BPM-PPA bahkan kyai sendiri terjun langsung, kroscek ke toko tersebut. Ke-8 toko tersebut, 7 diantaranya berada di pondok Late Putra “1, selatan kantor M.Ts Annuqayah 1, Lubangsa Selatan 1, berada di Sewajarin 3, berada di utara kampus STIKA Putri 1, dan di Lubangsa Tengah 1. Ke-7 koperasi ini beroperasi di dalam lingkungan pesantren sendiri, dan 1 koperasi lagi dioperasikan di luar lingkungan pesantren, tepatnya berada di dusun Sumber Pandan, Kec. Prenduan, dengan nama Toko BPM- Annuqayah, dikelola langsung oleh alumni PP. Annuqayah sendiri yang bernama Abd. Rahem. Isi tokonya bermacam-macam mulai dari mesin foto copy, jual bensin eceran, snack dan perlengkapan sekolah lainnya. Menurut pengakuan Bapak Abd. Rahem, toko BPM-Annuqayah ini didirikan pada tahun 1997, dan sampai sekarang masih ada. Bagi Abd Rahem sendiri dan keluarganya toko ini menjadi tumpuan penghasilannya, dengan dipercaya mengelola toko ini kontribusinya sangat nampak sekali. Dari penghasilan tersebut, Bapak Abd Rahem sekarang bisa membeli mobil angkutan sendiri. Katanya dari mana lagi kalau bukan dari hasil toko ini dan barokah dari guru-guru saya, beliau menambahkan, dan menurut keterangannya: “ awalnya saya hanya tukang bengkel motor kecil-kecilan, setelah mengelola toko ini, alhamdulillah sekarang kehidupan saya secara ekonomi ada penigkatan dan bengkel saya bisa semakin berkembang, dan sumbangan toko yang saya kelola ini untuk pesantren sendiri.. ya.. yang nampak dengan hasil toko ini, saya dan pengurus BPM-PPA sepakat untuk membeli mobil Metsubishi pick up, dan mobil ini disewakan, juga untuk mengangkut keperluan pesantren sendiri”. 59 2. Kontribusi pengembangan ekonomi dalam bentuk pengelolaan pertanian Pada bidang ini, BPM-PPA menyalurkan dana pinjaman kepada petani yang dianggapnya memang membutuhkan pertolongan, dana pinjaman ini dinamai kredit usaha tani KUT dimana masyarakat yang mau pinjem uang modal kepesantren tidak dibebankan bunga tambahan setelah pengembalian modal tersebut. Tapi menurut keterangan M. Lukman selaku pengurus BPM-PPA kerjasama ini sudah tidak berjalan lagi. Menurut penuturannya: “iya memang.. kontribusi pesantren terhadap masyarakat di bidang ini, untuk kepengurusan sekarang memang lagi off, ini dikarenkan sejak pesantren mau membangun gedung baru BPM-PPA, dananya sebagian mengambil dari dana yang mau disalurkan kemasyarakat untuk KUT tersebut.. dan modal yang sudah ada ditangan masyarakat,, Alhamdulillah sudah kumpul semua dan Insya Allah kalau tidak ada kendala lagi KUT ini akan diteruskan karena masyarakat merespon positif ”. 60 Ust. Abd Ghaffar menambahkan.. “masyarakat sangat antusias dengan KUT ini, gimana tidak sebelumnya masyarakat kan kalau pinjem modal ke Bank, dan pinjeman itu berbunga.. ia kalau habis panen petaninya untung, kalau rugi gimana..? malah bisa bangkrut petaninya.. makanya pesantren mengadakan KUT tersebut”. 61 59 observasi langsung di lapangan sekaligus wawancara pribadi dengan Bapak. Abd. Rahem, sebagai pengelola toko BPM-PPA Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura. Pada tanggal, 09 Maret 2011 60 wawancara pribadi dengan Ust. Lukman Hakim, selaku pengurus Staf Program Desa Sejahtera di BPM-PPA Annuqayah, tahun ajaran 20062011 pada tanggal, 10 Maret 2011 61 wawancara pribadi dengan Ust. Abd Ghaffar, selaku Manager Komunikasi Pengembangan Sumberdaya, di BPM-PPA Annuqayah, tahun ajaran 20062011 pada tanggal, 12 Maret 2011 3. Kontribusi pengembangan ekonomi dalam bentuk pengelolaan perkebunan Pada bidang perkebunan ini, yayasan dan BPM-PP Annuqayah memiliki 2 perkebunan yaitu perkebunan As-salam dan As- sa‟adah yang ada di Prancak Pasongsongan dan Sumber Pajung, menurut keterangan Ach. Sunandar dalam pengelolaannya BPM dan Yayasan melibatkan langsung masyarakat sekitar perkebunan yang diamanatkan untuk menjaga perkebunan oleh pesantren. Untuk kebun As-salam dipercayakan kepada Bapak. Sulamah, menurut keterangannya: “benar pak, memang saya yang disuruh oleh pak kyai untuk mengurus kebun ini, ya saya sangat bersyukur, walaupun saya sudah tua, namun masih dipercaya untuk amanah ini oleh kyai, siapa tau saya bisa mendapatkan barokahnya kyai, saya kan sudah tua pak. Ya saya dikasih uang kalau kebun ini sudah panen, sebenarnya saya tidak mengharapkan pak, saya sudah sangat bersyukur sebenarnya walaupun gak dibayar, saya ikhlas pak”. Ditanyakan tentang kontribusi pesantren terhadap ekonomi Bapak. beliau mengatakan: “ya.. saya kurang tahu kalau masalah itu pak, tapi saya punya anak yang mondok di situ.. ya.. bayarannya itu lebih murah daripada teman- temannya yang lain, kalau kata ustadznya anak saya memperoleh diskon bayaran, karena saya sudah membantu mengurus kebunnya milik pesantren, ya.. saya sangat bersyukur sebesar-besarnya kepa Allah dan kepada pesantren pak. Ya.. ada bantuan lain kepada saya pak, pesantren memberikan beras 8 lt, tiap satu bulan kepada saya pak, ya itu aja pak”. 62 4. kontribusi pengembangan ekonomi dalam bidang transportasi, ternak sapi dan pengraji tikar Bidang transportasi ini, PBM-PPA memang baru mempunyai 2 angkutan umum yang dioperasikan Bapak. Murawi, ditanya soal kontribusinya terhadap perekonomian keluarga bapak ia menjelaskan: Alhamdulillah mas, berkat ini saya punya nafkah untuk keluarga saya, dan hanya ini pekerjaan saya selain bertani, lumayan ada pemasukan 62 wawancara pribadi dengan Bapak. Sulamah, selaku tukang kebun As-salam milik Pesantren Annuqayah, pada tanggal, 15 Maret 2011 tiap hari, orang kayak saya bisa kerja apalagi emang, orang gak punya ijazah, sekolah SD aja gak tamat saya mas. 63 Kontribusi lainnya untuk bidang ternak Bapak. Sabri dalam bahasa madura mengatakan: Bennyak lah pento‟nah, de‟kade‟en engko kan ta‟andi kalakoan apa- apa tapeh ben ponduk engko eberri‟ obuen sapeh, ce‟ asokkorah engko Artinya “kontribusinya banyak, awalnya saya kan tidak punya pekerjaan apa-apa tapi oleh BPM saya dikasih gaduan sapi suruh dipeliharaditernak, saya bersyukur banget ”. 64 Ditanya soal kontribusinya terhadap perekonomian keluarga Ibu, Sulihah dalam bahasa Madura mengatakan: Ta‟taoh ko sengoca‟ah.. iye ce‟rengan engko cet lakar ta‟andi apa pole se ekalakoah, iyeh engko asokkor rajeh eberri kalakoan bi ponduk, ta‟osah pesse Artinya; .. “ gak bisa bilang apa-apa, saya kan emang gak punya pekerjaan apalgi nak selain ini pekerjaan yang dikasih pesantren ini, gak usah modal lagi, terimakasih banyak kyai..”. 65 Dari semua kontribusi pondok pesantren dalam melayani, membimbing dan membina terhadap pengembangan ekonomi masyarakat yang beraneka ragam ini, tentunya tidak semua pondok pesantren dapat melakukannya secara optimal. Hal ini diakui oleh kyai M. Zamiel El-Muttaqien, selaku direktur eksekutif BPM- PP Annuqayah. Namun secara bertahap dan berangsur-angsur disaat ada kendala, ada prioritas mana yang dapat dilakukan, itulah yang terbaik bagi kepentingan masyarakat, sekaligus merupakan pengakuan masyarakat terhadap eksistensi pondok pesantren yang kini mulai multidimensi. 63 Wawancara pribadi dengan Bapak. Murawi 47 Tahun selaku supir yang dipekerjakan oleh BPM-PPA di terminal Guluk-guluk, tanggal 07 April 2011 64 Wawancara pribadi dengan Bapak. Sabri 43 tahun selaku peternak sapi BPM-PPA, tanggal 07 April 2011 65 Wawancara pribadi dengan Ibu Sulihah 46 tahun selaku pengayam tikar BPM-PPA, di rumahnya, tanggal 07 April 2011

C. Keuntungan dan Hambatan pengembangan ekonomi terhadap

masyarakat sekitar Berdasarkan informasi yang penulis temukan di lapangan, usaha yang dikembangkan oleh masyarakat sekitar pesantren sangat berarti bagi kehidupan mereka. Rata-rata informan mengaku bahwa, usaha yang dikembangkan di sekitar pesantren tersebut menjadi tumpuan ekonomi keluarga mereka. Dengan unit usaha toko, warung, dan unit usaha yang lain menjadi satu-satunya penopang kehidupan mereka. Sementara bagi masyarakat sekitar yang menitipkan barang dagangan mereka di dalam pesantren, selain ada yang mengakui sebagai satu-satunya seumber penghasilan, ada juga yang menyatakan hanya sebagai sampingan saja dari pekerjaan utama mereka sebagai petani. Berdasarkan beranekanya bentukjenis usaha dalam melakukan pengembangan ekonomi yang penulis temukan pada masyarakat sekitar pesantren Annuqayah sendiri, maka berbeda pula keuntngan dan hambatan yang mereka alami. Dimana bagi masyarakat yang bentuk usahanya tersebut bertumpu pada santri sebagai konsumennya masyarakat sebagai suplier makanan, maka hambatan dan keuntungannya dapat dilihat sebagai berikut seperti yang dialami oleh Ibu. Lut berikut; “napah ki... engki rintangnah ka‟dissah mun ka peten kauleh.. kun teng la santreh mule liburan, engak tenglah bulen poasah,, seppeh pas kauleh, serah sengakanah juellnah kauleh pas.. engki ambu kelluh kauleh ta‟ajuelen lamun ponduk libur. Ontonggah engki lamun santreh ampon abelih kappi engki nyamanah, tekengan kauleh lekas totok”. 66 Artinya; “apa ya.. kalau bagi saya sendiri sih hambatannya itu kalau satri udah pada pulang liburan, seperti bulan puasa, sepi banget, siapa yang mau belli dagangan saya..? ya.. terpaksa kalau pondok lagi liburan saya berhenti dulu gak jualan. Keuntungannya ya.. kalau santri udah pada balik dan pondok dah aktif,, ya dagangan saya cepet habis”. 66 Wawancara pribadi dengan ibu. Lut penjual nasi bungkus yang dititipkan ke dalam pesantren pada, 05 april 2011 Sama seperti apa yang dialamai oleh ibu Imam berikut, menurutnya; “rintangnah engki mun ka kauleh tibik, teng la ponduk libur kun, pas sepeh tade se melleyah tekengan kalauleh pas. Ta‟ejuelen nasek pole kauleh pas mun tenglah ponduk libur, duh napah keyah ce‟rengan santrenah mule kappi. Kaontongnah ki.. mun santreh teng la abelli kappi ka‟dissak langsung cepet totok tekengan kauleh, peng mun nyabe kol 7 engki paleng kol 10 la totok”. 67 Artinya; “hambatannya kalau bagi saya sendiri, kalau pondok ini sudah liburan, langsung sepi jualan saya gada yang mau beli, ya sementara waktu saya berhenti jualan nasi, mau gimana lagi.. kalau santri sudah pada pulang. Kaeuntungannya kalau santri ini udah pada balik ya.. nasi saya cepet habis mas..ya kalau naruh jam 07, jam 10 udah habis”. Hal di atas sedikit berbeda dengan apa yang dialami oleh ibu Im, sebagai berikut; “engki rintangnah mun ka kauleh tengla liburan ponduk ka‟sak.. sepeh langsung le.. salaen kinikah engki sering tekkor pole pessenah,, tapeh kun kangkuy pessenah ring-kuring, kadeng 1000, kadeng 1500 koranggah.. engki ta,oneng kauleh.. kadeng cet santreh bedeh se abele ce‟aotangah. Kaontongnah engki cepet totok kinikah kun tengla ponduk aktif.. ben pole kauleh ki bisah kaangkuy alakoh se laen pole. Karena tekengnah kauleh tibik ta‟usa edantos bi kauleh kun nyaman etetep ka santre ponduk”. 68 Artinya; “ringtangannya ya.. kalau untuk saya pribadi kalau pondok liburan saya kesepian, selain itu uang gorengan sering kurang, kadang kurang 1000, kadang 1.500. ya saya tidak tahu, terkadang memang ada santri yang ngomong kalau mau hutang. Keuntungannya bagi saya dagangan saya cepet laku, dan karena dagangan saya tidak mangharuskan saya untuk menunggunya, maka saya bisa melakukan hal- hal lainnya, dagangan saya kan tinggal dititipkan ke satri”. Hal ini juga sama seperti yang dialami oleh Ibu Erna, sebagai berikut; “napah ki..? engki kun pessenah seiring korang din kauleh, kadang 1000 engki kadaeng 500. Kinikah kun mun can kauleh rintangnah. Kauleh kan kun ajuelen gorongan, ajuelleh nasek pon bennyak se ajuel.. 67 Wawancara pribadi dengan ibu. Imam penjual nasi bungkus yang dititipkan ke dalam pesantren pada, 05 april 2011 68 Wawancara pribadi dengan ibu. Im penjual nasi bungkus dan gorengan yang dititipkan ke dalam pesantren pada, 06 april 2011 kaontongnah ki kalakoan nikah bisa etingkel,, ka ki bisah ka sabe kauleh. Ta‟bennyak nyetah waktu ka‟sah le maksuddah kauleh”. 69 Artinya; “apa ya dik..? hambatannya ya.. uangnya itu sering kurang, kadang 1000, kadang 500. Ini aja sih menurut saya rintangannya, saya kan hanya menjual gorengan, mau jualan nasi udah banyak yang jual. Keuntungannya bagi saya, jualan ini tidak banyak menyita waktu saya, jadinya kan saya masih bisa ke sawah dik”. Berdasarkan data yang diperoleh dari informan, maka penulis menganalisa bahwa keuntungan dan hambatan bagi masyarakat yang pengembangan ekonominya berbentukjenis usahanya sebagai suplier makanan yang dititipkan ke dalam pondok pesantren, baik dititipkan ke koperasi atau kepada pengurus pondok atau ketua kamar pondok dapat disimpulkan bahwa hambatan dan keuntungannya adalah; a Bisnis ini terbatas, artinya masyarakat tidak dapat menjalankan bisnis ini secara terus-menerus karna tergantung kepada santri, disaat pondok libur dan santri pada pulang maka bentuk pengembangan ekonomi seperti ini tidak dapat dilakukan, tentunya usaha masyarakat yang seperti ini tidak dapat diandalkan, juga dapat gagal seumpama santri mulai berkurang. b Keuntungannya bagi masyarakat yang pengembangan ekonominya berbentuk usaha seperti ini, tidak banyak menyita waktu, perputaran uang yang cepat dan masyarakat dapat melakukan pekerjaan lainnya, seperti pergi ke sawah ngurus pertanian mereka. Tetapi keuntungan dan hambatan di atas sedikit berbeda pula bagi masyarakat yang model pengembangan ekonominya berbentuk membuka warung makan, warung kopi, toko baju, atau konter HP, dimana sifatnya itu permanen, maka sebagai keuntungannya bisnis ini tetep berjalan, usaha tersebut tetap buka 69 Wawancara pribadi dengan ibu. Erna penjual gorengan yang dititipkan ke dalam pesantren pada, 06 april 2011 meskipun lagi liburan pondok, dan tidak bisa dipungkiri kalau lagi liburan pondok usaha mereka mengalami penurunan pemasukan, dan hal ini menjadi hambatan tersendiri bagi mereka, tetapi tidak langsung tutup karena konsumen mereka masyarakat umum tidak terbatas pada santri saja, seperti yang di ungkapkan oleh saudara Mufid 31 tahun, sebagai berikut; “iya bener,, saya buka usaha ini udah dari tahun 2005 dulu, bagi saya pribadi satu-satunya hambatan usaha saya ini pemasukan kurang, kalau lagi liburan pondok tidak se rame waktu pondok aktif, tapi tetep usaha saya jalan terus mesk ipun liburan, ini untungnya”. 70 Senada dengan saudara Mufid, Lizamah 29 tahun, juga menambahkan; “ini saya nerusin usahanya mama, toko ini dah lama dari tahun 1998, mama emang buka toko ini awalnya karena faktor santri katanya, dan kebetulan disini memang gak ada toko baju selain punya mama waktu itu, seiring berjalannya waktu banyak pula masyarakat yang tahu dan beli disini, Alhamdulillah, sekarang bisa mandiri, jadi mau liburan pondok atau tidak, tetep saja tidak terlalu berpengaruh terhadap penghasilan saya, karena konsumen saya memang masyarakat umum, dan saya mengakui memang ada juga santri yang beli di sini”. 71 seperti hal ini di atas ibu Mun ± 50 tahun, juga menambahkan; “abit kauleh pon ajuelen.. paleng empeyan ki kenek omur 4 taonan kauleh amp on ajuelen, muncan kauleh le‟ kaontongnah ki.. neng ka‟entoh rammeh sengakanah bennyak, engki salenah warga ka‟entoh tibi, santreh benyak keyah sengakan, kempang kerus wa le.. rintangnah tadek mun ka kauleh le.. tengla totopan ponduk..? kauleh pakun ajuele n teros le‟ engki keng sakone‟an akebey nase.. engki mun ka kauleh tibi pade‟eh peih nikah le‟ antaranah bedeh totopan ponduk ben enjek, ce‟rengan benyya‟an oreng ka‟entoh tibi se bennyak melleh ka kauleh”. 72 Artinya; “oh.. dah lama saya jualan, kira-kira ya.. paling kamu masih berumur 4 tahun, saya dah jualan disini. Kalau menurut saya pribadi ya dik, disini rame banyak orang yang mau makan di warung saya ini, ya selain dari warga disini, santri banyak juga yang makan disini, jadi dagangan saya cepet laris gitu dik, hambatannya kalau bagi saya 70 Wanwancara pribadi dengan Mufid 31 tahun, berbisnis counter HP, pada 07 April 2011 71 Wanwancara pribadi dengan Lizamah 29 tahun, berbisnis toko baju, pada 07 April 2011 72 Wanwancara pribadi dengan ibu Mun ±50 tahun, berbisnis warung makan, pada 08 April 2011