Unit Usaha Di Bidang Jasa

yang dititipkan mencapai 50 bungkus dan habis sekaligus , berarti pihak pesantren akan mendapatkan keuntungan Rp. 5000 untuk jenis dagangan nasi bungkus dan gorengan, dan 10.000 pada jenis dagangan kerupuk pada setiap harinya. 43 Tabel 13 Jenisbentuk usaha masyarakat di luar sekitar lingkungan pesantren No Nama Pe njual Be ntuk Dagangan Oms e t Kotor Pe rhari Ke untunganha ri Pros e ntas e Pe mbe lihari 1 Ibu Mun Warung Makan ± Rp.150.000 ± Rp.30.000 warga dan sebagian kecil para santri 2 Adam Budi Budiono Warung Makan ± Rp.150.000 - 200.000 ± Rp.45.000- 60.000 warga sekitar, masyarakat umum dan sebagian santri 3 Lizamah Toko Baju, dll ± Rp.500.000 ± Rp.50.000 santri senior, dan santri umur 20 tahunan 4 Mufid Counter HP ± Rp.150.000 ± Rp.30.000- 50.000 30 pembeli dari santri dan mahasiswa STIKA 6 Adlan Warung Kopi ± Rp.50.000- 75.000 ± Rp.12.000 Masyarakat luar dan sebagian kecil dari unsur santri 7 Syaifurrahman Warung sayur-mayur, dll ± Rp.150.000 ± Rp.15.000 Masyarakat, sebagian kecil dari kalangan mahasiswa dan santri 8 Wiwi Toko obat- obatan, bahan- bahan dapur, sayur mayur dan snack ± Rp.150.000 ± Rp.65.000 santri dan masyarakat umum 9 Zuhairi Toko, berjualan parfum dan perlengkapa n mandi ± Rp.97.000 ± Rp.15.000 Masyarakat umum dan sebagian kecil dari kalangan santri 10 Arief Toko minyak tanah, Gas dll. ± Rp.75.000 ± Rp.20.000 masyarakat sekitar, sebagia kecil santri Sumber : data diolah dari hasil observasi langsung di lapangan Dari dua tabel di atas, jelas menunjukkan bahwa setiap karakteristik ekonomi masyarakat sekitar pesantren, memiliki perbedaan bentuk usaha ekonomi yang dikembangkan oleh masing-masing masyarakat. Dalam tabel 12 misalnya menunjukan jenis pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat yaitu 43 Wawancara langsung di lapangan dengan Ibu. Sami 37 Tahun, penjual nasi bungkus, tanggal, 07 Maret 2011 jenis usaha dengan karakteristik sebagai suplier makanan dengan cara menitipkan barang dagangan ringan nasi, gorengan dan snack ke dalam pesantren. Usaha tersebut menjadi sumber mata pencaharian mereka, sama juga dengan masyarakat yang mempunyai jenis usaha permanen di sekitar pesantren seperti yang diungkapkan oleh Syaifurrahman 38 tahun pedagang sayur-mayur dan barang-barang kebutuhan santri lainnya. Menurut pengakuannya: “saya kalau buka mulai pukul 05.15 pagi sampai pukul 04.35 WIB. Dalam setiap hari saya dapat menjual barang dagangan berkisar ± Rp. 150.000 perhari dengan keuntungan bisa mencapai ± Rp. 15.000. saya mengakui berjualan di sekitar pesantren sangat mempengaruhi terhadap keberadaan ekonomi keluarga saya, karena hampir semua kebutuhan keluargan saya bersumber pada satu-satunya mata pencaharian saya ini, walaupun yang banyak membeli dagangan saya bukan dari kalangan santri, saya seneng karena disini rame lokasinya”. 44 c Pengembangan ekonomi bersama pesantren dan masyarakat beroperasi di bawah pengawasan BPM. PP. Annuqayah Menurut keterangan M. Zamiel El-Mutaqien, dalam memfokuskan pengembangan ekonomi masyarakat ini. BPM-PPA mempunyai bentuk-bentuk usaha yang telah dirintisnya. Usaha yang dilakukan tersebut antara lain adalah kegiatan usaha bersama UB dimana usaha bersama ini berkenaan langsung dengan masyarakat. Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh banyaknya anggota masyarakat yang menjadi korban rentenir, karena terdesak kebutuhan kemudian mereka menggadaikan tanahnya atau pohon kelapanya dan tidak bisa menebusnya kembali, sehingga mereka semakin menderita karena kehilangan mata pencahariannya. 45 Bentuk-bentuk usaha bersama yang dilakukan antara lain: 44 Hasil wawancara pribadi dengan Syaifurrahman warga sekitar PP An-nuqoyah pada tanggal, 12 Maret 2011. 45 Data diperoleh dari hasil observasi di lapangan dan dari keterangan M. Zamiel El- Muttaqien, tanggal, 13 Maret 2011 koperasi pengadaan pupuk melayani kebutuhan pupuk petani setempat. Usaha bersama pengrajin tikar, transportasi, perkebunan, toko atau ternak sapi. Menurut Bapak Zainullah, selaku ketua untuk usaha pengadaan pupuk, bentuk kinerjanya BPM-PPA dan masyarakat menjalankan sistem tabungan uang, tagihannya tiap bulan sekali dengan akad tabungan sukarela, dalam satu bulan tagihan tersebut bisa terkumpul uang 250.000 – 400.000, uang yang terkumpul dipegang M. Zamiel El-Muttaqien, direktur eksekutif BPM. Usaha ini sudah berjalan dari Tahun 2004 yang lalu, dan dalam 1 tahun bisa membeli pupuk 2 sampai 3 kali beli, pupuknya di simpan di gudang milik BPM sampingnya rumah Bapak Zainullah kira-kira 250 M. Ke arah barat dari pesantren. 46 Ditanyakan bagaimana responnya terhadap bentuk usaha ini, Bapak Zainullah mejelaskan: “Alhamdulillah. secara pribadi saya sangat terbantu dengan adanya kerjasama ini, rata-rata petani disini juga senang dengan ini, masalah pupuk sudah bisa teratasi, jadi petani gak usah kerepotan lagi, ini aja masi ada stok sekitar 10 ton pupuk ini”. 47 Kemudian untuk bentuk usaha pengrajin tikar ini, BPM-PPA mempercayakan kepada Ibu. Baisuri janda 45 tahun untuk mengurusinya, mulai dari mendistribusikan modal dan mengarahkan pengrajin tikar. Kebetulan Ibu Baisuri sendiri bisa dikatakan ahli dalam mengayam tikar, hasil ayamannya bagus, karena ia sudah lama menggeluti bisnis ini, kerjasama dengan BPM ini berjalan dari tahun 2002 yang lalu. Menurut Ibu Baisuri, sekarang ini ada 11 orang yang dibina dan dimodali oleh BPM untuk mengayam tikar, mereka dibelikan bahan tikarnya daun lontar, atau daun siwalan, karena jualnya itu hanya 1 tahun satu kali, yaitu saat musim 46 Data diperoleh dari hasil observasi langsung di lapangan dan keterangan Bapak. Zainullah 39 tahun, tanggal, 15 Maret 201 47 Wawancara pribadi dengan bapak Zainullah, pada tanggal,15 maret 2011 tembakau tiba, jadi tikar yang dihimpun sampai berkodi-kodi tikar di rumah warga. Setelah panin pembagian hasilnya diambil modal dulu, hasilnya dibagi 2 dengan pengayam. 48 Seperti yang dijelaskan oleh ibu. Sulihah 46 tahun, berikut: “engki ce‟asokkorah kauleh nak, napah pole se ekalakoah ce‟rengan la towah engak engko reyah, engki eberrin kalakoan soro ngangki teker bi ponduk ontong rajeh, pedenah bi kauleh ekabelleh emas 5gr eyangkuy cucu”. 49 Artinya: “bersyukur banget nak.. apalagi yang bisa dikerjakan orang tua seperti saya, ya dikasih pekerjaan oleh pondok, keuntungan besar bagiku, hasilnya dibelikan emas 5gr, sama saya, sekarang dipake cucu. Hal di atas dibenarkan oleh ibu. Asmad 48 tahun, menurtnya: “iyeh lakar le‟ engko esoro ngangaki teker bi ibu Baisuri, ca‟an din ponduk koah.. iyeh ande engko.. pole keng cet ta‟andi kalakoan, nyaman ka engko.. eperrien hasellah pole teng la ejuel ollenah tekerah, napah ce‟rengan takusa melleh rakara, cet laesadiyeaki bi ponduk, kun kareh ngangki,”. 50 Art inya: “benar emang.. saya disuruh ngayam tiker oleh bu, Baisuri, katanya punya pesantren.. ya saya mau, apalagi memang nganggur gak punya pekerjaan, enak saya, dikasih hasilnya lagi kalau udah dijuel tikernya, enak gak usah beli daun lontarnya, emang uadh di sediakan oleh pondok tinggal ngayam”. Selanjutnya yaitu usaha ternak sapi, dengan bentuk transaksi yaitu; pihak pesantren yang membeli sapinya, kemudian disalurkan kepada kelompok masyarakat, dalam hal ini BPM-PPA hanya mempunyai satu kelompok ternak s api yaitu kelompok assa‟adah, dengan prosentase sistem pembagian hasil sesuai dengan yang ada dalam tabel 14 di daftar lampiran berikut : 48 Data di peroleh dari observasi langsung di lapangan, dan dibenarkan oleh Ibu Baisuri selaku orang kepercayaan Pesantren dalam bidang usaha ini 49 Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sulihah, warga yang dibina sekaligus dimodali BPM-PPA sebagai pengrajin tikar, tanggal, 16 Maret 2011 50 Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Asmad, warga yang dibina sekaligus dimodali BPM-PPA sebagai pengrajin tikar, tanggal, 16 Maret 2011 Bidang usaha selanjutnya yang sedang dijalani oleh BPM-PPA yaitu usaha di bidang transportasi, dari 6 mobil jenis angkutan umum yang telah dioperasikan oleh PP Annuqayah, 2 di antaranya adalah punya BPM, dioperasikan oleh Bapak Murawi dan Abd. Ghani, dengan jarak tempuh trayeknya antara Pasar Prenduan sampai Pasar Ganding, adapun sistem bagi hasilnya yaitu sistem setoran dan pihak BPM tidak ada patokan pemasukan yang harus disetor tiap harinya, hanya saja pesantren mengambil 30 dari pendapatan tiap harinya setelah dipotong biaya operasional. Dalam hal ini M. Kamal Akhyari, menjelaskan: “betul.. dan itu sangat menguntungkan menurut saya bagi sopir tentunya.. karena memang tujuan utama BPM membeli mobil angkutan umum tersebut, ya.. selain betuk pengembangan ekonomi BPM sendiri, yaitu bertujuan membantu masyarakat yang taraf ekonominya lemah dan tidak punya pekerjaan, untuk menolong keluarganya, itu tujuan utama kita”. 51 Berkaitan dengan hal di atas Bapak Murawi, membenarkan: “bener mas.. memang hanya ini pekerjaan saya, dan ini menjadi tumpuan ekonomi saya untuk menghidupi keluarga saya, mau kerja apalagi orang saya haya tamatan SD aja mas.. pesantren sangat membantu saya, apalagi bayaran yang harus disetorkan saya kepada pesantren tidak ada potongan.. misalnya harus 100.000 perhari atau brapa gitu.. sedapetnya aja, malah lebih banyakan ke saya yang masuk uangnya ketimba ng ke pasantren”. 52

B. Kontribusi Pengembangan Ekonomi Terhadap Internal Pesantren

Annuqayah Dan Masyarakat Sekitar Dalam bentuk-bentuk pengembangan ekonomi tersebut di atas yang telah dilakukan oleh pesantren Annuqayah sendiri ataupun masyarakat sekitar pesantren, disini ada kontribusi tersendiri bagi pesantren dan masyarakat di sekitar 51 Hasil observasi di lapangan dan keterangan M. Kamal Akhyari, staf administrasi dan keuangan, BPM-PPA. Pada tanggal, 17 Maret 2011 52 Wanwancara dengan Bpak Murawi, sopir dari mobil angkutan umum milik BPM- PPA, pada tanggal, 18 Maret 2011 pesantren, dimana kontribusi tersebut dibedakan kedalam dua kategori yaitu, kontribusi untuk internal pesantren, dan kontribusi untuk masyarakat sendiri. a Kontribusi Untuk Internal Pesantren Setelah melakukan observasi dan wawancara di lapangan menurut pengamatan penulis, kontribusi pengembangan ekonomi sendiri untuk internal pesantren bisa dikelompokan kedalam dua kategori berupa; 1. Fisik Pada kenyataannya pembangunan serana prasarana pesantren sendiri sekarang terbilang memang cukup pesat, sewaktu penulis melakukan penelitian pada bulan Maret 2011 yang lalu, penulis melihat pondok Late Putra 1 sedang direnovasi, selain karena memang tekstur bangunannya yang usianya terbilang cukup tua, terlihat dari adanya retak-retak pada tembok, ada kusen yang dimakan rayap, gentingnya yang menua, gampang pecah, juga sudah berwarna hitam. Menurut keterangan M. Zamiel El-Muttaqien, kontribusi pengembangan ekonomi terhadap internal pesantren, baik pengembangan ekonomi yang berada di bawah pengawasan yayasan atau BPM sendiri pada tahun ajaran 20062011 ini secara fisik berwujud gedung ini gedung perkantoran BPM lt. 2. Secara eksplisit ia menjelaskan; “iya.. gedung perkantoran untuk BPM ini dibangun pada tahun 2007 kemarin, tepatnya peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 09 November 2007 dan dana yang digunakan murni dari alokasi hasil pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh pesantren ini, tidak ada bantuan sama sekali, dari membeli bahan bangunannya sampai membayar ongkos tukangnya, bagus kan.? menurut yang saya ketahui sih.. hanya kantor ini yang murni dibangun dengan dana hasil pengembangan ekonomi yang telah dilakukan pesantren selama ini”. 53 53 wawancara pribadi dengan Ust. M. Zamiel El-Muttaqin, selaku administratur umum BPM-PP Annuqayah, tahun ajaran 20062011 pada tanggal, 26 Maret 2011 Berkaitan dengan hal tersebut di atas KH. A. hanif Hasan menambahkan; “iya bener mas.. untuk pembangunan gedung itu ya.. memang gak ada sedikitpun pengurus BPM minta ke yayasan, gedung itu dibangun dengan dana hasil pengembangan ekonomi yang dilakukan BPM sendiri selama ini, yang telah dikumpulkan oleh pengurus sekarang. Tapi.. bahan- bahan bangunannya gak beli semuanya kok mas.. sebagian ada donatur yang nyumbang, setahu saya ada yang nyumbang semen satu ton dan kayu plafon. Baguslah”. 54 Ustadz Muhammad Affan juga manambahkan; “ya.. kalau kontribusinya sih.. yang berbentuk fisik ya gedung ini mas.. gedung ini dibangun dengan dana yang telah dihasilkan oleh BPM melalui pengembangan ekonomi, ini satu bukti mas kalau pesantren sudah bisa mandiri sekarang dari segi pembangunan ya.. saya harapkan kedepannya semakin hidup dan besar kontribusi pengembangan ekonomi yang dilakukan pesantren ini”. 55 Dalam hal ini Ustadz. M. Kamil Akhyari, juga menambahkan; “betul mas.. salah satu kontribusi besar pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh pesantren terhadap internal pesantren sendiri adalah membangun gedung ini, gedung ini tidak dibantu yayasan atau pemda lo mas.. ini hasil jerih payah kepengurusan sekarang yang sudah berbakti terhadap pesantren ini, saya salut sama temen-temen kepengurusan sekarang, mereka bener-bener bekerja dan ini hasilnya. Ya.. bantuan dari donatur sih ada emang berupa semen dan kayu flafon, saya akui itu.. tapi secara keseluruhan ya gedung ini hasil dari dana pengembangan yang telah dilakukan oleh pesantren. tidak itu saja lho.. komputer, dan langganan koran ini juga memakai biaya dari uang hasil itu lho mas”. 56 Total Aset BPM-PP Annuqayah Tahun 2010 Jenis Barang Jumlah Keterangan Uang Rp. 12.973.000 ada di kas BPM ternak sapi dan ayam Rp. 23.732.000 masih dikelola di masyarakat toko Rp. 31.521.000 masih dikelola Usaha lainnya Rp. 29.110.000 masi dikelola Total Rp. 71.137.000 Sumber : berdasarkan laporan keuangan pada bulan Juni 2010 54 wawancara pribadi dengan KH. A. Hanif Hasan, selaku ketua pengurus pondok pesantren Annuqayah, tahun ajaran 20062011 pada tanggal, 28 Maret 2011 55 wawancara pribadi dengan ustadz. Muhammad Affan, selaku staf program pesantren mandiri, tahun ajaran 20062011 pada tanggal, 29 Maret 2011 56 wawancara pribadi dengan ustadz. M. Kamil Akhyari, selaku staf administrasi keuangan, tahun ajaran 20062011 pada tanggal, 29 Maret 2011 2. Non fisik Menurut keterangan M. Zamiel El-Muttaqin, Kontribusi pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh pesantren Annuqayah terhadap internal pesantren sendiri yang berupa non fisik sejauh ini sangat minim sekali hanya cukup pada membantu kesejahteraan guru dan pegawai BPM sendiri, misalnya membantu nyumbang transportasi guru yang berdomisili jauh dari pesantren, dan memberikan uang saku kepada pegawai BPM tetapi bukan gaji, sebatas uang membeli makan dan rokok saja. Hal di atas dibenarkan oleh M. Kamil Akhyari, menurutnya; “gini mas.. diakui atau tidak kalau kontribusi pengembangan ekonomi untuk internal pesantren yang berupa non fisik sejauh ini, hanya itu menurut saya, tapi membantunya juga sedikit lo mas. kadang-kadang lagi, umpanya ada yayasan yang minta ya.. kita kasih kalo gak diminta ya kita diem aja. Masalahnya uang yang masuk di BPM ini kan masih mau di kelola lagi, untuk optimalisasi program BPM sendiri gitu”. 57 Selain itu, K.M. Hazmi Basyir juga menjelaskan; “oh masalah itu. kontribusi pengembagan ekonomi untuk pesantren,, ia mas ada memang sebagian uang untuk kesejahteraan guru yang di ambil dari uang hasil pengembangan ekonomi, tapi itu tidak banyak kok mas.. paling untuk transportasi guru-guru yang jauh aja, walaupun itu sebenarnya tanggung jawab yayasan dan saya sendiri sebagai pengurus pondok pesantren, bukan BPM karena BPM ini kan kita proyeksikan untuk fokus ke hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat, untuk lebih jelasnya mas tanya sama kyai zamiel ya”. 58 b Kontribusi Untuk Masyarakat Sekitar Kontribusi pondok pesantren terhadap masyarakat sekitar dalam bidang pengembangan ekonomi ini sangat jelas terlihat dalam bidang mu‟amalah, dan sosial yang meliputi di antaranya: 1. Kontribusi pengembangan ekonomi dalam bentuk pengelolaan toko 57 wawancara pribadi dengan ustadz. M. Kamil Akhyari, pada tanggal, 29 Maret 2011 58 wawancara pribadi dengan K.M. Hazmi Basyir, selaku bendahara pondok pesantren, pada tanggal, 02 April 2011