Dr. Hasim Purba. S M.Hum NIP.1966933185081001

TANGGUNG JAWAB PERDATA DOKTER DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN STUDI KASUS RSUD. Dr. DJOELHAM BINJAI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir dan Melengkapi Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh : NOVA IASHA KALO 100200420 Disetujui oleh : Ketua Departemen Hukum Perdata H. Dr. Hasim Purba. SH. M.Hum NIP.1966933185081001 Pembimbing I Pembimbing II Dr. Sunarto Adi Wibowo, S.H.M.Hum. Zulkifli Sembiring, S.H.M.Hum. NIP. 195203301976011001 NIP.196101181988031001 PROGRAM SARJANA ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Universitas Sumatera Utara ABSTRAK TANGGUNG JAWAB PERDATA DOKTER DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN STUDI KASUS RSUD Dr. DJOELHAM BINJAI Nova Iasha Kalo Sunarto Adiwibowo Zulkifli Sembiring Transaksi terapeutik adalah hubungan antara diokter dengan pasien atau penderita yang dilakukan dalam suasana saling percaya konfidensial, serta senantiasa diliputi oleh segala emosi, harapan, dan kekhawatiran makhluk insani, berdasarkan Mukadimah Kode Etik Kedokteran Indonesia yang dilampirkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 434MEN.KESX1983. Hubungan yang timbul dalam transaksi terapeutik terjalin sesuai dengan Pasal 1320 KUHPerdata sesuai dengan syarat sahnya perjanjian. Dalam hubungan antara dokter dengan pasien akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi dokter dan pasien yang akan dimintai pertanggung jawabannya. Dalam hubungan transaksi terapeutik antara dokter dengan pasien tidak terbatas pada hubungan kepercayaan, tetapi hubungan tersebut telah merupakan hubungan hukum yang bersifat kontraktual yang dilindungi oleh hukum. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai hubungan hukum antara dokter dengan pasien dalam transaksi terapeutik, tanggung jawab dokter terhadap pasien dalam transaksi terapeutik dan penyelesaian perkara perdata antara dokter dengan pasien dalam transaksi terapeutik. Metode penelitian yang dipakai dalam skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif-empiris, dimana dalam penelitian empiris dimaksudkan untuk memperoleh data primer, yaitu melakukan wawancara dengan narasumber yang terkait, sementara hukum normatif yaitu melakukan suatu kajian terhadap peraturan perundang-undangan serta bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan skripsi ini. Kata kunci : transaksi terapeutik, dokter dan pasien, hubungan hukum. Mahasiswa Fakultas Hukum USU Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat yang telah diberikan-Nya selama ini, sehingga Penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tinggiya penulis persembahkan kepada kedua orang tua, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi yang berjudul: “Tanggung Jawab Perdata Dokter Dalam Transaksi Terapeutik Antara Dokter Dengan Pasien Studi Kasus RSUD.Dr.Djoelham Binjai adalah guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum SH di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa hasil penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik dari para pembaca skripsi ini. Kelak dengan adanya saran dan kritik tersebut, maka penulis akan dapat menghasilkan karya tulis yang lebih baik dan berkualitas, baik dari segi substansi maupun dari segi cara penulisannya. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTMH, M.Sc.CTM, Sp.AK., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara USU yang telah mengelola dan menyelenggarakan universitas sesuai dengan visi dan misi USU. Universitas Sumatera Utara 2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M. Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara USU yang telah memimpin penyelenggaraan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, serta membina tenaga pendidik dan mahasiswa di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara USU. 3. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara USU yang telah banyak membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. 4. Bapak Syarifuddin Hasibuan, S.H., M.Hum.,DFM, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara USU yang telah banyak membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang administrasi umum. 5. Bapak H.OK.Saidin,S.H., M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara USU yang telah banyak membantu Dekan dalam pelaksanaan kegiatan di bidang pembinaan dan pelayanan kesejahteraan mahasiswa. 6. Bapak Dr.Hasim Purba, SH., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU 7. Ibu Rabiatul Syahriah, SH., M.Hum selaku Sekretaris Jurusan Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU. Universitas Sumatera Utara 8. Bapak Dr. Sunarto Adi Wibowo SH.M.Hum selaku Dosen Pembimbing I. Terima kasih atas waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. 9. Bapak Zulkifli Sembiring SH.M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II. Terima kasih atas waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. 10. Para Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh staf administrasi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah berjasa mendidik dan membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Yang tersayang ayahanda Drs.Eziddin Kalo dan ibunda Nursal Marawati, serta ibunda Indrawati yang telah memberi kasih sayang dan dukungan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. 12. Dan yang tersayang sahabat – sahabat seperjuangan melewati suka dan duka dari semester satu sampai akhir Windy Febrina, Umar Ismail, Winda Agustina Sembiring dan Kelkeisa Putri Haloho yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan. Medan, 22 April 2014 Penulis Nova Iasha Kalo Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI ABSTRAK……………........................................................................................i KATA PENGANTAR……………………………………………...………….ii DAFTAR ISI……………………………………………………………...……iv BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang…………………………………………….…..….1 B. Rumusan Masalah…………………………………………….......7 C. Tujuan Penelitian…………………………………………………7 D. Manfaat Penelitian……………………………………………......8 E. Metode Penelitian………………………………………………...9 F. Keaslian Penelitian…………………………………..……..……11 G. Sistematika Penulisan…………………………………………....12 BAB II : PERJANJIAN MENURUT HUKUM PERDATA INDONESIA A. Pengertian Perjanjian…………………………………….…..…..14 B. Asas-Asas Perjanjian…………………………………….………18 C. Jenis Perjanjian…………………………………………..……....27 D. Syarat Sahnya Perjanjian……………………………………...…36 E. Saat Lahirnya Perjanjian…………………………………...…….43 F. Akibat Perjanjian……………………………………………...…46 G. Saat Berakhirnya Perjanjian……………………………………...47 Universitas Sumatera Utara BAB III : TRANSAKSI TERAPEUTIK DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA A. Timbulnya Hubungan Hukum dalam Transaksi Terapeutik…….55 B. Pengertian Transaksi Terapeutik………………………………...61 C. Asas-Asas Transaksi Terapeutik……………………………...…64 D. Sifat Transaksi Terapeutik………………………………………66 E. Dasar Hukum Terjadinya Transaksi Terapeutik……………..….70 F. Syarat Sahnya Transaksi Terapeutik…………………………….73 G. Berakhirnya Transaksi Terapeutik……………………..………..78 H. Hak dan Kewajiban Pasien dan Dokter ………………………...79 BAB IV : TANGGUNG JAWAB PERDATA DOKTER DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN STUDI KASUS RSUD. Dr. DJOELHAM BINJAI A. Hubungan Hukum Dokter dengan Pasien dalam Transaksi Terapeutik…………………………………………….…………86 B. Tanggung Jawab Dokter Terhadap Pasien dalam Transaksi Terapeutik………………………………………….……………91 C. Penyelesaian Perkara-Perkara Perdata antara Dokter dan Pasien dalam Transaksi Terapeutik…………………………..…………97 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan…………………...………………………………..104 B. Saran…………………………………………………………...105 Universitas Sumatera Utara ABSTRAK TANGGUNG JAWAB PERDATA DOKTER DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN STUDI KASUS RSUD Dr. DJOELHAM BINJAI Nova Iasha Kalo Sunarto Adiwibowo Zulkifli Sembiring Transaksi terapeutik adalah hubungan antara diokter dengan pasien atau penderita yang dilakukan dalam suasana saling percaya konfidensial, serta senantiasa diliputi oleh segala emosi, harapan, dan kekhawatiran makhluk insani, berdasarkan Mukadimah Kode Etik Kedokteran Indonesia yang dilampirkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 434MEN.KESX1983. Hubungan yang timbul dalam transaksi terapeutik terjalin sesuai dengan Pasal 1320 KUHPerdata sesuai dengan syarat sahnya perjanjian. Dalam hubungan antara dokter dengan pasien akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi dokter dan pasien yang akan dimintai pertanggung jawabannya. Dalam hubungan transaksi terapeutik antara dokter dengan pasien tidak terbatas pada hubungan kepercayaan, tetapi hubungan tersebut telah merupakan hubungan hukum yang bersifat kontraktual yang dilindungi oleh hukum. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai hubungan hukum antara dokter dengan pasien dalam transaksi terapeutik, tanggung jawab dokter terhadap pasien dalam transaksi terapeutik dan penyelesaian perkara perdata antara dokter dengan pasien dalam transaksi terapeutik. Metode penelitian yang dipakai dalam skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif-empiris, dimana dalam penelitian empiris dimaksudkan untuk memperoleh data primer, yaitu melakukan wawancara dengan narasumber yang terkait, sementara hukum normatif yaitu melakukan suatu kajian terhadap peraturan perundang-undangan serta bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan skripsi ini. Kata kunci : transaksi terapeutik, dokter dan pasien, hubungan hukum. Mahasiswa Fakultas Hukum USU Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dimana hal ini merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea IV setelah perubahan kedua pada tahun 2000 yang pada intinya untuk memajukan kesejahteraan umum yang berarti meliputi pelayanan kesehatan untuk seluruh rakyat Indonesia. Dinyatakan pula dalam Pasal 1 Undang-undang Kesehatan Nomor: 23 Tahun 1992 selanjutnya disebut UUK bahwa “Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal. ” Dalam kerangka tersebut dijelaskan bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh rakyat Indonesia melalui penyelenggaraaan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat. 1 Profesi dokter sejak dahulu sudah di kenal dan sudah terjalin atas hubungan kepercayaan antara pengobat dan penderita atau dengan kata lain hubungan antara pengobat dan pasien. Pada saat ini dengan semakin berkembangnya teknologi dan pengetahuan hubungan itu disebut dengan nama 1 http:www.academia.edu4782379Memahami_Kesehatan_Sebagai_Hak_Asasi_Manusi a_Oleh_Indra_Perwira ,06 Maret 2014, 16.00 WIB Universitas Sumatera Utara transaksi terapeutik antara dokter dengan pasien, yang terjalin dengan rasa saling percaya dan mempercayai. 2 2 Hermein Hadiati Koeswadji, Hukum Kedokteran, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1988, hal 3. Timbulnya hubungan antara dokter dan pasien tersebut karena pasien itu mencari pertolongan kepada dokter atas sakit yang dideritanya, dari sinilah awal terjalin transaksi terapeutik antara dokter dan pasien. Hal ini membawa akibat bahwa hubungan pemberian pertolongan ini menimbulkan ciri khas yaitu karena pasien berada dalam keadaan dan posisi yag lemah dan bergantung kepada dokter, dengan kata lain keadaan pasien ini adalah masalah mengenai hidup dan mati yang di percayakan pasien kepada dokter yang di tunjuk untuk menangani, dan keadaan atau posisi dokter dikatakan lebih kuat yaitu seorang dokter menjalankan profesi kedokteran dan diharapkan dapat menghilangkan penyakit yang di derita pasien. Namun didalam kenyataan tidak demikian karena akan timbul perbedaan persepsi antara dokter dengan pasien. Dokter yang dinilai sebagai profesi yang dapat menyembuhkan dan menghilangkan semua penyakit yang diderita oleh pasien sehingga tanggung jawab keadaan pasien di serahkan seluruhnya kepada dokter, sehingga pasien terlalu mengharapkan pertolongan dari dokter. Hal yang berbeda terjadi dalam pemikiran pasien, pasien hanya menilai dan mengukur dari sudut pandang hasilnya, sedangkan dokter hanya bisa berusaha, tetapi tidak menjamin akan hasilnya, asalkan ia telah bekerja sesuai prosedur dan menurut standar profesi medis yang berlaku. Tetapi dengan adanya pekembangan pola pikir masyarakat, tingkat pendidikan dan arus informasi yang berkembang pesat maka hubungan yang demikian ini bergeser kearah hubungan yang sejajar dan seimbang, dimana Universitas Sumatera Utara pasien juga mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan memilih dokter sendiri lalu memilih metode penyembuhan yang akan digunakan untuk kesembuhan dirinya. 3 Pada dasarnya hubungan hukum antara dokter dengan pasien ini bertumpu pada dua macam hak asasi manusia dijamin dalam dokumen maupun konvensi internasional. Kedua macam hak tersebut adalah hak untuk menentukan nasib sendiri the right to self determination dan hak asasi atas informasi the right to information . Kedua hak dasar tersebut bertolak dari hak atas keperawatan kesehatan the right to health care yang merupakan hak asasi individu individual human right. Dokumen internasional yang menjamin kedua hak tersebut adalah The Universal Declaration of Human Right tahun 1948, dan The United Nation International Convenant on Civil and Political Right tahun 1966. 4 Profesi dokter dan tenaga medis lainnya merupakan satu profesi yang sangat terhormat dalam pandangan masyarakat. Karena dari profesi inilah banyak sekali digantungkan harapan hidup dan kesembuhan dari pasien serta keluarga yang sedang menderita sakit . Dahulu hubungan dokter dengan pasiennya lebih bersifat paternalistik, yaitu pasien taat dan menurut saja terhadap dokternya tanpa bertanya lagi. Pada masa kini hubungan yang demikian sudah tidak mendapat tempat lagi karena masyarakat sudah semakin pintar dan sadar atas hak-haknya untuk menentukan nasib nya sendiri, dokter atau tenaga kesehatan lainnya tersebut sebagai manusia biasa yang penuh dengan kekurangan dalam tugas kedokterannya yang penuh risiko ini tidak dapat menghindarkan diri dari kekuasaan Allah, kemungkinan pasien cacat bahkan meninggal dunia setelah ditangani dokter bisa 3 Yunanto, Pertanggung Jawaban Dokter Dalam Transaksi Terapeutik, Tesis Mkn, Universitas Diponegoro, Semarang, 2009, hal 7. 4 Ibid, hal 8. Universitas Sumatera Utara saja hal tersebut terjadi walaupun dokter telah melaksanakan tugas sesuai dengan keterampilan dan ilmu yang dimilikinya dengan sungguh-sungguh. Pada saat ini profesi dokter sedang menjadi perhatian serius khalayak umum dan marak terdengar di mass media nasional antara lain yang menjadi perhatian adalah kasus malpraktek Dr. Ayu dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan yang terjadi tahun 2010 di RS. Dr. Kandau Manado, kasus RSU Lasinrang terlambat memberi pertolongan pada pasien sesak nafas bayi Nayla hingga tewas pada tahun 2013 dan kasus ambulance terlantarkan pasien lansia hingga tewas di Bandar Lampung pada 24 Januari 2014 menjadi perhatian serius khalayak umum , baik lewat media elektronik atau media cetak. Bahwa banyak ditemui kasus-kasus malpraktek yang dilakukan oleh dokter, dokter dinilai tidak menjalankan fungsi dan tugasnya sesuai prosedur dan dokter dianggap tidak menjalankan pertolongan yang seharusnya ia lakukan kepada pasien yang mengalami malpraktek tersebut. Bahkan ternyata menurut Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan Pusat pada tahun 2013 yang dimuat dalam harian Analisa yang terbit pada tanggal 23 November 2013 oleh Yudi Pratama 5 5 Yudi Pratama, Pelayanan Kesehatan di Indonesia Semakin Memburuk, Harian Analisa, 14 Desember 2013. , tercatat kurang lebih 150 kasus malpraktek di Indonesia, walau sebagian besar tidak sampai kemeja persidangan. Pemberitaan ini menimbulkan keresahan dimasyarakat bahkan dapat menghilangkan rasa percaya masyarakat khususnya pasien kepada dokter, yang seharusnya menyembuhkan sakit para pasien atau masyarakat. Masyarakat mulai tidak percaya terhadap kinerja dokter, masyarakat mulai merasa dokter tidak mampu menyembuhkan penyakit yang diderita oleh masyarakat. Universitas Sumatera Utara Sedangkan dokter beranggapan bahwa ia telah menjalankan prosedur kesehatan kepada pasien dengan sebaik-baiknya. Bahkan pemberitaan malpraktek tidak hanya meresahkan kecemasan dikalangan pasien atau masyarakat saja melainkan juga pada kalangan dokter dokter beranggapan profesi mereka bagaikan memakan buah simalakama, tidak menolong dinyatakan salah menurut hukum namun menolong berisiko dituntut oleh keluarga pasien jika tidak sesuai dengan harapannya. Hubungan hukum antara dokter dengan pasien didasarkan adanya suatu perjanjian atau sering dikenal dengan transaksi terapeutik, yaitu suatu perjanjian dimana dokter berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan pasien dari penderitaan sakitnya yang lazim disebut perjanjian inspaning verbitenis, dimana dalam hal ini yang dituntut bukan perjanjian hasil atau resultaat verbitenis melainkan yang dituntut adalah suatu upaya yang dilakukan dokter atau usaha yang maksimal. Perjanjian yang lain karena dilandaskan oleh Undang-undang. Hubungan hukum yang demikian ini akan menghasilkan suatu hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak yang dapat di tuntut pemenuhannya. 6 6 Syahrul Mahmud, Aspek Hukum Dalam Medical Malpractice, Varia Peradilan, IKAHI, Edisi ke-2,2007, hal 2. Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan 434Men.KesX1983 tentang berlakunya Kode Etik Kedokteran Indonesia bagi para dokter Indonesia menyebutkan bahwa transaksi terapeutik adalah hubungan dokter dengan penderita yang dilakukan dalam suasana saling percaya konfidensial serta senantiasa diliputi segala macam emosi, harapan dan kekhawatiran makhluk insani. Sebagai sebuah proses, maka dokter atau tenaga kesehatan lainnya diikat dalam sebuah kode etik yang Universitas Sumatera Utara harus dipatuhi dan dijalankan serta dijadikan pedoman dalam menjalankan profesi kedokteranya. Pelanggaran atas disiplin ini akan ditangani oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia MKDKI sebagai sebuah lembaga independent dan bertanggung jawab pada Kode Etik Kedokteran Indonesia. MKDKI ini berwenang memberikan sanksi disiplin berupa peringatan tertulis, pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin paktek dan atau kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran. Sedangkan pelanggaran terhadap kode etik akan di tangani oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran MKEK. 7 Hubungan dokter dan pasien terdapat didalamnya hak dan kewajiban pasien terhadap dokter dan dokter terhadap pasien. Dokter selalu berupaya atas kesembuhan yang menjadi harapan dari terapi yang diberikan terhadap pasien, dan pasien harus mentaati semua perintah dokter yang menjadi bagian dari terapi kesembuhan. Oleh karena itu diharapkan adanya kerjasama dan saling kepercayaan antara dokter dan pasien agar terjalin hubungan yang baik dan tujuan dari pengobatan tersebut lancar serta berdampak hasil yang baik sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak dinginkan. Timbulnya rasa percaya antar dokter pasien ini walau terjalin tidak secara tertulis harus di implementasikan kepada ketertiban dokter dalam menjalankan profesinya sesuai dengan standar dan kepatuhan dari pasien atas perintah dokter lebih diterapkan untuk terjalin kerjasama dan tidak terjadi perselisihan dikemudian hari. Berdasarkan hal tersebut diatas penulis tertarik menulisnya dalam skripsi dengan judul “ Tangggung Jawab Perdata 7 Hermein Hadiati Koeswadji, 1 Hukum dan Masalah Medik, Airlangga University Press, Jakarta, 1998, hal 98. Universitas Sumatera Utara Dokter Dalam Transaksi Terapeutik Antara Dokter Dengan Pasien Studi Kasus RSUD. Dr. Djoelham Binjai

B. Perumusan Masalah