Syarat Sahnya Transaksi Terapeutik

prinsip etis dalam hubungan antara dokter dan pasien merupakan salah satu sumber yang melandasi peraturan hukum dibidang kesehatan. 135

F. Syarat Sahnya Transaksi Terapeutik

Didalam membuat suatu pejanjian para pihak harus memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUHPerdatatentang syarat sahnya suatu perjanjian yaitu: 1. Adanya kata sepakat antara para pihak. 2. Kecakapan para pihak dalam hukum. 3. Suatu hal tertentu. 4. Suatu sebab yang halal. Syarat pertama dan kedua adalah syarat subyektif, sedangkan syarat ke tiga dan keempat adalah syarat obyektif dari suatu perjanjian. Apabila syarat subyektif tidak terpenuhi maka salah satu pihak mempunyai hak untuk membatalkan, dan jika syarat obyektif tidak terpenuhi dapat dibatalkan demi hukum. Pada umumnya, perjanjian atau kontrak diterima sebagai sumber dari hubungan antara dokter dan pasien, sehingga transaksi terapeutik disebut pula dengan istilah Perjanjian atau kontrak terapeutik. Akan tetapi dengan semakin meningkatnya kepekaan terhadap martabat manusia, maka penataan hubungan antar manusia, termasuk hubungan yang timbul dari transaksi terapeutik juga dihubungkan dengan hak manusia. Hal ini terbukti dari pengakuan secara umum, bahwa transaksi terapeutik bertumpu pada dua macam hak asasi, yaitu hak untuk menentukan nasib sendiri the right to self determination, dan hak untuk 135 Yunanto, Op.cit., hal 50. Universitas Sumatera Utara mendapatkan informasi te right to information. Didasarkan pada kedua hak tersebut, maka dalam menentukan tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap pasien, harus ada informend consent persetujuan yang didasarkan pada informasi atau penjelasan. Yang di Indonesia diterjemahkan sebagai persetujuan tindakan medis. 136 Adapun yang menjadi kekhususan transaksi terapeutik bila disbanding dengan perjanjian ada umumnya adalah sebagai berikut: 137 a. Subyek pada transaksi terapeutik terdiri dari dokter dan pasien. Dokter bertindak sebagai pemberi pelayanan medik professional yang pelayananya didasarkan padaprinsip pemberian pertolongan. Sedangkan pasien sebagai penerima pelayanan medic yang membutuhkan pertolongan. Pihak dokter memiliki kualifikasi dan kewenangan tertentu sebagai tenaga profesionaldibidang medic yang berkopeten untuk memberikan pertolongan yang dibutuhkan pasien, sedangkan pihak pasien karena tidak memiliki kualifikasi dan kewenangan sebagaimana yang dimiliki dokter berkewajiban membayar honor kepada dokter atas pertolongan yang telah diberikan dokter tersebut. b. Obyek perjanjian berupa tindakan medik professional yang bercirikan pemberianpertolongan. c. Tujuan perjanjian adalah pemeliharaan dan peningkatan yang berorientasi kekeluargaan. Mencakup kegiatan peningkatan kesehatan promotif, 136 J. Guwandi, Op.cit., hal 53. 137 Veronica Komalawati, Op.cit. hal 140. Universitas Sumatera Utara pencegahan penyakit preventif, penyembuhan penyakit kuratif dan pemulihan kesehatan rehabilitatif. Profesi dokter adalah suatu pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan keilmuan, kopetensi, yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang kode etik yang bersifat melayani masyarakat. Awal terjadinya perjanjian antara pasien dengan dokter adalah ketika pasien datang kepada dokter untuk meminta pertolongan atas penyakit yang dideritanya dan dokter menyanggupi terapi penyembuhan untuk pasien tersebut. Pada saat itu terjadilah kesepakatan perjanjian sebagai syarat subyektif dari syarat sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPerdata antara pasien dan dokter 138 Transaksi terapeutik sebagai inspanningverbintenis atau perjanjian upaya harus selalu bersungguh-sungguh dan hati-hati terhadap upaya yang dilakukanya kepada pasien, oleh karena itu, dokter dan pasien aan berhubungan lebih baik sebagai patner. Dalam pemenuhan objek perjanjian dokter dengan pasien, harus ditunjukkan dalam perbuatan pelayanan medis yang dilakukan oleh dokter. Pelayanan medis mempunyai dua artian, yaitu: 139 1 Medical service healt service pelayanan medis pelayanan kesehatan, mengandung arti sebagai pelayanan yang diberikan oleh sarana pelayanan medis. Medical service ini meliputi dua kelompok kegiatan pelayanan yaitu: 138 Bantuk Hadiyanto Tarjoto, Aspek Hukum Pada Pelayanan Kesehatan, Pencegahan dan Penanganan Kasus Dugaan Malperaktek, IDI Wilayah Jateng, BP UNDIP, Semarang, 2005. Hal 3. 139 Benyamin Lumenta, Pasien Citra Peran dan Prilaku, Liberty, Yogyakarta,1989, hal 70-73. Universitas Sumatera Utara a Kegiatan asuhan medis medical care yang merupakan tindakan medis yang dilakukan oleh dokter kepada pasien dalam rangka melakukan upaya kesehatan. b Kegiatan yang bukan asuhan medis non medical care , yaitu pelayanan yang merupakan kegiatan yang tidak langsung berhubungan dengan asuhan medis termasuk pelayanan informasi, kenyamanan, kebersihan lingkungan dan lain sebagainya. 2 Medical care asuhan medis, yaitu pelayanan yang dilakukan oleh professional medis yang dimulai, dari anamnesa Tanya jawab, diagnose, sampai terapi,termasuk membuat rekam medis membuat surat keterangan medis, membuat persetujuan medis, member informasi medis dan lain-lain. Dimana kegiatan tersebut berkaitan langsung dengan kegiatan tindak medis. Transaksi terapeutik dilihat dari obyeknya berupa upaya pemberian pertolongan, maka hasil yang diperoleh dari percaapaian upaya tersebut tidak dapat dan tidak boleh dijamin kepastiannya oleh dokter. Lagipula berlaksananya upaya medic tersebut tidak semata-mata bergantung kesungguhan dan kecermatan dalam memberikan pelayanan, tetapi peran serta pasien dalam kerjasama yang baik yang berorientasi pada kepentingan pasien itu sendiri. 140 Didalam Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang Peraktik Kedokteran, Hubungan hukum antara dokter dengan Pasien ini terkandung dalam ketentuan Pasal 39 dinyatakan bahwa “ Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter dan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan 140 Veronica Komalawati, Op.cit. hal 145-146. Universitas Sumatera Utara kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.” Dari ketentuan tersebut dapat ditafsirkan bahwa hubungan antara dokter dan pasien merupakan hubungan keperdataan yang didasarkan pada kesepakatan para pihak. Artinya apa yang dikehendaki pasien, dikehendaki pula oleh dokter. 141

G. Berakhirnya Transaksi Terapeutik