Jenis Perjajian Tanggung Jawab Perdata Dokter Dalam Transaksi Terapeutik Antara Dokter Dengan Pasien (Studi Kasus RSUD.Dr.Djoelham Binjai)

Adapun menurut Mariam Darus Badrulzaman, unconcionalbility atau doktrin ketidakadilan adalah suatu doktrin dalam ilmu hukum kontrak yang mengajarkan bahwa suatu kontrak batal atau dapat dibatalkan oleh pihak yang dirugikan manakala dalam kontrak tersebut terdapat klausula yang tidak adil dan sangat memberatkan salah satu pihak, sungguhpun kedua belah pihak telah menandatangani kontrak yang bersangkutan. Biasanya doktrin ketidakadilan ini mengacu pada posisi tawar menawar dalam kontrak yang sangat berat sebelah karena tidak terdapat pilihan dari para pihak yang dirugikan disertai dengan klausula dalam kontrak yang sangat tidak adil sehingga memberikan keuntungan yang tidak wajar bagi pihak yang lain. 41 8. Asas Subsidaritas Asas subsidaritas mengandung pengertian bahwa pengusaha menengah atau pengusaha besar merupakan salah satu faktor dalam rangka memberdayakan usaha kecil tentunya sesuai dengan ketentuan kopetensi yang dimiliki dalam mendukung mitra usahanya sehingga mampu dan dapat mengembangkan diri menuju kemandirian. 42

C. Jenis Perjajian

Dalam hukum perjanjian dibedakan dalam beberapa bagian kelompok perbedaan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, beberapa perbedaan pembedaan dimaksud akan diuraikan dalam uraian berikut. 1. Perjanjian Konsensuil dan Riil 41 Meriam Barus Bahrulzaman, Op.Cit., hal 52-53. 42 http:www.damandiri.or.idfilearirahmathakimundipbab2c.pdf , terakhir diakses 9 maret 2014, 17.21 Wib. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan cara lahirnya perjanjian akan di bedakan atas perjanjian konsensuil dan perjanjian riil. Perjanjian konsensuil adalah perjanjian dimana adanya kata sepakat antara para pihak saja sudah cukup untuk timbulnya perjanjian yang bersangkutan, dan timbulnya perjanjian tersebut ditentukan sejak detik tercapainya kesepakatan. 43 Akibat hukum dan timbulnya perjanjian adalah lahirnya kewajiban bagi salah satu atau kedua belah pihak, oleh karena itu perjanjian yang bersifat konsensuil juga merupakan perjanjian “obligatoir” baru melahirkan kewajiban, sehingga sering dikenal dengan perjanjian konsensuil obligatoir. Perjanjian riil adalah perjanjian yang baru lahir kalau barang yang menjadi pokok prestasi telah diserahkan, 44 2. Perjanjian Sepihak dan Timbal Balik artinya dengan tercapainya kesepakatan para pihak saja belum cukup untuk melahirkan perjanjian riil, sehingga untuk adanya perjanjian riil harus terpenuhi adanya dua unsur yaitu sepakat dan penyerahan benda pokok perjanjian. Contohnya pinjam meminjam, pinjam pakai dan penitipan barang. Pada umumnya, perjanjian-perjanjian khusus yang diatur dalam Buku III KUHPerdata bersifat konsensuil obligatoir, kecuali berapa perjanjian tertentu yang bersifat riil. Berdasarkan perikatan yang timbul dari suatu perjanjian, mengikat satu pihak saja ataukah mengikat kedua belah pihak, perjanjian dapat dibedakan atas perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik , yakni perjanjian sepihak adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pada salah satu pihak saja sedangkan pada pihak lain hanya ada hak saja, seperti: hibah, pinjam pakai, perjanjian pinjam 43 Subekti, Op cit., hal 48. 44 Ibid. hal. 49 Universitas Sumatera Utara mengganti, penitipan barang cuma-cuma. Sedangkan perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban terhadap kedua belah pihak, dengan mana hak dan kewajiban itu mempunyai hubungan satu sama lainnya, seperti: perjanjian jual beli, sewa menyewa, tukar menukar dan lain- lain. 45 Bentuk perikatan yang paling sederhana, ialah suatu perikatan yang masing-masing pihak hanya ada satu orang dan satu prestasi yang seketika jua dapat ditagih pembayarannya. Disamping bentuk yang paling sederhana itu terdapat berbagai macam perikatan lain yang akan diuraikan satu persatu dibawah ini. 46 a. Perikatan Bersyarat Voorwaardelijk Perikatan bersyarat adalah perikatan yang digantungkan pada suatu kejadian di kemudian hari, yang masih belum tentu akan atau tidak terjadi. Pertama mungkin untuk memperjanjikan, bahwa perikatan itu barulah akan lahir, apabila kejadian yang belum tentu itu akan timbul. 47 45 Ibid, hal. 42. Suatu perjanjian yang demikian akan menggantungkan suatu perikatan pada suatu syarat yang menunda atau menangguhkan opschortende voorwaarde. Suatu contoh, apabila saya berjanji pada seseorang akan membeli mobilnya kalau saya lulus dari ujian, disini dapat dikatakan bahwa jual beli itu hanya dapat terjadi, kalau saya lulus dari ujian. Kedua mungkin untuk memperjanjikan, bahwa suatu perikatan yang sudah akan berlaku, akan dibatalkan apabila kejadian yang belum tentu itu timbul. Disini 46 Subekti, 1, Op.cit., hal 128. 47 Subekti, Loc.cit. Universitas Sumatera Utara dikatakan bahwa perikatan itu digantungkan pada suatu syarat pembatalan ontbidende voorwaarde. 48 b. Perikatan yang Digantungkan pada Suatu Ketetapan Waktu Tijdsbepaling Pasal 1268 KUHPerdata dinyatakan bahwa “Suatu ketetapan waktu tidak menangguhkan perikatan, melainkan hanya menangguhkan pelaksanaan nya.”Suatu perikatan dikatakan sebagai perikatan dengan ketetapan waktu jika perikatan tersebut menetapkan suatu waktu dalam pelaksanaanny, tetapi penetapan waktu tersebut tidaklah menunda eksistensi perikatan itu sendiri hingga waktu yang telah ditentukan tersebut. Perikatan dengan ketetapan waktu adalah perikatan sederhana yang berlaku seketika pada saat perikatan dibentuk, dengan pengertian bahwa kewajiban debitor sudah ada semenjak perikatan dibuat, hanya saja pelaksanaan kewajiban atau prestasi tersebut baru dilakukan pada suatu waktu yang ditentukan dimasa yang akan datang. 49 c. Perikatan yang Membolehkan Memilih Alternatief Ini adalah suatu perikatan, dimana terdapat dua atau lebih macam prestasi, sedangkan kepada siberhutang diserahkan yang mana ia akan lakukan. Misalnya, ia boleh memilih apakah ia akan memberikan kuda atau mobilnya atau uang satu juta rupiah. 50 d. Perikatan Tanggung Menanggung Hoofdelijk atau Solidair 48 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2000, hal 52. 49 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Pada Umumnya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal 145. 50 Subekti, 1 Op.cit. hal 129. Universitas Sumatera Utara Suatu perikatan dimana beberapa orang sama-sama sebagai pihak yang berhutang berhadapan dengan satu orang yang menguntungkan, atau seebaliknya. Beberapa orang berhak sama-sama menagih suatu piutang dari satu orang. Tetapi perikatan yang semacam ini belakangan sedikit sekali terdapat dalam peraktek. 51 e. Perikatan yang Dapat Dibagi atau yang Tidak Dapat Dibagi Perikatan yang dapat dibagi-bagi terdapat lebih dari satu kali pelaksanaan pokok perikatan dengan rumusan Pasal 1296 KUHPerdata dinyatakan bahwa “ Suatu perikatan dapat dibagi-bagi atau tak dapat dibagi-bagi sekedar perikatan tersebut mengenai suatu barang yang penyerahannya atau suatu perbuatan yang pelaksanaannya dapat dibagi-bagi atau tak dapat dibagi-bagi, baik secara nyata- nyata maupun secara perhitungan.” Perikatan dapat dibagi atau tidak, tergantung pada kemungkinan tidaknya membagi prestasi. Pada hakekatnya tergantung pula dari kehendak atau dimaksud kedua belah pihak yang membuat perjanjian. 52 f. Perikatan Dengan Penetapan Hukuman Strafbeding Untuk mencegah jangan sampai si berhutang dengan mudah saja melalaikan kewajibannya, dalam peraktek banyak dipakai perjanjian dimana si berhutang dikenakan suatu hukuman, apabila ia tidak menjalani kewajibannya. Hukumhan ini ditetapkan dalam suatu jumlah uang tertentu yang sebenarnya merupakan suatu pembayaran kerugian yang sejak semula sudah ditetapkan sendiri oleh para pihak yang membuat perjanjian itu. 53 51 Subekti, Op.cit. hal 6. 52 Kartini Muljadi, Op.cit. hal 177. 53 Subekti, Op.cit.,hal 43-46. Universitas Sumatera Utara Menurut ilmu pengetahuan Hukum Perdata perikatan dapat dibedakan atas beberapa macam, yaitu : 54 1 Menurut isi dari pada prestasinya: a Perikatan positif dan negatif; b Perikatan sepintas lalu dan berkelanjutan; c Perikatan alternatif; d Perikatan fakultatif; e Perikatan generik dan spesifik; f Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi; 2 Menurut subyeknya: a Perikatan tanggung menanggung; b Perikatan pokok dan tambahan 3 Menurut mulai berlakunya dan mulai berakhirnya: a Perikatan bersyarat; b Perikatan dengan ketetapan waktu; c Perikatan dengan ancaman hukuman; Kalau dibandingkan anatara macam-macam perikatan menurut ilmu pengetahuan dan menurut undang-undang, terdapat adanya beberapa perbedaan dimana ternyata macam-macam perikatan menurut ilmu pengetahuan hukum perdata lebih banyak jumlahnya daripada macam perikatan menurut undang-undang. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat tentang macam-macam perikatan menurut ilmu pengetahuan, yaitu: 55 1 Perikatan Positif dan Negatif Perikatan positif adalah perikatan dimna prestasinya berupa perbuatan positif, dimana memberi sesuatu dan berbuat sesuatu. Sedangkan perikatan 54 Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, Jakarta, 2006, hal 213. 55 Ibid, hal 214. Universitas Sumatera Utara negatif adalah perikatan yang prestasinya berupa suatu perbuatan yang negatif yaitu tidak berbuat sesuatu. 56 2 Perikatan Sepintas lalu dan Berkelanjutan Perikatan sepintas lalu adalah perikatan yang perbuatan prestasinya cukup hanya dilakukan dengan satu perbuatan saja dan dalam waktu yang singkat tujuan perikatan telah tercapai. Sedangkat perikatan berkelanjutan adalah perikatan yang prestasinya berkelanjutan untuk beberapa waktu, misalnya perikatan-perikatan yang timbul dari perjanjian sewa menyewa dan perburuhan perjanjian kerja. 57 3 Perikatan Alternatif Perikatan alternatif adalah perikatan dimana debitur dibebaskan untuk memenuhi satu dari dua atau lebih prestasi yang disebutkan dalam perjanjian. Namun debitur tidak boleh memaksakan kreditur untuk menerima sebagian dari barang yang satu dan sebagian dari barang lain. Bahwa dengan pemenuhan salah satu prestasi tersebut perikatan berakhir. 58 4 Perikatan Fakultatif Perikatan fakultatif adalah perikatan yang mempunyai satu objek prestasi. Dimana debitur mempunyai hak untuk mengganti dengan prestasi yang lain, Bilamana debitur tidak mungkin memenuhi prestasi yang telah ditentukan semula. Misalnya debitur diwajibkan untuk menyerahkan sejumlah beras, bilamana tidak mungkin menyerahkan sejumlah beras 56 Ibid, hal 215. 57 Subekti, 1 Op.cit. hal 136. 58 Subekti, Op.cit. hal 7. Universitas Sumatera Utara maka diganti dengan sejumlah uang. Dengan demikian penyerahan uang merupakan pengganti dari sejumlah beras, berarti debitur telah memenuhi prestasi dengan sempurna. 59 5 Perikatan Generik dan Spesifik Perikatan generik adalah dimana obyeknya hanya ditentukan jenis dan jumlah barang yang harus diserahkan debitur kepada kreditur, misalnya penyerahan beras sebanyak 10 ton bagaimana kualitas tidak disebutkan. Sedangkan perikatan spesifik merupakan perikatan dimana obyeknya ditentukan secara terinci sehingga tampak ciri khususnya. Misalnya debitur diwajibkan menyerahkan beras sebanyak 10 ton dari cianjur kualitas ekspor nomor satu. 60 6 Perikatan yang Dapat Dibagi danTtidak Dapat Dibagi Perikatan yang dapat dibagi adalah perikatan dimana prestasinya dapat dibagi, pembagian nama tidak boleh mengurangi hakikat prestasi itu. Sedangkan perikatan yang tidak dapat dibagi adalah perikatan dimana prestasinya tidak dapat dibagi. Soal dapat atau tidak dapat dibagi tergantung dari jenis barang yang tersangkut jenis barang didalamnya dan dapat pula disimpulkan dari maksudnya perikatan untuk menyerahkan 10 ton beras. Karena sifat beras menjadi obyek perikatan yang dapat dibagi. 61 7 Perikatan Tanggung Renteng Perikatan tanggung menanggung dimana debitur danatau kreditur terdiri beberapa orang. Jika debiturnya yang beberapa orang dan ini yang paling 59 J.Satrio, 1 Op.cit. hal 132. 60 Subekti, 2 Op.cit. hal 152. 61 Subekti, Op.cit. hal 216. Universitas Sumatera Utara lazim, tiap-tiap debitur dapat dituntut untuk memenuhi seluruh prestasi. Sedangkan jika kredirurnya yang beberapa orang, tiap-tiap kreditur berhak menuntut pemenuhan seluruh prestasi. Dengan dipenuhinya seluruh prestasi oleh salah seorang debitur kepada kreditur. Perikatan menjadi hapus. 62 8 Perikatan Pokok dan Tambahan Perikatan pokok dan tambahan adalah perikatan antara kreditur dan debitur yang berdiri sendiri tanpa bergantung kepada adanya perikatan yang lain, misalnya perjanjian peminjaman uang. Sedangkan perikatan tambahan adalah peikatan antara debitur dan kreditur yang diadakan sebagai perikatan tambahan daripada perikatan pokok, misalnya perjanjian gadai dan hipotik. Perikatan tambahan ini tidak berdiri sendiri melainkan bergantung kepaa perjanjian pokok. Sehingga apabila perikatan pokok berakhir, maka perikatan tambahan juga berakhir. 63 9 Perikatan Bersyarat Perikatan bersyarat adalah perikatan yang lahirnya maupun berakhirnya digantungkan pada suatu peristiwa yang belum tentu akan terjadi. Apabi;la suatu perikatan yang lahirnya digantungkan kepada peristiwa itu dinamakan perikatan dengan syarat tangguh. Misalnya, A berjanjia akan memberikan buku-bukunya kepada B apabila ia lulus ujian. Sedangkan 62 Abdulkadir Muhammad, Op.cit. hal 166. 63 Ibid, hal 157. Universitas Sumatera Utara apabila suatu perikatan yang sudah ada yang berakhirnya digantungkan kepada peristiwa itu dinamakan perikatan dengan syarat batal. 64 10 Perikatan Dengan Ketetapan Waktu Perikatan denga ketetapan waktu adalah perikatan yang pelaksanaannya ditangguhkan sampai pada suatu waktu ditentukan yang pelaksanaannya pasti akan tiba, meskipun mungkin belum dapat dipastikan kapan waktu yang dimaksudkan akan tiba. Misalnya A berjanji akan memberikan semua buku-bukunya kepada B pada tanggal 1 januari tahun depan waktunya ditentukan. Perikatan dengan ketentuan waktu yang tidak dapat ditentukan waktunya misalnya dalam perjanjian asuransi kematian matinya orang pasti tapi tidak dapat dipastikan kapan waktu nya. 65 11 Perikatan dengan Ancaman Hukuman Pasal 1304 KUHPerdata member definisi perikatan dengan ancaman hukuman sebagai suatu perikatan yang menempatkan seseorang, sebagai jaminan pelaksanaan suatu perikatan yang menempatkan seseorang, sebagai jaminan pelaksanaan suatu perikatan, diwajibkan untuk melakukan sesuatu, manakala perikatan tersebut tidak dipenuhi olehnya. Dengan rumusan tersebut, KUHPerdata tidak membatasi jenis hukuman yang dapat dikenakan, melainkan hanya dengan menyatakan bahwa debitor yang lalai 64 Subekti, Op.cit. hal 45. 65 Ibid, hal 46. Universitas Sumatera Utara dapat dikenakan, melainkan hanya dengan menyatakan bahwa debitor yang lalai dapat dikenakan kewajiban untuk melakukan sesuatu. 66

D. Syarat Sahnya Perjanjian