Hak dan Kewajiban Dokter dan Pasien

a. Pasien menyetujui pengunduran dirinya tersebut. b. Kepada pasien diberi informasi yang cukup,sehingga ia bisa memperoleh pengobatan dati dokter lain. c. Karena dokter merekomendasikan kepada dokter lain yang sama kopetensinya untuk menggantikan dokter semula itu dengan persetujuan pasien. d. Karena dokter tersebut merekomendasikan Dokter lain atau Rumah Sakit lain yang lebih ahli dengan fasilitas yang lebih baik dan lengkap. 143 3. Pengakhiran oleh pasien Adalah hak pasien untuk menentukan pilihannya akan meneruskan pengobatan dengan dokternya atau memilih pindah ke dokter lain atau Rumah Sakit lain. Dalam hal ini sepenuhnya terserah pasien karena kesembuhan dirinya juga merupakan tangung jawabnya sendiri. 4. Meninggalkan pasien 5. Sudah selesainya kewajiban dokter seperti ditentukan dalam kontrak. 6. Didalam kasus gawat darurat, apabila dokter yang mengobati atau dokter pilihan pasien sudah datang, atau terdapat penghentian keadaan kegawat daruratan. 144

H. Hak dan Kewajiban Dokter dan Pasien

143 J. Guwandi,2 Op.cit. hal 35. 144 Dahlan Sofwan, Op.cit. hal 43-45. Universitas Sumatera Utara Hak atas pelayanan kesehatan dalam hukum kesehatan juga merupakan salah satu hak asasi individual pribadi atau hak untuk menentukan nasib sendiri. Sebenarnya batas keduanya agak kabur, sehingga diperlukan suatu landasan pemikiran yang berbeda. Ini disebabkan karena hak asasi individual atau hak untuk menentukan nasib sendiri juga ada pada hak asasi sosial artinya, kedua kategori hak tersebut dalam kenyataannya mengungkapkan dimensi individual dan sosial dari keberadaan atau eksistensi sesuatu. Menurut Ruud Verbende dasarnya hak-hak asasi pribadi subjek hukum yaitu pasien yang meencakup hak untuk hidup, hak untuk mati secara wajar, hak atas penghormatan terhadap integeritas badaniah dan rohaniah dan hak atas tubuh sendiri. 145 Pada bagian ini akan dibahas tentang hak dak kewajiban para pihak secara umum , pembahasan tentang hal ini dirasakan sangat penting karena kenyataannya menunjukkan bahwa akibat adanya ketidak pahaman mengenai hak dan kewajiban, menyebabkan adanya kecendrungan untuk mengbaikan hak-hak pasien sehingga perlindungan hukum semain pudar. Selain itu praktik sehari-hari banyak fakta yang menunjukkan, bahwa secara umum ada anggapan dimana kedudukan pasien lebih rendah dibanding kedudukan dokter, sehingga dokter dianggap dapat mengambil keputusan sendiri terhadap pasien mengenai tindakan apa yang dilakukannya. Jika dilihat dari sudut pandang transaksi terapeutik terdapat seperti ini , merupakan pendapat yang keliru karena adanya perjanjian tersebut kedudukan antara dokter dengan pasien adalah sama dan sederajat. Berbicara mengenai hak-hak pasien, berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan 145 Soerjono Soekanto, Segi-Segi Hukum Hak dan Kewajiban Pasien, Mandar Maju, Bandung, 1990, hal 9. Universitas Sumatera Utara Medik, No.02.04.3.5.2504 tahun 1997, tentang pedoman hak dan kewajiban dokter dengan pasien dan rumah sakit, SE Dirjen Yan Med tersebut didasarkan pada UUK dan berbagai pertimbangan hukum, etik kedokteran, hak-hak dokter dan hak-hak pasien. 146 1. Kewajiban pasien: a. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib di klinikrumah sakit. b. Pasien berkewajiban untuk memenuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam pegobatannya. c. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat. d. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk memberi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakitdokter e. Kewajiban membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang danjasa demi keamanan dan keselamatan f. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa. g. Memberikan informasi lengkap tentang perjalanan penyakit, pengobatan yang sudah diperoleh, berapa lama menderita sakit, perubahan fisik, mental, tindakan pengobatan dan perawatan yang lalu. h. Bersedia dipaksa dalam kaitannya dalam kaitannya penegakkan diagnosisi, menentukan prognosis. i. Memenuhi nasehat dokter untuk mengurangi penderitaan akibat penyakit dan bersedia untuk berpartisipasi menjaga kesehatannya. j. Memberi imbalan jasa. k. Menjaga kehormatan profesi dokter. l. Kewajiban memberi kesempatan cukup agar dokter dapat bekerja dengan baik. 2. Hak pasien a. Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sbagai manusia. b. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit. c. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi , adil dan jujur. 146 Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Medik. Universitas Sumatera Utara d. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi kedokterankedokteran gigi dan tanpa diskriminasi. e. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit. f. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar. g. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut second opinion terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan dokter yang merawat. h. Pasien berhak atas “privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya. i. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi: 1 Penyakit yang diderita 2 Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya 3 Tindakan medik apa yang hendak dilakukan 4 Alternatif terapi lainnya 5 Prognosanya 6 Perkiraan biaya pengobatan j. Pasien berhak menyetujuimemberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan degan penyakit yang dideritanya. k. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan menakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya. l. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan keritis. m. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama kepercayaannya yang dianut selama hal itu tidak mengganggu pasien yang lainnya. n. Pasien berhak atas keamanan keselamatan kenyamanan agar terhindar akan risiko, kesehatan, efek samping atau hal-hal yang merugikan pasien selama dalam perawatan dokter. o. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya. p. Class action gugatan kelompok harus diajukan oleh konsumen yang benar-benar dirugikan dan dapat dibuktikan secara hukum, salah satu diantaranya adalah adanya bukti transaksi. q. Mengenai identitas dokternya pasien agar memahami . Pasien agar memahi karakter dokter dan memilih dokter yang bersahabat. r. Pasien memperoleh informasi secukupnya terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh dokter. Universitas Sumatera Utara s. Hak memperoleh pelayanan yang berkesinambungan, sebagai follow up pelayanan, evaluasi. t. Memperoleh perlindungan keamanan patient safety semenjak saat dokter telah mempersilahkan pasien untuk dudukdokter siap memeriksa sampai selesai pelayanan. u. Mendapat penjelasan besarnya biaya yang akan di keluarkan secara cafeteria yang disesuaikan dengan kelas pelayanan. v. Mempunyai hak untuk mendapat second opinion dari dokter lain tentang penyakitnya. w. Pasien mempunyai hak menolak dalam pemberian persetujuan terhadap kontrak terapeutik yang tidak tertulis dan tidak dibuat atas transaksi. Dengan kemajuan teknologi, maka perlu disampaikan kepada pasien bahwa penggunaan alat-alat yang canggiih, namun dapat menyebabkan meningkatnya biaya pelayanan kesehatan, resiko tindakan, efek samping yang kadang-kadang dokter tidak mengetahuinya dengan betuk dan dapat saja terjadi hal-hal yang diinginkan. 3. Kewajiban dokter Dalam menjalankan profesinya dokter harus memiliki kecerdasan moral, kearifan intelektual dan kesadaran spiritual. Disamping itu dokter mempunyai kewajiban: 147 Dokter wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara dokter tersebut dengan rumah sakit. a. Dokter wajib merujuk pasien ke dokter lainrumah sakit lain yang mempunyai keahliankemampuan yang lebih baik, apabila ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan. b. Dokter wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarganya dan dapat menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya. 147 Ibid Universitas Sumatera Utara c. Dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita, bahkan juga setalah penderita itu meninggal dunia. d. Dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas prikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang bersedia dan mampu memberikannya. e. Dokter wajib memberikan informasi yang adekuat tentang perlunya tidakan medik yang bersangkutan serta risiko yang dapat ditimbulkannya. f. Dokter wajib membuat rekam medis yang baik secara berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien. g. Dokter wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kedokterandokter gigi. h. Dokter wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakatiperjanjian yang telah dibuatnya. i. Dokter wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakatiperkerjaan yang telah dibuatnya. j. Doktar wajib bekerja sama dengan profesi dan pihak lain yang terkait secara timbale balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien. k. Dokter wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah sakit. l. Dalam diagnosis dan pengobatan dokter mempunyai tanggung jawab paling besar. Seorang dokter dan tenaga kesehatan lainnya wajib melakukan upaya yang terbaik untuk senantiasa memberi pelayanan yang terbaik, mendahulukan kepentingan pasiennya, profesional dan akuntabel. m. Dokter mempunyai kewajiban untuk menjaga kesehatan fisik,rohani,dan spiritual dengan istirahat cukup untuk memulihkan kondisi fisik, rohani dan spiritual. n. Dokter wajib memberikan pelayanan yang berkualitas, senantiasa wajib belajar, meningkatkan pengetahuannya, keterampilan dan menjaga mutu kompetensinya. Dalam menjaga profesi dokternya benar-benar menjaga kehormatan dan integaeritas profesi. Diantara dokter ada yang belum memberikan pelayanan professional, namun masih banyak dokter yang menjunjung profesinya sebagai profesi mulia, walaupun tidak mendapat imbalan. o. Apabila dokter telah berikrar untuk membuka praktek, maka sudah harus siap memberi pelayanan terhadap pasien yang datang. p. Dokter wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk memutuskan apakah ia akan menerima atau menolak tindakan yang akan dilakukan oleh dokter. q. Memberikan surat keterangan bagi berbagai kepentingan dokter. 4. Hak dokter Universitas Sumatera Utara a. Dokter berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan proesinya. b. Dokter berhak untuk bekerja menurut standar profesi serta berdasarkan hak otonomi c. Dokter berhak ntuk menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, profesi dan etika. d. Dokter berhak menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien apabila misalnya hubungan dengan pasien sudah berkembang begitu buruk sehingga kerja sama yang baik tidak mungkin diteruskan lagi, kecuali untuk pasien gawat darurat wajib menyerahkan pasien kepada dokter lain. e. Dokter berhak atas privacy menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh pasien dengan ucapan atau tindakan yang melecehkan atau memalukan. f. Dokter berhak mendapat imbalan atas jasa profesi yang diberikannya berdasarkan perjanjian dengan rumah sakitt dan atau ketentuan-ketentuan yang berlaku di RS. g. Dokter berhak mendapat informasi lengkap dari pasien yang dirawatnya atau dari keluarga. h. Dokter berhak atas informasi atau pemberitahuan pertama dalam menghadapi pasien yang tidak puas atas pelayanannya. i. Dokter berhak diperlakukan adil dan jujur. j. Hak rehabilitasi nama baik jika terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang jasa yang diperdagangkan. k. Hak untuk memilih barang danatau jasa barangjasa pasal 4 ayat b dalam keadaan darurat untuk keselamatan pasien dokter dapat memberikan jasa pelayanan kesehatan, meskipun tidak dipilih oleh pasien. l. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur pasal 4 ayat c dalam keadaan tertentu untuk kepentingan pasien, dokter dapat memberikan jasa pelayanan kesehatan, meskipun tidak dipilih oleh pasien. m. Dokter dapat menolak pasien yang tidak dalam keadaan gawat darurat yang datang diluar jam bicara. Hubungan dokter dan pasien berakhir manakala pasien dirujuk ke dokter lain yang diteruskan dengan perawatan lanjutan. Pendek kata dokter harus memiliki kecerdasan ,moral, kearifan, intelektual dan keadaan spiritual. Universitas Sumatera Utara BAB IV TANGGUNG JAWAB PERDATA DOKTER DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN STUDI KASUS RSUD. Dr. DJOELHAM BINJAI A. Hubungan Hukum Dokter dengan Pasien dalam Transaksi Terapeutik Hubungan hukum adalah hubungan yang terjadi dalam masyarakat, baik antara subyek dengan subyek hukum maupun antara subyek hukum dengan benda, yang diatur oleh hukum dan menimbulkan akibat hukum yakni hak dan kewajiban. Hubungan hukum antara dokter dengan pasien adalah hukum antara subyek hukum dengan subyek hukum, yang saling berinteraksi dengan sukarela dan tanpa paksaan saling mengikatkan diri dalam sebuah perjanjian atau kontrak yang disebut transaksi terapeutik. Menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor.02.04.3.5.2504 Tahun 1997, tentang pedoman hak dan kewajiban dokter dengan pasien dan rumah sakit, yang telah dijelaskan pada Bab sebelumnya. Bahwa dokter, pasien dan rumah sakit harus saling bekerja sama atas segala tindakan medik demi kesembuhan pasien sebagai tujuan dari pengobatan. Universitas Sumatera Utara Salah satu hak pasien adalah pasien berhak mendapat informasi mengenai penyakit yang dideritanya antara lain, tindakan medik apa yang hendak dilakukan, akibat dari tindakan medik yang dilakukan dokter, alternatif terapi, prognosanva, dan perkiraan biaya pengobatan, dengan kata lain disebut dengan informend consent . Hak ini wajib diberikan dokter terhadap pasien, namun pada peraktek nya banyak dokter yang tidak menjelaskan secara rinci mengenai penyakit apa yang diderita pasien dan terapi apa yang sedang diberikan. Dokter mengatakan hal utama yang menjadi sebab mengapa penyakit tersebut tidak dijelaskan secara rinci terhadap pasien adalah karena masalah waktu dan banyaknya pasien yang mengantri menyebabkan dokter harus bertindak cepat dalam melayani pasien, sehingga dengan mengetahui keluhan-keluhan dari pasien maka dokter langsung menyimpulkan sakit apa yang diderita pasien dan memberikan obat terhadap pasien. Penyebab lain dokter tidak menjelaskan penyakit apa yang diderita secara rinci adalah karena tidak semua pasien mengerti mengenai penyakit apa yang ia sedang alami, walaupun seandainya dokter mejelaskan secara rinci sesuai dengan ilmu kedokteran yang ia pahami pasien tidak terlalu mengerti dengan penjelasan dokter, yang diinginkan pasien hanya dokter dengan cepat menangani penyakitnya dan cepat memberikan obat terhadapnya. Inilah penyebab mengapa dokter tidak menjalankan kewajibannya secara sempurna pada peraktek dilapangan sehari-hari, sehingga komunikasi yang terjalin antara dokter dengan pasien tidak dengan baik terjalin. “Jika pasien tidak bertanya secara rinci, maka kami anggap pasien Universitas Sumatera Utara mengerti dan percaya sepenuhnya terhadap terapi yang kami berikan sebagai dokter terhadapnya.” 148 Dalam peraktek di RSUD. Dr. Djoelham Binjai sehari-hari dokter sering tidak menjelaskan informend consent secara lengkap pada pasien poliklinik yang menjalani rawat jalan, alasannya balik lagi karena efeksitas waktu dan tidak semua pasien mengerti terhadap penjelasan dokter. Namun untuk penyakit serius yang dibutuhkan penanganan khusus dan tindakan medis yang serius seperti operasi atau penyakit yang diharuskan opname yang dinilai berisiko tinggi dokter pasti menerangkan penyakit apa yang sedang pasien derita dan risiko apa yang dapat timbul dari terapi yang diberikan. Padahal seharusnya pada aturan yang berlaku dalam kode Etik kedokteran dokter sebagai pemberi pelayanan kesehatan bagi masyarakat wajib menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit yang sedang dialami pasiennya, tidak ada pengecualian baik itu penyakit ringan, sedang dan tergolong penyakit parah semua harus diperiksa secara detail dan harus dijelaskan kepada pasien secara baik agar pasien mengerti dan puas atas pelayanan medis yang dilakukan oleh dokter. Menurut pandangan penulis, informend consent harus tetap diberikan walaupun pada pemeriksaan dipoliklinik rawat jalan. Karena persetujuan medis yang menimbulkan hak dan kewajiban akan timbul setelah pasien diberi penjelasan mengenai penyakitnya dan akibat-akibatnya yang dapat diperhitungkan menurut ilmu kedokteran dan kemudian pasien menyetujuinya. Hal ini sebenarnya telah diatur dalam aturan Permenkes Nomor.585Men.KesperIX1989 pada 148 Dr.Listia Pristiti Milva, wawancara pada tanggal 23 Maret 2014, RSUD. Dr.Djoelham Binjai. Universitas Sumatera Utara tanggal 4 September 1989 tentang Persetujuan Tindak Medis. Bahwa setiap tindakan medis dan pengobatan, pasien harus diberi penjelasan kemudian menanda tangani formulir tindakan medis yang telah disediakan oleh rumah sakit. Maka dari sini dapat dilihat dokter wajib menjelaskan kepada pasien dan meminta persetujuan pasien atas terapi apa yang akan diberikan kepadanya baik secara lisan maupun tulisan, Bahkan ada kalanya persetujuan tersebut tidak dilakukan terang-terangan hanya secara simbolik saja dengan bersikap pasrah terhadap ketentuan yang sudah ada. Sebenarnya hal ini tidak mengurangi nilai dari keabsahan dari persetujuan tersebut, namun kedepannya akan menjadi masalah atau kesulitan jika diperlukan untuk pembuktian. Apa yang terjadi pada rumah sakit Dr. Djoelham ini belum sepenuhnya menjalankan aturan dari Permenkes. Sebenarnya formulir informend consent telah di siapkan oleh pihak rumah sakit, namun dokter banyak menganggap informend consent untuk pasien rawat jalan yang penyakitnya tergolong tidak parah tidak terlalu di perlukan. Informend consent hanya diperlukan pada pasien dengan penyakit tergolong parah dan beresiko tinggi. Hubungan hukum antara dokter dengan pasien tidak semata-mata hanya pengertian teoritis saja, Dokter banyak menganggap bahwa hubungan antara pasien dan dokter hanya hubungan profesi dokter semata, namun dokter menyadari bahwa ada hubungan hukum antara mereka namun itu apabila terjadi malperaktek maka dengan demikian timbul hubungan hukum antara dokter dengan pasien. Kesalah pahaman ini harus dibenarkan bahwa dengan adanya transaksi terapeutik antara mereka menimbulkan hubungan profesi dan hubungan hukum antara keduanya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban antara dokter Universitas Sumatera Utara dengan pasien yang harus dihormati dan harus di penuhi antara dokter, pasien dan rumah sakit. Agar nantinya tidak timbul masalah atau kesalah pahaman antara dokter dengan pasien. Berdasarkan ciri yang ditemukan dalam profesi dokter, pekerjaan dokter mempunyai ciri khusus antara lain merupakan hubungan yang sangat pribadi karena didasarkan pada kepercayaan . Kepercayaan antara dokter dan pasien tidak hanya didasarkan pada hak-hak dan kewajiban yang timbul dari masing-masing pihak yang diatur oleh hukum, tetapi kepercayaan tersebut didasarkan pada nilai- nilai moral yang dimiliki setiap dokter sebagaimana tertuang dalam KODEKI, khususnya Pasal 10 mengatakan “Setiap dokter harus senantiasa mengingatkan kewajiban melindungi makhluk hidup insani.” Lalu Pasal 11 yang mengatakan “Setiap Dokter menghormati hak pasien.” Dan Pasal 12 tentang Kewajiban Dokter Terhadap Penderita. Pada pasal-pasal tersebut diatas jelas sekali mengatur mengenai hubungan hukum antara dokter dengan pasien, dalam kondisi apa saja dimana saja dan dalam stadium apasaja yang diderita pasien dokter berkewajiban menghormati hak pasien untuk mendapat pelayanan yang terbaik, pemberian informasi yang memadai dan dimengerti pasien serta dokter harus terus berupaya melakukan upaya medis dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pengetahuan kesehatan yang ia miliki agar terciptanya hubungan hukum yang harmonis antara pasien, dokter dan rumah sakit. Lalu sejauhmana pasien mengetahui hubungan hukum yang terjadi antara pasien dengan dokter yang menangani mereka di RSUD. Dr. Djoelham? Jika di Universitas Sumatera Utara tinjau dari sisi dokter, dokter cukup mengetahui apa itu hubungan hukum yang terjadi antara pasien dengan dokter, namun bagaimana jika pertanyaan tersebut ditanya kepada pasien, Bagaimana hubungan hukum yang terjadi antara dokter dengan pasien ? Pasien hanya menjawab dengan sederhana yang kami tahu hubungan kami dengan dokter hanya “ Sudah habis di periksa lalu kami bayar dan pulang untuk menebus obat.” Pasien tidak mengerti bahwa mereka memiliki hak untuk bertanya dan berdiskusi terapi apa yang sebaiknya diberikan dokter terhadapnya agar pasien mengetahui proses penyembuhan terhadap dirinya dan tidak lagi terjadi hal-hal yang tidak diinginkan akibat kurang pahamnya pasien terhadap tugas dan kewajiban dokter. 149 B. Tanggung Jawab Dokter Terhadap Pasien dalam Transaksi Terapeutik Tanggung jawab hukum dari seorang dokter apabila melakukan kesalahan, jika dikaitkan dengan transaksi terapeutik tanggung jawab dokter yang dipikul hanya pada apa yang telah disepakati dalam perjanjian. Meskipun dalam perjanjian tersebut tertuju pada mencari kesembuhan dalam diri pasien, namun bukan kesembuhan itu yang menjadi alasan utama untuk mencari kesalahan dokter. Apabila dalam perawatan sakit pasien ini ternyata tidak sembuh, maka secara hukum dokter tidak dapat dimintai pertanggung jawaban, karena kewajiban dokter dalam melakukan perawatan sebatas upaya terapeutik yang telah dilakukan dengan sungguh-sungguh dan kehati-hatian sebagaimana yang ditetapkan dalam ilmu kedokteran. 149 Wawancara Pasien, pada tanggal 21 Maret 2014, di RSUD. Dr. Djoelham Binjai, Universitas Sumatera Utara Pertanggung jawaban hukum dapat dikenakan kepada dokter manakala dokter telah melakukan kesalahan medik, seperti melampaui wewenang yang diberikan kepadanya atau menyimpang dari upaya terapi seperti yang telah diperjanjikan, hanya dengan alasan medik yang benar saja apa yang telah diperjanjikan dapat tidak dipenuhi. Tetapi setelah pasien sadar, tindakan medis yang telah dilakukan harus diinformasikan kepada pasien. Pertanggung jawaban secara hukum dapat dilakukan apabila: 1. Bertentangan dengan kewajiban profesionalnya 2. Melanggar hak pasien yang timbul dari adanya transaksi terapeutik tanpa alasan medik yang dapat dibenarkan 3. Bertentangan dengan kesusilaan baik, kepatutan, dan kepantasan dalam masyarakat. 150 Ada kesalah pahaman yang timbul di masyarakat mengenai bagaimana pertanggung jawaban dokter terhadap sakit yang diderita pasien, pasien menganggap ketika kesembuhan tidak di dapatkannya dari upaya penyembuhan yang dilakukan oleh dokter berarti dokter telah melakukan tindakan medis yang buruk bahkan sampai ada yang langsung menganggap dokter telah melakukan malperaktek terhadapnya. Namun bukan seperti itu kenyataannya, ada beberapa ketentuan yang dapat membuktikan bahwa dokter telah melakukan kelalaian hingga malperaktek. Menurut dokter kelalaian dengan malperaktek terdapat perbedaan yang sangat bebeda, Kelalaian sebagai manusia biasa sebagai seorang dokter 150 Hermein Hadiati Koeswadji, 1 Op.cit. hal 78. Universitas Sumatera Utara dimungkinkan untuk terjadinya kelalaian, yang dapat didasari akibat dari kurangnya ketelitian pada saat pemeriksaan dan kurangnya informasi dari pasien bersangkutan, yang menyebabkan timbulnya kerugian yang dirasakan oleh pasien. Sedangkan malperaktek, adalah tidakan dokter yang dengan pengetahuan yang ia miliki dengan sengaja melakukan atau tidak melakukan tindakan medis yang tidak sesuai dengan ilmu kedokteran dan dengan Kode Etik kedokteran yang berlaku. Namun pada dasar nya yang dapat menjadi alasan untuk dimintai pertanggung jawaban hukum kepada dokter adalah “ Apabila dokter tidak melakukan suatu tindakan medis dengan prosedur kedokteran yang berlaku baik menurut ilmu pengetahuan kesehatan atau pun menurut aturan yang telah ditetapkan rumah sakit. Jadi tidak semua tindakan dokter yang menyebabkan pasien tidak mendapatkan kesembuhan menjadi alasan dimintai pertanggung jawaban terhadap pasien. 151 Dalam Pasal 1365 KUHPerdata dinyatakan bahwa “ Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, dan diwajibkan mengganti kerugian tersebut.” Dan Pasal 1366 KUHPerdata dinyatakan bahwa “ Setiap orang bertanggung jawab tidak saja kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya.” Karena transaksi terapeutik adalah perjanjian dalam bentuk inspanningverbintenis, adalah upaya yang menjadi prestasi nya, maka untuk pembuktian yang dilakukan dalam meminta pertanggung jawaban dokter harus 151 Dr. Listia Pristiti Milva, wawancara pada tanggal 23 Maret 2014, di RSUD.Dr. Djoelham Binjai. Universitas Sumatera Utara dilihat dari upaya yang telah dilakukan dokter tersebut. Jika memang didapati hal- hal yang dianggap dokter tersebut tidak hati-hati dalam upaya medis nya maka dokter tersebut dapat dimintakan pertanggung jawaban secara hukum. Namun pada perakteknya banyak dokter yang mengatakan bahwa, perbuatan medis yang ia lakukan terhadap pasien di rumah sakit bukan sepenuhnya sesuai dengan apa yang ia dapatkan pada saat ia sedang melakukan studi di masa kuliah, atau dengan kata lain tindakan medis yang dilakukan dokter dirumah sakit tidak semua nya dilakukan sesuai dengan tata cara yang sesuai dengan ilmu kedokteran, namun tindakan medis yang dilakukan di rumah sakit hanya sesuai dengan apa yang menjadi aturan di rumah sakit tersebut. Pada peraktek nya dokter banyak melakukan kebijakan aturan rumah sakit dibanding menerapkan ilmu dan tatacara penyembuhan yang sesuai dengan ilmu kedokteran. Pada praktek seperti ini, dokter tidak dapat sepenuhnya dimintai pertanggung jawaban ketika terjadi gugatan atau komplen dari pasien, namun rumah sakit juga andil dalam pertanggung jawaban jika ada gugatan dari pasien. Menurut Pasal 1367 KUHPerdata mengatakan “ Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.” Rumah sakit yang diterangkan pada Pasal 1 UU Nomor 44 Tahun 2009 152 152 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. dinyatakan bahwa “ Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang Universitas Sumatera Utara menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.” Memiliki hak atau otonominya sendiri membuat peraturan untuk pelayanan medis kepada pasien nya demi kenyamanan dan keamanan pasien. Maka dari peraturan yang dibuat oleh rumah sakit, jika ada gugatan dari pasien atas kerugian yang dialaminya dari tindakan medis dokter, maka rumah sakit sebagai badan hukum yang bertanggung jawab atas dokter juga andil dalam pemberian pertanggung jawaban kepada pasien sesuai dengan Pasal 46 UU Nomor 44 tahun 2009 menyatakan “ Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit”. Pertanggung jawaban hukum yang dilakukan oleh dokter sebelumnya harus dilihat dulu pada perjanjian yang tertuang dalam informend consent yang telah disepakati antara dokter dengan pasien. Dalam informend consent pada surat pernyataan persetujuan operasi dan pembiusan dapat dilihat apa yang menjadi tanggung jawab dokter, dan risiko-risiko yang timbul pasca operasi tersebut tidak menjadi tanggung jawab dokter, dan pasien dianggap telah memahami harapan dan risiko dari tindakian operasi tersebut. Contoh pada operasi pasien penyedotan cairan pada tulang pinggung yang terjadi di rumah sakit DR. Djoelham Binjai baru ini, Seorang pasien bersedia untuk dilakukan tindakan medis operasi untuk penyedotan cairan pada tulang pinggangnya akibat infeksi. Pasien terlebih dahulu dijelaskan mengenai sebab dan akibat dari tindakan operasi ini, dokter juga menerangkan risiko syang timbul pasca operasi tidak menjadi tanggung jawabnya. Salah satu risiko yang timbul adalah pasien akan mengalami kelemahan pada pinggangnya dan dapat berakibat Universitas Sumatera Utara kelumpuhan. Dokter telah menjelaskan risiko dari operasi tersebut dan pihak keluarga menyetujui. Jika nantinya kemungkinan buruk terjadi pada pasien tersebut yaitu kelumpuhan maka dokter tidak dapat di mintai pertanggung jawaban atas kelumpuhan yang dialami pasien tersebut. Namun jika sebaliknya jika dokter tidak menjelaskan mengenai sebab, tindakan dan risiko dari tindakan medis tersebut operasi dan tidak meminta persetujuan dari pasien atau keluarganya untuk melakukan penyedotan cairan pada tulang pinggang pasien, dokter dapat dimintai pertanggung jawaban secara hukum karena menyalahi aturan kode etik dokter dan prosedur tindakan medis. 153 Lalu bagaimana ganti rugi akibat pertanggung jawaban itu terjadi, menurut Pasal 55 ayat 1 UUK dinyatakan “ Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan”. Setiap kelalaian yang menyebabkan pasien mengalami kerugian wajib bagi tenaga kesehatan baik dokter maupun rumah sakit memberikan ganti rugi terhadap pasien. Seharusnya penentuan ganti kerugian yang dilakukan oleh dokter harus melalui putusan dari pengadilan Kode Etik. Jadi segala keputusan Pengadilan Kode Etik Kedokteran menjadi putusan mutlak yang harus dipatuhi oleh dokter. Dari sanksi teguran, ganti kerugian yang diderita oleh pasien dengan mengganti segala biaya pengobatan serta uang santunan, hingga pencabutan izin peraktek sebagai sanksi tertinggi dari Pengadilan Etik Kedokteran. Dari hasil penelitian yang penulis dapatkan, jarang sekali pasien yang mengungkapkan keluhan terhadap kerugian yang dirasakannya dari terapi 153 Dr. Listia Pristiti Milva, wawancara pada tanggal 23 Maret 2014, di RSUD. Dr. Djoelham Binjai. Universitas Sumatera Utara penyembuhan yang dilakukan dokter. Karena rumah sakit tidak menyediakan bagian pengaduan pasien jika pasien mengalami kerugian yang disebabkan oleh dokter, jadi pasien memilih untuk komplen langsung terhadap dokter yang menanganinya. Karena dokter telah menganggap yang ia lakukan telah sesuai dengan prosedur maka hal utama yang dilakukan dokter agar tidak memperpanjang masalah dokter lamgsung meminta maaf kepada pasien. Pasien yang kurang mengerti pun setelah merasa puas dengan permohonan maaf dokter menganggap masalah itu telah selesai. Jadi, jarang sekali masalah pertanggung jawaban dokter terhadap pasien yang sampai pada Pengadilan Kode Etik untuk menentukan sanksi terhadap dokter yang bersalah. Dokter dan rumah sakit mengambil tindakan sendiri untuk mempertanggung jawabkan kesalahan tindakan medik yang dilakukan. Seperti permohonan maaf tertulis maupun tidak tertulis dari dokter dan rumah sakit, penggantian biaya pengobatan yang sudah dikeluarkan pasien selama terapi penyembuhan, pemberian uang santunan terhadap pasien yang mengalami kerugian, dan Pemberian terapi gratis untuk pemulihan akibat kerugian yang ditimbulkan dari terapi sebelumnya. Ini semua dilakukan pihak Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djoelham Binjai dalam mempertanggung jawabkan kesalahan tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit tersebut. Tindakan ini diambil untuk tetap menjaga hubungan baik dengan pasien yang menjadi tanggung jawab pihak rumah sakit. Universitas Sumatera Utara

C. Penyelesaian Perkara-Perkara Perdata Dalam Transaksi Terapeutik