lxxxiii kontinyu dengan bimtek atau bagaimana. Tetapi semua itu mekanismenya
diatur dulu..” [IP-016-1] “Kalau bisa ya pemerintah itu memfasilitasi, terutama pemerintah pusat untuk
bisa mengatur ini. Seperti sekarang ini sudah dibimbingkan itu sampah dari peternakan untuk diubah menjadi energi, sudah mulai itu. Saya yakin makin
ke depan kalau diusahakan itu akan terwujud, Insya Allah” [TM-0411-4]
“...perda ini sudah lama usianya, tetapi sampai sekarang masih belum dilakukan peninjauan kembali terhadap perda ini..” [IP-021-2]
Berdasarkan observasi lapangan, perda tentang kebersihan tersebut hingga sekarang belum ada peraturan pelaksanaannya. Hal ini menjadi faktor penghambat pengelolaan sampah
nonkonvensional, karena di satu sisi masyarakat sudah mulai bergeser paradigmanya, di sisi lain pemerintah kabupaten belum menyikapinya baik dalam pengaturan maupun dalam pembinaannya.
Hal ini dapat mengakibatkan menurunnya semangat masyarakat mengelola sampah kawasan yang telah dilakukan selama ini karena kurangnya perhatian dan pembinaan dari pemerintah kabupaten.
Kelompok masyarakat tersebut saat ini dibimbing secara kontinyu dalam teknik pengelolaan dan pengolahan sampah oleh LSM yang bergerak di bidang kesehatan.
C. Uji Coba Kemitraan Pengelolaan Sampah
Uji coba kemitraan dengan pihak swasta dalam hal pengelolaan sampah di Kabupaten Gunungkidul belum pernah dilakukan karena belum mempunyai dasar hukum untuk
melakukan hal tersebut. Perencanaan tentang kerja sama dengan pihak ketiga sudah dilakukan sejak tahun 1995, termasuk kemungkinan bekerjasama dengan pihak swasta khususnya untuk
mengelola pengumpulan sampah, penyapuan jalan dan pembersihan tempat-tempat umum serta tempat-tempat wisata.
“Partisipasi swasta dalam pengelolaan sampah sampai sampai saat ini belum ada di Gunungkidul..” [IP-012-1]
“Belum pernah, karena ya tadi itu.. Kita belum punya aturan yang jelas untuk melakukan ini, karena konsep-konsep kita yang sudah berdasarkan kajian-
kajian itu sampai saat ini belum ditindaklanjuti...” [IP-013-1]
Rencana tersebut sampai saat ini belum dapat dilaksanakan karena belum ada tindak lanjut tentang pembuatan perangkat hukumnya. Kondisi ini bisa menjadi faktor penghambat
lxxxiv pengelolaan sampah nonkonvensional, karena akan memperlambat proses pembelajaran kepada
masyarakat tentang pemahaman terhadap nilai jual sampah.
D. Sistem Pengawasan Pengelolaan Sampah dan Penegakan Hukum
Untuk kondisi saat ini pemerintah kabupaten masih menemui kendala dalam melakukan pengawasan dan penegakan hukum dibidang pengelolaan sampah ini, karena belum
memiliki mekanisme yang jelas untuk melakukannya.
“Kita masih menemui banyak hambatan dalam melakukan pengawasan dalam pengelolaan sampah, karena belum ada mekanisme yang jelas untuk itu.
Memang perlu dibuat suatu perangkat lunak di bidang persampahan ini untuk memberikan kejelasan tentang sistem dan mekanismenya..” [IP-024-1]
“Belum ada penegakan hukum karena belum ada ketentuan yang kuat sebagai landasan melakukan tindakan hukum di bidang persampahan.” [IP-0312-1]
Pemkab belum mempunyai landasan yang kuat untuk melakukan tindakan hukum terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan dalam pengelolaan sampah. Dalam Perda
Nomor 6 Tahun 1997 tentang Kebersihan pada Bab VII Pasal 11 ayat 2 menyebutkan: “ Pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah ini ditugaskan kepada instansi yang
berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Hal ini belum memberikan kejelasan tentang mekanisme pengawasan yang harus dilakukan karena perda ini
sampai sekarang tidak ada tindak lanjutnya berupa peraturan pelaksanaannya. Kondisi ini menjadi faktor penghambat pengelolaan sampah nonkonvensional. Menurut Wibowo dan Darwin 2001:
11 dalam paradigma pengelolaan sampah nonkonvensional perlu memisahkan peran pengaturan dan pengawasan dari lembaga yang ada dengan fungsi operator pemberi layanan, agar lebih tegas
dalam melaksanakan reward punishment dalam pelayanan. Umumnya lembaga pemerintah yang mengelola kebersihan selain berfungsi sebagai pengelola persampahan kota, juga berfungsi
sebagai pengatur, pengawas dan pembina pengelola persampahan. Sebagai pengatur, bertugas membuat peraturan yang harus dilaksanakan oleh operator pengelola persampahan. Sebagai
pengawas, fungsinya adalah mengawasi pelaksanaan peraturan yang telah dibuat dan memberikan sanksi kepada operator bila dalam pelaksanaan tugasnya tidak mencapai kinerja yang telah
lxxxv
58
13 3
1 10
20 30
40 50
60 70
Sangat Penting Penting
Cukup Penting Tidak Penting
Tidak Tahu
ditetapkan. Sebagai pembina pengelolaan persampahan, adalah melakukan peningkatan kemampuan dari operator. Pembinaan tersebut dapat dilakukan melalui pelatihan maupun
menyelenggarakan kegiatan yang melibatkan masyarakat untuk mendapatkan umpan balik atas pelayanan pengelolaan persampahan. Tumpang tindihnya fungsi-fungsi tersebut menjadikan
pengelolaan persampahan menjadi tidak efektif, karena sebagai pihak pengatur yang seharusnya mengukur kinerja keberhasilan pengelolaan sampah dan akan menerapkan sangsi kepada pihak
operator, tidak dapat dilakukan karena pihak operator tersebut tidak lain adalah dirinya sendiri. Dengan demikian kinerja operator sulit diukur dan pelayanan cenderung menurun.
4.1.5 Aspek Peran Serta Masyarakat