Dasar Hukum Pengelolaan Sampah Pengembangan Produk Hukum Bidang Persampahan

lxxxi Pemerintah kabupaten hingga saat ini belum menerapkan insentif bagi investor bidang persampahan. “Belum ada mekanisme insentif bagi investor persampahan di Gunungkidul. Memang Tahun lalu pernah ada investor yang melakukan penjajagan kepada Pak Asek II tentang kemungkinan melakukan kerjasama dalam pengelolaan sampah. Namun sampai sekarang belum ada tindak lanjutnya.” [IP-013-1] Kondisi ini menjadi faktor penghambat dalam pengelolaan sampah nonkonvensional, pihak investor sebagai mitra dalam pengelolaan sampah dengan paradigma nonkonvensional akan enggan untuk berinvestasi di Kabupaten Gunungkidul karena tidak mendapatkan kemudahan dalam berinvestasi di bidang persampahan.

G. Biaya Untuk Kampanye Minimisasi Sampah

Berdasarkan observasi lapangan kampanye secara khusus untuk minimisasi sampah secara berkesinambungan di Kabupaten Gunungkidul sampai saat ini belum dilakukan. Kampanye publik yang dilakukan masih terbatas pada kampanye kebersihan lingkungan yang dilakukan melalui iklan layanan masyarakat di radio lokal. Jumlah anggaran yang disediakan APBD untuk kampanye ini adalah Rp 7.500.000,00 untuk tahun 2007. Jumlah ini tentu masih sangat kecil yaitu hanya 0,8 bila dibandingkan dengan jumlah biaya operasional. Kondisi ini akan menjadi faktor penghambat pengelolaan sampah nonkonvensional karena kurangnya pemahaman masyarakat terhadap konsep pengelolaan sampah nonkonvensional akibat kurangnya sosialisasi. “Ya memang untuk minimisasi sampah supaya seminim mungkin itu memang harus diusahakan. Seperti industri-industri dan perusahaan-perusahaan itu untuk bungkus dan sebagainya itu supaya disederhanakan, sehingga tidak menimbulkan banyak sampah.” [TM-0410-1] Menurut Yaputra 2007: 1 pengelolaan sampah membutuhkan dukungan semua lapisan masyarakat, baik masyarakat desa maupun masyarakat kota. Peningkatan motivasi segenap lapisan masyarakat untuk peduli terhadap sampah, serta menjaga lingkungan dan seluruh kota agar selalu tertata rapi dan asri perlu terus menerus dilakukan.

4.1.4 Aspek Peraturan

A. Dasar Hukum Pengelolaan Sampah

Dasar hukum pengelolaan sampah yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Gunungkidul lxxxii saat ini adalah Perda Nomor 6 Tahun 1997 tentang Kebersihan. “Dasar hukum pengelolaan sampah adalah Perda Kabupaten Gunungkidul Nomor 6 Tahun 1997.” [IP-021-1] Berdasarkan observasi lapangan, kondisi ini akan menjadi pendorong pengelolaan sampah nonkonvensional, karena substansi yang diatur dalam perda telah mengatur tentang peran serta masyarakat. Dalam pasal 12 ayat 1 perda ini menyebutkan: “Pengaturan sebagaimana dimaksud pasal 2, 3 dan 4 perda ini dilaksanakan dengan memperhatikan adanya partisipasi masyarakat untuk men-dukung terwujudnya kebersihan dan keindahan lingkungan dan atau daerah secara swadaya”. Hal ini sesuai dengan pengelolaan sampah nonkonvensional. Menurut Bapedal Jatim 2005 sampah perlu dikelola melalui kebijakan publik, untuk memastikan kebijakan publik ini berjalan efisien, partisipasi masyarakat tentu merupakan syarat mutlak. Senada dengan pendapat tersebut menurut Ditjend Cipta Karya 2005: 15, dengan menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat diharapkan bahwa beban penanganan sampah menjadi bukan hanya dipundak instansi pengelola saja. Dalam evolusi manajemen pengelolaan sampah di Eropa, menurut Buclet dan Olivier 2001: 304 bahwa pijakan awal dalam evolusi pengelolaan sampah adalah mengganti atau melengkapi kebijakan yang berorientasi pada minimisasi sampah, sedangkan minimisasi sampah ini erat kaitannya dengan peran serta masyarakat.

B. Pengembangan Produk Hukum Bidang Persampahan

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, sampai saat ini belum ada pengembangan produk hukum di bidang persampahan. Hal ini diperkuat pendapat beberapa narasumber sebagai berikut: “Kami sudah melakukan kajian persampahan sejak tahun 1995 dan sudah dipublikasikan seperti dalam buku ini. Silahkan dipelajari dan dicermati. Anda kan tau sendiri kelemahan pemerintah kita... Kemauan penentu kebijakan untuk melaksanakan belum ada... Lambat sekali..” [IP-011-1] “Itu semua sudah tertuang dalam studi persampahan tadi. Disitu sudah termasuk konsep pendaurulangan sampah. Semua sudah lengkap disitu... Kelemahannya ya pelaksanaannya tadi...” [IP-015-1] “Itu kan mirip dengan kegiatan pokmas itu. Kalau saya memang mengharapkan pokmas-pokmas itu yang nantinya harus dibina secara lxxxiii kontinyu dengan bimtek atau bagaimana. Tetapi semua itu mekanismenya diatur dulu..” [IP-016-1] “Kalau bisa ya pemerintah itu memfasilitasi, terutama pemerintah pusat untuk bisa mengatur ini. Seperti sekarang ini sudah dibimbingkan itu sampah dari peternakan untuk diubah menjadi energi, sudah mulai itu. Saya yakin makin ke depan kalau diusahakan itu akan terwujud, Insya Allah” [TM-0411-4] “...perda ini sudah lama usianya, tetapi sampai sekarang masih belum dilakukan peninjauan kembali terhadap perda ini..” [IP-021-2] Berdasarkan observasi lapangan, perda tentang kebersihan tersebut hingga sekarang belum ada peraturan pelaksanaannya. Hal ini menjadi faktor penghambat pengelolaan sampah nonkonvensional, karena di satu sisi masyarakat sudah mulai bergeser paradigmanya, di sisi lain pemerintah kabupaten belum menyikapinya baik dalam pengaturan maupun dalam pembinaannya. Hal ini dapat mengakibatkan menurunnya semangat masyarakat mengelola sampah kawasan yang telah dilakukan selama ini karena kurangnya perhatian dan pembinaan dari pemerintah kabupaten. Kelompok masyarakat tersebut saat ini dibimbing secara kontinyu dalam teknik pengelolaan dan pengolahan sampah oleh LSM yang bergerak di bidang kesehatan.

C. Uji Coba Kemitraan Pengelolaan Sampah