Ketersediaan Sarana Dukungan Prasarana

lxxii “...di Gunungkidul belum ada permasalahan krusial tentang volume sampah ini. Sebagian masyarakat kan masih memiliki lahan yang cukup untuk membuang sampah...” [IP-022-2] Hal ini menjadi faktor penghambat prospek pengelolaan sampah nonkonvensional karena untuk merubah paradigma diperlukan peran pemerintah khususnya dalam regulasi. Sampai saat ini pihak regulator belum memprioritaskan pengelolaan sampah karena timbulan masih relatif kecil dan belum ada masalah yang serius terhadap volume timbulan sampah. Tanpa regulasi yang jelas maka peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah tidak akan terpadu dengan sistem pengelolaan sampah yang telah ada, sehingga apabila hal ini terjadi maka pengelolaan tidak akan efektif.

D. Ketersediaan Sarana

Sarana yang dimiliki UPT PK dan PBK guna melancarkan tugas pokok dan fungsinya belum mencukupi kebutuhan. “...tahun anggaran 2008 ini sudah disetujui dewan untuk pembelian 1 excavator senilai Rp 1,35 M untuk mengatasi hal ini. Untuk buldozer yang rusak, perbaikannya dijanjikan pada ABT tahun 2008 ini...” [IP-032-1] “...untuk tahun anggaran 2008 ini kami sudah menyetujui pembelian buldozer untuk TPA, nilainya sekitar Rp 1,3 M saya tidak hafal. Karena kondisi TPA kita itu memang sangat memerlukan alat itu uuntuk melancarkan pembuangan sampah...” [IP-023-1] “Sarana yang kami miliki masih sangat terbatas. Kami belum bisa berbuat banyak untuk mengatasi hal ini karena terbatasnya dana yang ada..” [IP-033- 1] “Sekarang ini kami optimalkan sarana yang ada. Tentu tidak semua kawasan bisa diambil tiap hari. Seperti pasar luar kota dan kota-kota kecamatan. Itu tidak setiap hari diambil sampahnya..” [IP-033-4] Kondisi ini menjadi faktor pendorong prospek pengelolaan sampah nonkonvensional karena salah satu upaya untuk mengoptimalkan operasi sarana transportasi yang terbatas adalah dengan konsep zero waste Bebassari dalam Yunarti, 2004. Sebagai contoh adalah pengelolaan sampah skala kawasan yang dilakukan di RT 07 RW 22 Jeruksari. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kawasan ini tidak dilayani oleh UPT PK dan PBK karena telah mengelola sampahnya sendiri. Makin banyak pokmas yang mengelola sampah dengan konsep zero waste seperti di atas, lxxiii akan mengurangi beban kerja UPT PK dan PBK dalam pengangkutan sampah sehingga dapat mengoptimalkan sarana yang dimiliki.

E. Dukungan Prasarana

Prasarana yang dimiliki oleh UPT PK dan PBK saat ini sudah cukup memadai. Prasarana jalan menuju TPA kondisinya beraspal dan mulus. Prasarana gedung, baik gedung kantor UPT maupun kantor TPA kondisinya cukup baik dan terawat. Kondisi prasarana yang cukup baik dan terawat ini bisa menjadi faktor pendorong pengelolaan sampah nonkonvensional, karena dalam paradigma pengelolaan sampah nonkonvensional seperti konsep IKDU membutuhkan biaya yang relatif besar untuk pengadaan prasarana pendukung misalnya pengadaan tanah dan bangunan untuk lokasi IKDU. Sebagaimana pendapat Satori 2006 dibutuhkan investasi awal Rp 594.000.000,00 untuk pengadaan tanah dan gedung. Dengan kondisi prasarana yang telah ada di Kabupaten Gunungkidul dapat menekan biaya investasi tersebut dengan “menyulap” kantor TPA untuk dijadikan pilot proyek IKDU dengan melibatkan masyarakat sekitar TPA.

F. Sistem Pengolahan di TPA