lxxv Berdasarkan observasi lapangan sampai saat ini belum ada tindak lanjut dari uraian tugas tersebut.
Dengan kata lain, belum ada kebijakan teknis sebagai petunjuk pelaksanaan pengelolaan persampahan di Kabupaten Gunungkidul.
Kondisi ini menunjukkan belum adanya mekanisme yang jelas terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dalam membina dan melayani masyarakat di bidang persampahan,
sehingga menjadi faktor penghambat pengelolaan sampah nonkonvensional. Untuk menuju paradigma pengelolaan sampah nonkonvensional diperlukan tatakerja yang jelas, sehingga
meminimalkan terjadinya overlapping dalam pelaksanaan tugas. Menurut Buclet dan Olivier 2001: 307 bahwa tata kerja organisasi merupakan variabel kunci yang krusial dalam evolusi
manajemen persampahan untuk kota setingkat kabupaten.
C. Ketersediaan Sumber Daya Manusia SDM
Salah satu kendala yang dihadapi UPT PK dan PBK Kabupaten Gunungkidul dalam melayani persampahan adalah keterbatasan SDM yang dimiliki. Saat ini UPT PK dan PBK
mempunyai 96 personal yang menangani persampahan, terdiri dari 10 PNS dan sisanya adalah tenaga kontrak. Untuk tahun 2008 jumlah tenaga kontrak tersebut oleh pemda dikurangi 26
personal karena sudah berusia lanjut dan juga karena keterbatasan anggaran. Kondisi ini tentunya menyulitkan Kepala UPT PK dan PBK dalam mengalokasikan SDM dalam pelaksanaan pelayanan
kepada masyarakat. “Bagaimana saya nggak pusing, saya tahun lalu mengusulkan kekurangan
personal sebanyak 66 orang dan belum dikabulkan. Tahun ini personal saya malah dikurangi 26 karena usianya lanjut dan juga karena keterbatasan
anggaran. Ada juga tenaga kontrak saya yang diangkat menjadi CPNS tapi nggak dikembalikan kesini. ” [IP-036-1]
Hal ini selain menunjukkan keterbatasan personal yang dimiliki UPT PK dan PBK, juga menunjukkan bahwa perhatian regulator terhadap pengelolaan sampah di Gunungkidul masih
rendah. Kondisi keterbatasan ini bisa menjadi faktor pendorong pengelolaan sampah nonkonvensional, karena dalam pengelolaan sampah nonkonvensional tersebut banyak melibatkan
kelompok masyarakat khususnya dalam mengelola sampah kawasan mereka sendiri sehingga akan mengurangi beban tugas UPT PK dan PBK. Menurut Yarianto et.al 2005: 2 pemberian otoritas
lxxvi pada struktur masyarakat untuk dapat menangani sampah secara terpadu akan mengurangi beban
biaya, tenaga dan waktu. Proses pelibatan masyarakat secara partisipatoris akan menempatkan pengelolaan sampah skala kawasan menjadi ujung tombak bagi solusi penanganan sampah
perkotaan.
D. Kinerja Sumber Daya Manusia SDM
Kinerja SDM pelaksana pelayanan persampahan saat ini menurut pengamatan di lapangan cukup bagus. Hal ini dapat dilihat langsung dari kondisi lapangan yang menunjukkan
kota yang bersih. Hal ini dibuktikan dengan pendapat masyarakat tentang pelayanan persampahan yang sebagian besar menyatakan kepuasannya, sehingga kinerja yang baik ini bisa menjadi
penghambat pengelolaan sampah nonkonvensional, karena dengan kinerja yang telah diperoleh saat ini dan masyarakat yang telah puas maka akan sulit menyosialisasikan pengelolaan sampah
nonkonvensional.
4.1.3 Aspek Pembiayaan