Persepsi Masyarakat terhadap IKDU

xcv “...termasuk pemanfaatan sampah itu, ternyata orang yang pekerjaannya hanya menerima sampah itu bisa kaya raya, kalau sampah itu dikelola dengan baik.” [TM-0410-1] “Harapannya memang kami ingin sampah itu bisa dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga sampah itu bisa menjadi komudite yang perlu dicari sehingga bisa menopang kegiatan lain. Itu, itu harapannya…” [TM-0413-1] “Kalau masalah daur ulang, prinsipnya kami setuju. Karena mengenai masalah pengurangan sampah ini menjadi tanggung jawab masyarakat. Tinggal bagaimana kita memberikan pengertian kepada masyarakat untuk berpartsisipasi tentang hal ini..” [IP-025-1] Kondisi ini dapat menjadi faktor pendorong pengelolaan sampah nonkonvensional, karena baik masyarakat maupun pemerintah daerah telah mempunyai persepsi yang sama tentang daur ulang sehingga akan lebih mudah memahami dan berperanserta dalam pengelolaan sampah nonkonvensional. Menurut Satori 2006: 1 untuk mewujudkan upaya minimisasi sampah dengan cara pendaurulangan maka paradigma bahwa sampah merupakan sosok materi yang tidak berguna harus diubah menjadi sampah merupakan sosok materi yang memiliki nilai guna. Selanjutnya perlu dikembangkan pemikiran- pemikiran tentang bagaimana upaya-upaya pemanfaatan nilai guna yang terkandung dalam sampah tersebut.

I. Persepsi Masyarakat terhadap IKDU

Konsep pengelolaan sampah yang banyak dikembangkan saat ini adalah IKDU. Berdasarkan best practice pengelolaan sampah di beberapa daerah yang paling banyak keberhasilannya adalah yang berskala kawasan. Dengan konsep IKDU diharapkan mempunyai banyak nilai tambah, baik bagi warga masyarakat yang dilayani maupun bagi pengelolanya sendiri. Persepsi masyarakat terhadap IKDU adalah 48 menyatakan ‘Sangat Setuju’, 50,67 xcvi 36 38 1 5 10 15 20 25 30 35 40 Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Tidak Tahu menyatakan ‘Setuju’ dan 1,33 menyatakan ‘Tidak Setuju’. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.11 di bawah ini: Sumber: Hasil Kuesioner, 2008 GAMBAR 4.11 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP IKDU Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyetujui konsep ini, karena di Kabupaten Gunungkidul ada beberapa kelompok masyarakat yang telah melakukan pengelolaan sampah kawasan, sehingga konsep pengelolaan sampah skala kawasan dengan pendaurulangan sudah dipahami responden. Hal ini diperkuat oleh pendapat narasumber sebagai berikut: “...kalau memang disini mau didirikan industri daur ulang, ya saya setuju sekali, itu bisa mengurangi pengangguran. Disini kan masih banyak pemuda- pemuda yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, kan itu bisa direkrut menjadi tenaga kerja..” [TM-035-1] “Kami dari dewan setuju terhadap konsep ini. Namun perlu kita atur dulu itu. Soalnya sekarang kan sudah banyak pokmas di Gunungkidul yang mengelola sampah. Jadi perangkat lunaknya kita buat dulu, supaya nanti tidak ada permasalahan di kemudian hari. Yang namanya menyangkut tentang keuangan itu kalau tidak ada aturan yang jelas bisa repot nanti. Termasuk masalah retribusinya. Kalau konsep IKDU itu dijalankan, retribusi kebersihan untuk wilayah yang dilayani IKDU ya seharusnya masuk ke IKDU. Nah, ini kan perlu diatur dulu yang jelas..” [IP-026-1] Hal ini dapat menjadi faktor pendorong pengelolaan sampah nonkonvensional. Menurut Satori 2006: 2 salah satu penyebab belum signifikannya pendaurulangan sampah baik organik maupun anorganik dalam upaya minimasi sampah saat ini adalah kurangnya sosialisasi, sehingga pemahaman masyarakat tentang manfaat kegiatan daur ulang, baik dari segi lingkungan maupun ekonomi masih rendah. xcvii 8 20 18 28 1 5 10 15 20 25 30 Sangat Membantu Mengurangi Sampah Membantu Mengurangi Sampah Cukup Membantu Mengurangi Sampah Mengganggu Keamanan Tidak Tahu

J. Keberadaan Pemulung dan Pengusaha Barang Bekas