Daya Tampung TPA Tingkat Pelayanan Persampahan

lxx

BAB IV ANALISIS PROSPEK PENGELOLAAN SAMPAH

NONKONVENSIONAL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Sampah Nonkonvensional

Pengelolaan sampah nonkonvensional secara teoritis dipengaruhi oleh lima aspek, yaitu sistem teknik operasional, sistem kelembagaan, sistem pembiayaan, sistem peraturan dan peran serta masyarakat. Masing-masing aspek terdiri dari beberapa variabel yang mempengaruhi prospek pengelolaan sampah nonkonvensional. Secara lebih rinci masing-masing variabel dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui potensi masing-masing variabel dalam prospek pengelolaan sampah nonkonvensional.

4.1.1 Aspek Teknik Operasional

A. Daya Tampung TPA

Berdasarkan pengamatan di lapangan, kondisi TPA Wukirsari yang terletak di Desa Baleharjo Kecamatan Wonosari saat ini sudah penuh, namun masih memungkinkan untuk dioperasikan dengan catatan harus ada alat berat sebagai sarana untuk melancarkan pembuangan sampah di TPA. Hal ini disebabkan karena apabila dilihat dari pintu masuk TPA memang kelihatan telah penuh, tetapi di dalam lokasi TPA yang jauh dari pintu masuk sebenarnya masih banyak terdapat ruang kosong untuk pembuangan sampah, namun truk sampah sulit mencapai lokasi tersebut karena terhalang sampah. Apabila menggunakan alat berat, sampah yang berada di jalur masuk truk sampah dapat didorong ke lokasi yang masih kosong sehingga truk sampah bisa masuk untuk membuang sampah di tempat yang ditentukan. Kondisi ini bisa menjadi pendorong perubahan paradigma pengelolaan sampah karena dengan paradigma pengelolaan sampah nonkonvensional keterbatasan ini dapat diatasi. Menurut Yunarti 2004: 47, salah satu manfaat dari pengelolaan sampah sistem zero waste adalah mengurangi kertergantungan pada TPA serta menghematmengurangi kebutuhan lahan TPA. “...telah penuh, truk sampah sudah tidak bisa masuk ke dalam lokasi TPA sehingga sampah meluber keluar area. Ini sudah berulangkali menjadi lxxi masalah, penduduk sering protes karena kegiatan mereka di ladang terganggu.” [IP-031-1] “Sebaiknya memang dicarikan solusi agar usia TPA itu bisa lebih panjang, karena seperti di daerah kita ini kan sulit cari TPA walaupun masih banyak lahan. Soalnya pasti banyak masyarakat sekitar me-nentang, termasuk disepanjang jalur TPA itu. Wong kita mau buat TPS saja mereka sudah menentang, apalagi TPA.” [IP-034-1]

B. Tingkat Pelayanan Persampahan

Tingkat pelayanan sampah di Kabupaten Gunungkidul saat ini baru mencapai 16 Bappeda Gunungkidul, 2008: 14. “Harapan saya sebagai anggota masyarakat, pengelolaan sampah itu untuk bisa ditingkatkan sehingga tidak akan menimbulkan problem di-tengah-tengah masyarakat…” [TM-045-1] “Sebab nanti makin lama akan makin berat problemnya, makin ramai kotanya nanti makin banyak sampahnya.” [TM-048-1] Kondisi ini menjadi pendorong prospek pengelolaan sampah nonkonvensional karena semakin ke depan tugas dan tanggung jawab UPT PK dan PBK akan semakin besar seiring bertambahnya penduduk dan semakin bervariasinya kegiatan masyarakat yang akhirnya akan menambah volume sampah Syafrudin, 2006: 2. Dengan sarana yang relatif tetap salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan adalah menggunakan konsep zero waste, karena dengan konsep ini akan melibatkan kelompok masyarakat yang saat ini sudah cukup banyak di Gunungkidul, untuk mengelola sampah kawasan mereka khususnya kawasan pemukiman, perkantoran dan kawasan sekolah. Apabila telah banyak pokmas yang terlibat dalam pengelolaan sampah kawasan tersebut akan banyak membantu mengurangi beban tugas UPT PK dan PBK sehingga sarana yang ada dapat digunakan untuk melayani wilayah lain yang saat ini belum terjangkau pelayanan. Hal ini akan mengoptimalkan operasi sarana transportasi serta mengurangi biaya pengangkutan ke TPA Bebassari dalam Yunarti, 2004. C. Volume Timbulan Sampah Volume timbulan sampah di Kabupaten Gunungkidul relatif kecil untuk ukuran ibukota kabupaten. Sampai saat ini belum ada masalah yang krusial berkaitan dengan volume sampah. lxxii “...di Gunungkidul belum ada permasalahan krusial tentang volume sampah ini. Sebagian masyarakat kan masih memiliki lahan yang cukup untuk membuang sampah...” [IP-022-2] Hal ini menjadi faktor penghambat prospek pengelolaan sampah nonkonvensional karena untuk merubah paradigma diperlukan peran pemerintah khususnya dalam regulasi. Sampai saat ini pihak regulator belum memprioritaskan pengelolaan sampah karena timbulan masih relatif kecil dan belum ada masalah yang serius terhadap volume timbulan sampah. Tanpa regulasi yang jelas maka peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah tidak akan terpadu dengan sistem pengelolaan sampah yang telah ada, sehingga apabila hal ini terjadi maka pengelolaan tidak akan efektif.

D. Ketersediaan Sarana