2.3. Jenis Audit
Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens, Amin Abadi Jusuf dalam buku jasa audit dan assurance 2011 : 16 yang telah diterjemahkan oleh
Desi Fitriani, mengemukakan tiga jenis audit, yaitu audit laporan keuangan , audit operasional, dan audit kepatuhan.
2.3.1. Audit Laporan Keuangan
Menurut William C. Boynton, Raymon N Johnson dan Walter G. Kell yang diterjemahkan oleh Budi S. I 2003 : 7 audit laporan keuangan mencakup
perolehan dan pengevaluasian bukti-bukti atas laporan keuangan entitas yang menjadi dasar untuk menyatakan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Menurut Yusuf 2001 : 6 menyatakan audit atas laporan keuangan
adalah salah satu bentuk jasa astestasi yang dilakukan auditor. Dalam pemberian jasa ini, auditor menerbitkan laporan tertulis yang berisi peryataan pendapat
apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku umum.
Menurut Boynton dan Kell 2003 Tujuan dari audit biasa atas laporan keuangan oleh auditor independen
adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil operasi, serta arus kas sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Langkah- langkah untuk mengembangkan tujuan audit :
1. Memahami tujuan dan tanggung jawab audit
2. Membagi laporan keuangan menjadi berbagai siklus
3. Mengetahui asersi manajemen tentang laporan keuangan
Universitas Sumatera Utara
4. Mengetahui tujuan audit umum untuk kelas transaksi, akun, dan
pengungkapan 5.
Mengetahui tujuan audit khusus untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan
Dalam PSA no. 02 IAI, 2001 : 110.1 dinyatakan bahwa : Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen
adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha, dan arus kas yang sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau
apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan telah dilaksanakan berdasarkan standar
auditing yang telah ditetapkan Ikatan Akuntansi Indonesia. Menurut Mulyadi 2002 di dalam laporan keuangan dapat terjadi
kemungkinan adanya “information risk”, resiko ini menunjukkan kemungkinan informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan usaha tidak tepat.
Resiko informasi tersebut disebabkan karena adanya kemungkinan tidak akuratnya laporan keuangan organisasi yang bersangkutan.
Menurut Mulyadi 2002 dalam bukunya : Kondisi masyarakat yang kompleks menjadi penyebab terdapat
kemungkinan pengambil keputusan memperoleh informasi yang tidak dapat dipercaya dan tidak dapat diandalkan. Penyebab information
risk tersebut adalah : a.
Jauhnya sumber informasi Informasi yang diperoleh pengambil keputusan sulit didapatkan
secara langsung dari partner usaha, biasanya diperoleh dari pihak lain, hal ini akan menimbulkan ketidaktepatan informasi.
Keterbatasan akses terhadap data akuntansi bagi pemakai laporan keuangan meliputi kendala waktu, ketelitian dan tenaga. Pemakai
laporan keuangan kemudian lebih mempercayakan kepada pihak auditor independen untuk memeriksa laporan keuangan.
b. Motif penyedia informasi
Adanya motif tertentu pihak penyedia informasi yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyajian informasinya.
Penyebab dari hal ini adalah karena adanya kepercayaan yang sangat tinggi mengenai harapan masa depan dan juga karena
adanya unsur kesengajaan memberi kesan baik kepada pihak lain.
Universitas Sumatera Utara
Hal tersebut menjadikan informasi tidak benar, ketidakteraturan ini dapat berupa mark-up angka, dan penjelasan tidak memadai.
c. Banyaknya data
Luasnya usaha organisasi membuat semakin kompleks dan banyaknya transaksi usaha. Jika setiap departemen yang ada dalam
organisasi tersebut tidak memiliki prosedur yang tepat dalam menjalankan usahanya, kemungkinan kesalahan baik kecil maupun
besar tidak dapat terdeteksi, sehingga menyebabkan menumpuknya kesalahan yang akan berefek pada ketidaktepatan pencatatan
informasi dalam pembukuan. Hal ini akan membuat ketidakakuratan laporan keuangan.
d. Kompleksitas transaksi
Perkembangan perusahaan yang pesat membuat transaksi keuangan semakin kompleks, dan semakin sulit untuk dicatat dengan baik.
Peraturan akuntansi yang bersinggungan dengan entitas lain membuat masalah menjadi penting dan sulit. Penyajian laporan
keuangan yang semakin kompleks karena dunia bisnis yang selalu berkembang pesat mengakibatkan semakin tingginya resiko
kesalahan interprestasi dan penyajian laporan keuangan. Masalah ini tentunya akan mempengaruhi pemakai laporan keuangan yang
semakin sulit dalam mengevaluasi kualitas laporan keuangan. Oleh karena itu audit laporan keuangan diperlukan untuk memastikan
kualitas laporan keuangan yang telah dibuat manajemen.
e. Perbedaan kepentingan
Manajemen akan berusaha agar laporan keuangan memperlihatkan kinerja yang baik, dengan meningkatkan laba dengan mengubah
perlakuan akuntansi. Para pemakai laporan keuangan memiliki kepentingan lain yang berbeda dengan manajemen, dimana
pemegang saham mengharapkan deviden besar, tapi kreditur lebih senang jika tidak ada pembagian deviden. Sehingga dibutuhkan
kepastian laporan keuangan yang bebas dari konflik kepentingan. Laporan keuangan perlu di audit untuk menentukan kewajaran
laporan keuangan. Audit laporan keuangan diperlukan unuk meningkatkan keyakinan pemakai laporan keuangan.
2.3.2. Audit Operasional