Melalui simbol usaha ini, Komunitas Street Punk Gonzo selain sebagai alat pemenuhan kebutuhan sehari-hari, kegiatan ini memiliki makna lain. Menurut
mereka kegiatan ini bukan hanya sekedar aktivitas usaha seperti hal nya pedagang lainnya dengan tujuan memperoleh uang, namun lebih jauh sebagai wujud simbol
perlawanan untuk membuktikan bahwa Punk yang selama ini di identik dengan stigma negatif dalam kehidupan masyarakat sebagai sampah masyarakat, pemalas,
atau orang-orang kelas bawah yang hanya dapat hidup dengan bermodalkan belas kasihan orang lain, kini bukan lagi demikian. Kegiatan ini menyuarakan bagi
masyarakat di sekitarnya bahwa Punk dapat berdiri secara mandiri, berkarya dengan menghasilkan produk dan usaha yang tidak sama dengan masyarakat
lainnya, sesuai dengan ideologi yang dipahami dalam Punk itu yaitu Do It Yourself berdiri atas diri sendiri.
Hal ini seperti pernyataan informan Budi 25 tahun sebagai berikut: “…memang jualan sama kayak yang lain. Tapi kami jualan ini
modal sendiri, bukan utang atau digaji orang. Barang-barang nya juga kami buat sendiri ini kebanyakan. Paling poster, sama
ada yang lain itu dikit yang dibeli. Yang lainnya buat se ndiri. Pikiran orang kan selama ini anak-anak Punk itu cuma ngamen
aja tau nya, cuma mengharapkan belas kasihan orang. Tapi bukan itu aja. Ini lah contohnya, biar orang-orang yang liat tau
aja. Gak perlu kerja kantoran pakai dasi, PNS atau apalah itu kalo kita sendiri gak nyaman, kerja dibawah tekanan. Ya
memang aku karena gak ada kerjaan juga dulu, paling ngamen aja. Makanya kawan-kawan nyuruh aku yang jaga ini, lagipula
aku pande natto. Kerjaan susah zaman sekarang ini, harus minimal ijazah SMA lah, baju rapi lah, ada lagi yang pake
duit….”
4.4.5 Kegiatan sebagai Representasi Makna dalam Komunitas Street Punk
Gonzo
Saat berinteraksi, aktor ingin menampilkan perasaan diri yang dapat diterima oleh orang lain. Tetapi, ketika menampilkan diri, aktor menyadari bahwa
Universitas Sumatera Utara
anggota audien dapat mengganggu penampilannya. Karena itu aktor menyesuaikan diri dengan pengendalian audien, terutama unsurnya yang dapat
menggangu. Aktor berharap perasaan diri yang mereka tampilkan kepada audien akan cukup kuat mempengaruhi audien dalam menetapkan aktor sebagai tokoh
yang dibutuhkan. Aktor pun berharap ini akan menyebabkan audien bertindak secara sengaja seperti yang diinginkan aktor dari mereka.
Begitu juga dengan Komunitas Street Punk Gonzo yang memiliki beberapa kegiatan sosial yang sering dilakukan di tengah-tengah masyarakat
sebagai bagian dari bentuk simbol perlawanan dalam komunitas tersebut. Perilaku tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi masyarakat di sekitarnya
untuk mencerminkan stigma positif keberadaan mereka di tengah kehidupan masyarakat. Perilaku tersebut adalah “polisi gopek” dan menggunakan “gelek”
secara bersama-sama. “Polisi gopek” adalah kegiatan mengatur jalan lalu lintas seperti hal nya
polisi Satlantas yang bertugas mengatur lalu lintas dan berusaha untuk mendapatkan upah dari pengemudi kendaraan dengan sukarela. Dalam penelitian
ini, kegiatan “polisi gopek” di perempatan antara Jalan Letda Sudjono dan Jalan Mandala By Pass biasa dilakukan anggota-anggota Komunitas Street Punk Gonzo
ketika terjadi kemacetan lalu lintas, dan tidak adanya petugas Satlantas di lokasi tersebut. Menurut komunitas ini, perilaku itu di ibaratkan sebagai sebuah simbol
perlawanan yang sarat makna yaitu untuk menyinggung para aparatur pemerintah yang seharusnya menjalankan tugas dan peran dalam mengatur lalu lintas dalam
hal ini Polisi Satuan Lalu Lintas, kini diambil alih oleh masyarakat yang tidak
Universitas Sumatera Utara
seharusnya memberikan pelayanan tersebut. Hal ini seperti yang disampaikan informan Ariadi Purba 23 tahun seperti:
“…kadang juga kalo lagi macet-macetnya disini, tengah hari panas gitu bang, mana mau polisi-polisi itu ngatur lalu lintas ini.
Selo dia di kede sebrang itu santai. Kawan-kawan ini lah turun tangan langsung jadi “polisi gopek”, lumayan lah ada yang
ngasi juga. Tapi itu kan sebenarnya sindiran juga kalo dia merasa kan bang. Tugas dia itu, ini malah gak tau
tanggungjawab…”
Kegiatan lainnya yaitu menggunakan “gelek”. “Gelek” sendiri merupakan istilah lain yang biasa digunakan dalam Komunitas Street Punk Gonzo untuk
menyebutkan salah satu jenis narkotika yaitu ganja. Barang ini biasa digunakan Komunitas Street Punk Gonzo secara bersama-sama diiringi dengan minuman
alkoho l ketika anggota-anggota dalam komunitas sedang berkumpul, serta penghasilan yang mereka peroleh seharian mendapatkan lebih. Penggunaan
“gelek” secara bersama-sama ini menurut Komunitas Street Punk Gonzo dimaknai sebagai bentuk simbol solidaritas di dalam kelompok internal mereka. Dengan
berkumpul, akan tercipta rasa persaudaraan yang solid diantara anggota-anggota dalam komunitas tersebut. Hal ini seperti pernyataan informan Ariadi Purba 23
tahun: “…kadang juga kalo lagi macet-macetnya disini, tengah hari
panas gitu bang, mana mau polisi-polisi itu ngatur lalu lintas ini. Selo dia di kede sebrang itu santai. Kawan-kawan ini lah turun
tangan langsung jadi “polisi gopek”, lumayan lah ada yang ngasi juga. Tapi itu kan sebenarnya sindiran juga kalo dia
merasa kan bang. Tugas dia itu, ini malah gak tau tanggungjawab. Ada lagi bang?. Oh kalo begelek disini itu uda
biasa lah, apalagi kalo banyak duit orang ini hasil ngamen dapat. Disini pun kalo make, minum rame-rame, abg liat lah kan
santing-santingan. Itu makanya kami ini saudara semua. Satu rasa semua ini”
Universitas Sumatera Utara
4.5 Proses Terbentuknya Simbol-Simbol Perlawanan Sebagai Proses