4.3.2 Latar Belakang Menjadi Seorang Punker
Menjamurnya Punker di Indonesia tidak terlepas dari dua faktor yang sangat fundamental yaitu faktor sosial dan faktor ekonomi. Adapun faktor yang
pertama yaitu faktor sosial dapat di lihat munculnya “gap” atau jurang pemisah antara masyarakat miskin dan masyarakat menengah keatas atau biasa disebut
dengan kesenjangan sosial. Sedangkan faktor ekonomi yaitu Punk di Indonesia di dominasi oleh remaja yang secara finansial cenderung ke bawah, para remaja
kelas bawah yang tidak memiliki harapan di masa depan. Analisadaily.2012.
Eksistensi Punk dan Moralitas Bangsa Indonesia. Diakses dari http:www.analisadaily.com.
Seiring perkembangannya, masyarakat yang tergabung atau memilih menjalani hidup sebagai seorang Punker memiliki latar belakang yang berbeda-
beda. Selain karena faktor sosial dan ekonomi, dari penelitian yang telah dilakukan pada Komunitas Street Punk Gonzo ditemukan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi masyarakat untuk memilih dan menjalani hidup sebagai seorang Punker, antara lain:
4.3.2.1 Faktor Keluarga
Keluarga merupakan institusi yang paling mendasar dan penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi manusia. Hal ini dimungkinkan karena
berbagai kondisi yang dimiliki keluarga. Pertama, keluarga merupakan kelompok primer yang selalu tatap muka di antara anggotanya, sehingga dapat selalu
mengikuti perkembangan anggota-anggotanya. Kedua, orangtua mempunyai kondisi yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
hubungan emosional di mana hubungan ini sangat diperlukan dalam proses sosialisasi. Ketiga, adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendirinya
orangtua mempunyai peranan penting terhadap proses sosialisasi anak Narwoko, 2004: 92.
Individu memperoleh sosialisasi mengenai kehidupan sehari-hari pertama kali dari keluarga. Faktor keluarga baik keluarga inti ayah dan ibu dan keluarga
batih kerabat juga mempengaruhi seseorang dalam memutuskan sesuatu. Tugas pengasuhan ini umumnya dilakukan oleh orangtua biologis anak ayah dan ibu,
namun bila orangtua biologisnya tidak mampu melakukan tugas ini, maka tugas tersebut diambil alih oleh kerabat dekat termasuk kakek, nenek, orangtua angkat,
atau oleh institusi pengasuhan sebagai alternative care. Hal ini juga berkaitan erat terhadap sikap seseorang anak terhadap pengetahuan dalam bersikap dan
bertingkah laku yang ia dapat di dalam keluarganya. Salah satunya, nilai tentang menjalani kehidupan yang berbeda-beda pada setiap individu berdasarkan
sosialisasi yang ia peroleh. Keluarga yang memiliki pengetahuan tentang Punk akan menjalankan setiap aktivitas sehari-harinya sesuai dengan ideologi yang
dipahami seperti Anti kemapanan, Do It Yourself berdiri diatas diri sendiri dan Anarchy kebebasan tanpa penguasa. Hal ini akan dijadikan budaya atau
kebiasaan bagi anggota keluarga, sehingga seorang anak akan merasa memiliki kewajiban dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Punker. Hal ini
diungkapkan oleh informan Ariadi 23 tahun sebagai berikut: “Aku sebelumnya tinggal di Binjai bang, disana juga ada
Komunitas Punk. Waktu itu pula aku mulai tertarik dengan Punk tapi belum menjalani hidup sebagai Punker. Waktu Kedua
Orangtuaku meninggal sewaktu SMP, aku ikut nenek dan paman ke Tembung Pasar X. Kebetulan pula pamanku juga Punker, aku
Universitas Sumatera Utara
belajar dari pamanku. Disaat itu pula aku mulai belajar dan mengenal lebih jauh tentang kehidupan Punk”
Selain faktor keluarga yang dilihat memiliki fungsi sebagai sosialisasi, faktor keluarga lainnya yang mempengaruhi seseorang individu atau anak untuk
memilih untuk menjalani kehidupan sebagai seorang Punker juga disebabkan oleh fungsi-fungsi lainnya di dalam keluarga yang tidak berjalan dengan baik. Fungsi-
fungsi yang harusnya diperoleh anggota keluarga di dalam sebuah keluarga seperti fungsi proteksi, fungsi kasih sayang, fungsi kenyamanan, dan juga fungsi
rekreasi yang berjalan tidak sempurna di dalam keluarga menyebabkan disfungsi, sehingga seseorang anggota dalam keluarga yang tidak siap akan kondisi
disfungsi tersebut akan mencari solusi atau merespon dengan berbagai tindakan baik dengan melakukan perlawanan maupun mencari lingkungan baru yang dapat
memberikan fungsi yang sama dengan lingkungan sebelumnya keluarganya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan, Simon 23 tahun seperti:
“Dulu menjadi Punk kayak sekarang bukan kemauan ku lae. Keluarga ku sudah berantakan. Bapak mamak uda pisah, kakak
dan adek ku sama saudara. Aku yang hidup di jalanan gini. Tapi aku gak nyesal. Capek juga aku liat ribut dirumah makanya
lebih nyaman sekarang. Lebih damai”
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan, Muktar Lubis 51 tahun sebagai berikut:
“Saya rasa anak-anak muda itu rata-rata putus sekolah, akhirnya mencari pelarian ke jalan. Atau mungkin juga orangtua
yang terlalu keras dalam membimbing sehingga anak memberontak”
Universitas Sumatera Utara
4.3.2.2 Faktor Lingkungan Pergaulan