dampak negatifnya yaitu perilaku Komunitas Punk yang kerap kali diidentikkan negatif dengan kelompok tersebut seperti menggunakan
narkotika dan meminum minuman beralkohol di tengah-tengah keramaian umum, sehingga menciptakan label negatif secara terus-menerus bagi
masyarakat.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian mengenai makna simbolik dalam Komunitas Street Punk Gonzo adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya masyarakat yang memilih menjalani hidup seorang Punker
ataupun dalam bentuk Komunitas Punk mulai meninggalkan perilaku ataupun aktivitas yang kerap kali mendiskreditkan Punk itu sendiri dalam
kehidupan masyarakat seperti menggunakan narkoba, mabuk-mabukan, ugal-ugalan, kotor, vandalis, serta beragam kegiatan yang dapat
memperpanjang ataupun menambah citra negatif Punk selama ini.
2. Komunitas Punk khususnya Komunitas Street Punk Gonzo harus lebih
menunjukkan karya-karya nyata dan menciptakan lebih banyak lagi bentuk-bentuk simbol perlawanan lainnya yang lebih positif dihargai oleh
masyarakat. Serta dalam internal Komunitas Street Punk Gonzo khususnya bagi Punker yang telah memahami idelogi Punk secara mendalam, perlu
menanamkan pemahaman tentang idelogi-idelogi tersebut kepada anggota- anggota komunitas lainnya yang belum memahami idelogi Punk, sehingga
komunitas ini dapat terus eksis agar tidak hanya dianggap sebagai
Universitas Sumatera Utara
komunitas kontemporer yang lahir karena tren belaka dan akan
menghilang seiring perkembangan zaman.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Interaksionisme Simbolik
Menurut seorang filsuf Amerika pada awal abad ke-19, George Herbert Mead, orang tak hanya menyadari orang lain tetapi juga mampu menyadari
dirinya sendiri. Dengan demikian orang tidak hanya berinteraksi dengan orang lain, tetapi secara simbolis dia juga berinteraksi dengan dirinya sendiri. Interaksi
simbolis dilakukan dengan menggunakan bahasa, sebagai satu-satunya simbol yang terpenting, dan melalui isyarat. Simbol bukan merupakan fakta-fakta yang
sudah jadi, simbol berada dalam proses yang berkelanjutan. Proses penyampaian makna ini yang merupakan pokok dari sejumlah analisa kaum interaksionis
simbolis. Bagi Mead, pokok permasalahan sosiologi adalah interaksi para aktor yang terorganisir dan terpola di dalam situasi-situasi sosial Poloma, 2010: 257.
Blumer mengutarakan tentang tiga prinsip utama interaksionisme simbolik dalam Symbolic Interactionism: Perspective and Method, yaitu tentang
pemaknaan meaning, bahasa language, dan pikiran thought. Premis ini nantinya mengantarkan kepada konsep diri seseorang dan sosialisasinya kepada
komunitas yang lebih besar yakni masyarakat. 1.
Blumer mengajukan premis pertama, bahwa human act toward people or things on the basis of the meanings they assign to those people or things.
Maksudnya ialah manusia bertindak atau bersikap terhadap manusia yang lainnya pada dasarnya dilandasi atas pemaknaan yang mereka kenakan kepada
pihak lain tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai contoh, di kota-kota besar jika ada seorang wanita yang berbusana minim sexy ketika mengunjungi sebuah mall, ke tempat-tempat hiburan lain atau
ke acara-acara ekslusif seperti di gedung atau hotel-hetel mewah, maka orang- orang yang berada di lingkungan tersebut akan menganggap itu hal yang wajar
dan sah-sah saja, atau bahkan malah mengagumi karena keberaniannya untuk berbusana seperti itu. Lain hal nya jika seorang yang berbusana minim itu datang
ke desa, atau melakukan aktivitas-aktivitas disana dengan penampilan yang sexy, masyarakat di desa tersebut akan melihat dan memperhatikannya dari atas sampai
bawah dengan tatapan aneh, mereka akan menganggap wanita tersebut tidak mempunyai nilai-nilai kesopanan dan nilai-nilai agama. Maka dapat disimpulkan
bahwa interaksi-interaksi yang terjadi antara wanita berbusana sexy tersebut dengan masyarakat kota dan desa dilandasi dengan pemikiran-pemikiran yang
berbeda. Pemaknaan tentang apa yang nyata bagi kita pada hakikatnya berasal dari
apa yang kita yakini sebagai kenyataan itu sendiri. Karena kita yakin bahwa hal tersebut nyata, maka kita mempercayainya sebagai kenyataan. Dalam contoh yang
sama apabila kita memaknai wanita yang berbusana sexy tersebut sebagai hal yang wajar dan patut dikagumi maka kita menganggap bahwa pada kenyataannya
berbusana seperti itu memang hal yang wajar dan benar dan patut dikagumi, begitu pula sebaliknya.
2. Premis kedua Blumer adalah meaning arises of the social interaction that
people have with each other Pemaknaan muncul dari interaksi sosial yang dipertukarkan di antara mereka.
Makna bukan muncul atau melekat pada sesuatu atau suatu objek secara alamiah. Makna tidak bisa muncul ‘dari sananya’. Makna berasal dari proses
Universitas Sumatera Utara
negosiasi melalui penggunaan bahasa language dalam perspektif interaksionisme simbolik. Di sini, Blumer menegaskan tentang pentingnya
penamaan dalam proses pemaknaan. Sementara itu Mead juga meyakini bahwa penamaan simbolik ini dasar bagi masyarakat manusiawi human society.
3. Premis ketiga Blumer adalah an individual’s interpretation of symbols is
modified by his or her own thought process interpretasi seorang individu mengenai simbol disesuaikan dengan proses pemikiran individu itu sendiri.
Interaksionisme simbolik menggambarkan proses berpikir sebagai perbincangan dengan diri sendiri. Proses berpikir ini sendiri bersifat refleksif.
Walaupun secara sosial kita berbagi simbol dan bahasa yang sama seperti dalam konteks wanita berbusana sexy tadi, belum tentu dalam proses berpikir kita sama-
sama menafsirkannya dengan cara atau maksud yang sama dengan orang lain. Semuanya sedikit banyak dipengaruhi oleh interpretasi individu dalam penafsiran
simbolisasi itu sendiri. Setelah kita paham tentang konsep meaning, language, dan thought saling
terkait, maka kita dapat memahami konsep Mead tentang ‘diri’ self. Konsep diri menurut Mead sebenarnya kita melihat diri kita lebih kepada bagaimana orang
lain melihat diri kita imagining how we look to another person. Kaum interaksionisme simbolik melihat gambaran mental ini sebagai the looking-glass
self dan bahwa hal tersebut dikonstruksikan secara sosial. Dalam konsepsi interaksionisme simbolik dikatakan bahwa kita cenderung
menafsirkan diri kita lebih kepada bagaimana orang-orang melihat atau menafsirkan diri kita. Kita cenderung untuk menunggu, untuk melihat bagaimana
orang lain akan memaknai diri kita, bagaimana ekspektasi orang terhadap diri kita. Oleh karenanya konsep diri terutama kita bentuk sebagai upaya pemenuhan
Universitas Sumatera Utara
terhadap harapan atau penafsiran orang lain tersebut kepada diri kita Scott, 2012: 341.
Dikaitkan dengan teori, Komunitas Street Punk Gonzo ini sesuai dengan namanya yang menonjolkan kata Punk yang merupakan simbol perlawanan
terhadap kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya di masyarakat, mempengaruhi pemikiran dan ekspektasi masyarakat yang mendengar atau
melihat keberadaan mereka. Simbol-simbol perlawanan yang mereka lakukan akan menjadi sorotan dan perbandingan sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan
berkembang di dalam masyarakat.
2.2 Simbol Sebagai Representasi