dan daya kritis masing-masing anggota kelompok sesuai dengan lingkungan di sekitarnya. Hal ini menunjukkan sebuah simbol-simbol harus dipahami dari peran
aktif dan kreatif individu memaknai dunia. Bahwa sebuah simbol-simbol akan mempunyai makna yang berbeda dan tidak ada garansi bahwa simbol akan
berfungsi atau bekerja sebagaimana dicipta namun lebih dilihat bagaimana simbol itu dikreasi.
Representasi makna dalam bentuk simbol-simbol perlawanan Komunitas Street Punk Gonzo dapat dilihat dari:
1. Fashion sebagai representasi makna dalam Komunitas Street Punk
Gonzo. 2.
Musik sebagai representasi makna dalam Komunitas Street Punk Gonzo.
3. Grafity sebagai representasi makna dalam Komunitas Street Punk
Gonzo. 4.
Produk sebagai representasi makna dalam Komunitas Street Punk Gonzo.
5. Kegiatan sebagai representasi makna dalam Komunitas Street
Punk Gonzo.
4.4.1 Fashion sebagai Representasi Makna dalam Komunitas Street Punk
Gonzo
Fashion merupakan bagian kesatuan yang tidak terlepas dari kehidupan sosial. Pada dimensi yang lebih luas, fashion menjadi media untuk
mengeksistensikan ekspresi dan gagasan yang terkadang muncul dalam makna
Universitas Sumatera Utara
yang serba astrak. Melalui dimensi sosial kultural, fashion dijadikan sebagai media komunikasi, promosi, bahkan pembentukan ideologi. Berbagai persoalan
yang muncul dalam kehidupan sosial, dapat direfleksikan melalui produk-produk fashion, sehingga tercipta formulasi komunikasi antara pengguna, maupun
pencipta terhadap orang lain sebagai sasaran dari komunikasi tersebut. Demikian pula dengan fashion yang digunakan Komunitas Street Punk
Gonzo sebagai wujud simbol-simbol perlawanan yang juga memiliki sarat makna tersendiri, sesuai dengan konsensus yang terbentuk di dalam kelompok. Melalui
fashion, Punk secara sadar dan sengaja berupaya untuk menerobos dan mengobrak-abrik struktur sosial dan sistem sosial yang ada di sekitar mereka.
Gaya fashion yang dikenakan oleh Komunitas Street Punk Gonzo tidak serta merta hanya merupakan hasil dari proses imitasi dari budaya Punk yang tumbuh
di luar negeri seperti Inggris maupun Amerika, melainkan tumbuh dan bersinggungan langsung dengan situasi, konteks, dan isu-isu sosial politik di
sekitarnya. Simbol dan makna dalam fashion tersebut antara lain:
Tabel 4.5 Simbol dan Makna dalam Fashion Komunitas Street Punk Gonzo
Simbol Makna
Rambut Mohawk Rambut Mohawk adalah rambut yang dipotong
sangat tipis pada bagian samping, hingga menyisakan rambut diatas hingga belakang kepala.
Simbol ini dimaknai sebagai bentuk perlawanan terhadap segala bentuk penindasan, pembinasaan,
serta segala bentuk yang mengancam. Rambut di Cat
berwarna-warni Rambut di Cat dengan menggunakan cat rambut
berwarna seperti merah, biru, hijau, dan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Simbol ini dimaknai sebagai bentuk keanekaragaman, berbagai macam kultur dalam
masyarakat. Selain itu, simbol ini juga dimaknai sebagai bentuk kecerahan dari masa depan
Komunitas Street Punk Gonzo itu sendiri.
Celana Ketat dan Robek
Celana umumnya yang digunakan anggota Komunitas Street Punk Gonzo adalah celana yang
terbuat dari bahan jeans yang dibuat ketat. Di sela lutut celana juga sengaja dirobekkan.
Simbol celana ketat bermakna sebuah himpitan hidup yang sangat mencekik dan menyiksa
masyarakat miskin. Sedangkan robekan di lutut dimaknai sebagai
bentuk kebebasan bergerak untuk keluar dari jerat himpitan yang menyiksa tersebut.
Tatto Tatto umumnya dimiliki oleh anggota Komunitas
Street Punk Gonzo. Gambar tubuh ini biasa berada di punggung badan, pergelangan tangan dan kaki.
Simbol seni tubuh ini dimaknai sebagai bentuk penguasaan otoritas atas tubuh tanpa ada
intervensi dari pihak manapun.
Jacket Beberapa anggota Komunitas Punk Gonzo
menggunakan jacket untuk menambah penampilan.
Simbol jacket ini dimaknai sebagai lambang kebebasan. Karena di dalam jacket, Punker bebas
berekspresi dan berseni seperti memasang rantai, emblem maupun coretan-coretan berisi
propaganda dan kritik.
Universitas Sumatera Utara
Tindik dan Piercing Tindik dan Piercing juga biasa digunakan anggota
Komunitas Street Punk Gonzo. Kedua aksesoris ini digunakan dengan menembus bagian tubuh dengan
menggunakan “Paku tindik”. Tindik digunakan di telinga, sedangkan piercing digunakan di sekitar
mulut seperti lidah dan bibir. Simbol seni tubuh ini juga dimaknai sebagai
bentuk penguasaan otoritas atas tubuh tanpa ada intervensi dari pihak manapun.
Selain di atas, tindik juga memiliki pemaknaan yang lebih jauh, yaitu semakin lebar tindikan maka
semakin luas dan panjang pula perjalanan perjuangan seorang Punker.
Sepatu Boot Sepatu boot tidak secara umum dimiliki oleh
anggota Komunitas Street Punk Gonzo. Namun, seluruh anggota dalam komunitas menggunakan
sepatu. Sepatu dimaknai sebagai simbol dari arogansi
aparat yang harus dilawan dengan kekuatan yang sama.
Rantai, Kalung, dan Gelang
Aksesoris tubuh ini biasa digunakan anggota Komunitas Street Punk Gonzo.
Penggunaan aksesoris ini dimaknai sebagai simbol solidaritas yang kuat di dalam kelompok.
Resleting Terdapat anggota Komunitas Street Punk Gonzo
yang menggunakan resleting di bagian paling bawah celana tepat pada bagian kaki kanan
maupun kiri. Penggunaan simbol ini dimaknai sebagai bentuk
keterbukaan bagi masyarakat miskin dan menutup untuk pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
Tempelan Emblem Emblem merupakan sticker yang terbuat dari
bahan kain, yang mana anggota Komunitas Street Punk Gonzo sering menempelkannya di baju,
jacket maupun di celana. Simbol penggunaan tempelan emblem ini
dimaknai sebagai simbol kemiskinan sehingga tidak mampu membeli barang baru.
Sumber: Wawancara Penelitian 4.4.2
Musik sebagai Representasi Makna dalam Komunitas Street Punk Gonzo
Musik terkait dengan bahasa. Artinya terkait pada bahasa karena isi dan bentuk teristimewa oleh hubungan bunyi dengan kata-kata. Selain instrumen atau
alat musik yang dimainkan dan vokal dari penyanyi, kekuatan lirik lagu adalah unsur yang penting bagi keberhasilan bermusik. Sebab lewat lirik lagu, pencipta
berusaha menyampaikan apa yang ingin diungkapkannya. Melihat dari kekuatan yang dimiliki sebagai alat untuk menyampaikan pesan secara efektif, musik juga
digunakan sebagai media untuk menyuarakan pesan-pesan perjuangan. Pesan yang disampaikan oleh seorang pencipta lagu tentunya tidak berasal dari luar diri
pencipta lagu tersebut, dalam artian bahwa pesan tersebut bersumber pada pola pikirnya serta kerangka acuan frame of reference dan pengalaman field of
experience sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan sosial di sekitarnya Soekarno, 2006: 176.
Dalam Komunitas Street Punk Gonzo, musik menjadi bagian yang sangat vital dibandingkan simbol-simbol perlawanan lainnya. Hal ini disebabkan, musik
menjadi alat sosialisasi yang lebih mudah dipahami dan dimengerti masyarakat yang mendengarnya. Lewat musik komunitas ini merepresentasikan aspirasi,
Universitas Sumatera Utara
kritik, dan pesan-pesan yang bercerita tentang situasi politik, ekonomi, sosial, dan bahkan masalah agama. Dalam bermusik, Punker lebih mengutamakan lirik-lirik
lagunya dibandingkan teknis dalam bermain musik. Irama musik yang dimainkan dengan beat yang cepat dan menghentak. Selain itu alat musik yang mereka
gunakan juga sederhana, hanya menggunakan alat musik okulele gitar berukuran kecil dan gendang dibuat dengan pipa dan karet ban dalam sepeda motor.
Simbol perlawanan ini biasa mereka lakukan pada saat anggota Komunitas Street Punk Gonzo mengamen, yang merupakan bagian aktivitas sehari-hari dalam
memenuhi kebutuhan. Adapun lirik-lirik lagu yang biasa Komunitas Street Punk Gonzo
nyanyikan sebagai bentuk simbol perlawanan komunitas ini adalah:
“Para Penghianat”
Kami punya teman, kami punya saudara Mereka yang duduk di sana
Duduk manis dan santai Diguyur tahta dan duit yang banyak
Tapi sekarang orang-orang itu Sudah sama seperti tikus-tikus got
Makan sana makan sini Gak peduli saudara apalagi teman
Kami gak perlu tahta apalagi duitmu Hanya tanggungjawab yang perlu kau kerjakan
Ini pesan kami Dari teman dan saudaramu
Buat tikus-tikus got yang duduk santai di sana
“Surga Buta”
Banyak orang di sana-sini Di sekitar kita
Punya mata tapi buta Buta mencari surga
Surga Tuhan katanya Yang nggak tau dimana tempatnya
Universitas Sumatera Utara
Ringan ngasih sumbangan Tapi gak mikir Buat anak istrinya
Buat Surga itu katanya Surga di mana tempatnya
Surga yang mencekik, menjerat orang-orang kecil Atau surga cuma buat orang-orang berduit
Yang ringan ngasih sana-sini
Berdasarkan kedua lirik yang biasa dinyanyikan Punker Komunitas Street Punk Gonzo seperti di atas, terdapat makna sesuai realitas yang ingin disampaikan
komunitas ini terhadap masyarakat di sekitarnya. Pada lirik yang pertama yang berjudul “Para Penghianat”, Komunitas Street Punk Gonzo ingin menyampaikan
berupa kritik khususnya kepada pemerintah, yang bertugas sebagai pengelola pemerintahan untuk secara serius dalam menjalankan tugasnya. Terutama terkait
maraknya kasus korupsi yang terjadi di Indonesia, yang menurut mereka tidak diimbangi dengan kesejahteraan masyarakat dan banyaknya masyarakat miskin.
Menurut Komunitas Street Punk Gonzo pemerintah hanya sibuk mengurusi permasalahan-permasalahan yang besar seperti korupsi, politik, narkoba dan
sederet permasalahan lainnya. Bagi mereka masalah kemiskinan juga harus menjadi prioritas dan ditanggulangi pemerintah. Berikut pemaparan informan
Ariadi 23 tahun sebagai berikut: “…besar korupsi di negara ini, memang itu harus dibinasakan.
Tapi bukan hanya melulu korupsi, narkoba, politik itu-itu aja yang diurusi bang. Masalah orang miskin ini juga masalah
pemerintah. Banyak koruptor ditangkapi, uangnya itu alokasikan buat ngatasi kemiskinan…”
Sedangkan pada lirik yang kedua yang berjudul “Surga Buta”, Komunitas Street Punk Gonzo ingin menyampaikan kritik sosial kepada masyarakat miskin
yang mengaku memiliki agama. Bagi komunitas ini, mereka memandang masyarakat memposisikan agama sebagai segala sesuatu yang benar secara
Universitas Sumatera Utara
absolut. Cara pandang demikian yang menurut komunitas ini membuat masyarakat miskin itu tetap terbelenggu di jalur kemiskinan itu sendiri. Bagi
mereka memiliki agama akan membatasi untuk bergerak dan berekspresi. Pernyataan informan Ariadi Purba 23 tahun sebagai berikut:
“…kalo lagu yang surga buta itu uda lama bang, sebelum pindah kesini kami itu pas masih di aksara. Itu ada dulu bang beni
namanya. Dia yang buat lagu itu. Sekarang gak tau uda kemana, tapi dia yang buat. Kalo dari liriknya ya bang, itu lagunya
karena banyak orang miskin tapi kasarnya ya “gak tau diri”. Uda tau susah buat makan aja, malah sok ngasih sedekah. Binik
sama anaknya aja gak terkasih dia. Maaf ya bang, kami ini gak percaya yang namanya agama. Bagi kami agama itu banyak
aturan...”
4.4.3 Grafity sebagai Representasi Makna dalam Komunitas Street Punk