Seiring perkembangannya, menjamurnya anak Punk atau yang lebih terkenal dengan sebutan Punker di Indonesia termasuk di Kota Medan, tidak
terlepas dari dua faktor yang sangat fundamental yaitu faktor sosial dan faktor ekonomi. Adapun faktor yang pertama yaitu faktor sosial, dapat dilihat munculnya
gap atau jurang pemisah antara si kaya dan si miskin yang biasa disebut kesenjangan sosial. Sedangkan faktor ekonomi yaitu Punk di Indonesia di
dominasi oleh remaja yang secara finansial cenderung ke bawah, para remaja kelas bawah yang tidak memiliki harapan di masa depan. Analisadaily.2012.
Eksistensi Punk dan Moralitas Bangsa Indonesia. Diakses dari http:www.analisadaily.com.
4.3.1 Komunitas Street Punk Gonzo
Komunitas Street Punk Gonzo yang berdomisili di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung mulai eksis di lokasi
tersebut sejak akhir tahun 2014 silam. Komunitas ini sudah terbentuk lama, jauh sebelum komunitas tersebut bermigrasi dari lokasi yang lama yaitu di Jalan
Aksara, Kota Medan. Berpindahnya Komunitas Punk ini dari lokasi Jalan Aksara ke Jalan Mandala By Pass disebabkan oleh terjadinya konflik internal di antara
sesama anggota Komunitas Punk tersebut. Konflik tersebut tidak lain ialah perebutan lokasi mengamen yang biasa Komunitas Punk jadikan sebagai bagian
aktivitas sehari-hari dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Hal ini diungkapkan oleh informan Ariadi Purba 23 tahun sebagai berikut:
“Kami ini dulunya Punker yang di Aksara bang. Tapi, karna ribut diantara sesama Punker, ya kami ngalah lah. Makanya
kami yang pindah ke sini ke lokasi yang sekarang di Jalan Mandala By Pass ini. Tapi gak apa juga lah, bagi-bagi tempat
bagi-bagi rezeki, sama-sama Punk nya. Kawan seperjuangan”
Universitas Sumatera Utara
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan Muktar Lubis 51 tahun sebagai berikut:
“Semenjak setahun belakangan ini anak Punk itu disana saya lihat. Di jalan Mandala By Pass itu di simpang antara Jalan
Letda Sujono dekat pasar Firdaus. Saya dengar dari orang- orang memang, anak- anak Punk itu dari Aksara pindah ke Jalan
Mandala. Mereka pindah
karena keributan masalah wilayah mengamen. Ya, kita tahu lah rata-rata mengamen nya anak Punk
itu. Dari situ nya makan nya….”
Awalnya penamaan komunitas ini sendiri belum terbentuk sebelum komunitas ini bermigrasi dari Jalan Aksara ke Jalan Mandala By Pass. Aktivitas
yang kerap sekali kaitannya dengan stigma yang selama ini di labelkan pada Komunitas Punk seperti mengonsumsi minuman beralkohol dan narkotika
khususnya “Ganja”, juga sering dikonsumsi Komunitas Street Punk Gonzo. Aktivitas ini sering dilakukan secara bersama-sama antar anggota komunitas pada
malam hari di pinggiran toko di sekitar Jalan Mandala By Pass, ketika pendapatan yang mereka peroleh seharian lebih untuk menutupi biaya utama yaitu makan.
Pendapatan itu dihasilkan baik itu melalui mengamen, menjual souvenir, jasa pembuatan tato, dan mengatur lalu lintas atau “Polisi Gopek”. Aktivitas
mengonsumsi minuman beralkohol dan ganja di dalam komunitas ini secara berulang-ulang, secara tidak langsung pula menjadi cikal bakal nama Komunitas
Punk tersebut menjadi Komunitas Street Punk Gonzo. Penamaan “Gonzo” sendiri bukan terpintas atau lahir dari internal komunitas itu sendiri, melainkan melalui
penamaan dan identitas yang diberikan masyarakat sekitar Jalan Mandala By Pass secara berulang dan terus-menerus, berkesesuaian dengan aktivitas mengonsumsi
“ganja”. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan Informan Ariadi Purba 23 tahun sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
“Sebenarnya Gonzo itu artinya Ganja. Itu karena kami disini sering make ganja rame-rame, minum juga bang. Itu kalo kami
lagi kumpul disini, juga kalo ada duit lebih lah sehari ini. Kami sekeluarga ini ngumpul duit semua, berapa yang ada letakkan.
Itu nya kenapa nama kami disini disebut Gonzo. Gak ada arti yang khusus gitu bang…”
Terbentuknya Komunitas Street Punk Gonzo ini didasari akan kesadaran di dalam kelompok, dengan melihat kondisi negara yang semakin kacau dengan
merebaknya korupsi, kriminalitas, kemiskinan, pengangguran, serta beragam persoalan-persoalan lainnya yang terjadi di sekitar mereka. Tidak hanya itu,
kondisi masyarakat di Indonesia yang cenderung mengikuti budaya dominan yang dibentuk oleh pasar menjadikan masyarakat yang mengarah pada sifat materialis
dan kapitalis. Dua persoalan tersebut, menjadi latar belakang konsensus komunitas ini terbentuk.
Masyarakat yang tergabung dalam komunitas ini umumnya berasal dari kelompok usia remaja menjelang dewasa berusia sekitar antara 20-30 tahun.
Sementara itu, untuk jumlah anggota dalam Komunitas Street Punk Gonzo ini tidak dapat diketahui secara pasti jumlahnya dikarenakan status komunitas yang
tidak terdaftar secara formal, serta jumlah anggota komunitas yang tidak stabil. Penambahan maupun pengurangan jumlah tersebut disebabkan oleh kehidupan
Punker yang nomaden, berpindah dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya, justru pula mempertemukan anggota-anggota Komunitas Punk ini di lokasi saat ini.
Namun, berdasarkan informasi yang diperoleh terdapat sekitar 18 orang Punker yang menetap di lokasi tersebut. Beberapa dari mereka berasal dari luar daerah
Kota Medan seperti Kisaran, Rantau Parapat, Binjai, dan Stabat.
Universitas Sumatera Utara
Seiring berkembangnya Komunitas Punk di Kota Medan, berkembang pula jenis kegiatan yang dilakukan komunitas ini. Ide-ide tersebut sebagian
muncul dari adopsi budaya yang berasal dari negara asalnya yaitu melalui fashion dan musik, serta melalui para anggota sendiri bersinggungan dengan
kondisi negara dan lingkungan masyarakat di sekitar mereka. Jenis kegiatan yang dilakukan Komunitas Street Punk Gonzo ini antara lain mengamen, menjual
produk souvenir, pembuatan jasa tatto, mengatur lalu lintas, pesta alkohol dan narkotika, dan lain-lain. Setiap kegiatan yang dilakukan komunitas ini hanya
terbatas pada anggota-anggota komunitas. Untuk bergabung dalam komunitas ini, mereka menerapkan beberapa
tradisi yang harus di lalui setiap anggota untuk menjadi bagian dari kelompoknya. Beberapa tradisi ini telah berlangsung sejak lama dan hampir secara keseluruhan
berlaku bagi Komunitas Punk di Kota Medan. Tradisi itu antara lain; setiap anggota komunitas diharuskan meminum air ludah dari seluruh anggota lainnya di
dalam kelompoknya, dan mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan kelompok di atas kepentingan pribadi terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan makan
sehari-hari. Menurut komunitas ini, tradisi tersebut bertujuan demi membangun solidaritas dan rasa kekeluargaan di antara sesama anggota. Pernyataan ini sesuai
dengan yang disampaikan informan Simon 23 tahun sebagai berikut: “…kami juga punya tradisi untuk bergabung dalam Komunitas
Punk Gonzo ini, harus siap meminum ludah semua Punker disini, juga harus memenuhi kebutuhan kebutuhan bersama disini. Tapi
bukan berarti menjadikan budak, sama-sama mencari untuk bersama. Itu semua buat solidaritas dan kekeluargaan”
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Latar Belakang Menjadi Seorang Punker