Karakteristik Responden Personal Hygiene dengan Kejadian Keluhan Gangguan Kulit

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Jenis kelamin responden menunjukkan bahwa jenis kelamin responden perempuan lebih tinggi dibandingkan jenis kelamin responden laki-laki. Kelompok umur 20 - 29 merupakan kelompok umur paling tinggi pada responden dalam penelitian ini. Dan juga lama perawatan 1 - 5 bulan merupakan lama perawatan reponden yang paling tinggi dibandingkan lama perawatan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian ini, lama perawatan responden mempengaruhi kebiasaan hidup bersih seseorang. Semakin sering pasien penyakit jiwa di rawat dengan benar maka kebiasaan hidup bersihnya juga akan semakin baik pula. Hal ini dukung oleh penelitian Rani 2014 perawat dalam sebagai tenaga kesehatan terdidik mempunyai tanggung jawab untuk dapat memberikan health education kepada keluarga pasien penyakit jiwamengenai pentingnya pelaksaan personal hygiene pada pasien penyakit jiwa mengenai pentingnya pelaksaan dari gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. 5.2 Personal Hygiene Responden 5.2.1 Kebersihan Kulit Responden Kebersihan kulit responden menunjukkan bahwa kebiasaan mandi pasien sebagian besar sudah baik karena sebanyak 33 responden sudah rutin mandi setiap Universitas Sumatera Utara hari. Namun responden hanya sekedar mandi, sebagian besar responden tidak menggosok kulitnya pada saat mandi. Responden hanya sekedar membasuh tubuhnya dengan air namun tidak menggosok kulitnya dengan baik dan benar. Semua responden juga masih mandi dengan sabun yang sama. Penggunaan sabun batang secara bergantian dapat menularkan berbagai penyakit termasuk keluhan gangguan kulit. Perawatan pasien di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mewajibkan seluruh pasiennya untuk mandi dan membersihkan diri setiap harinya, namun karena keterbatasan kejiwaan sebagian pasien ada yang tidak memungkinkan untuk mandi dan membersihkan diri seorang diri sehingga beberapa pasien tidak mandi dan membersihkan diri setiap harinya. Seluruh responden yang mandi setiap harinya, hanya mandi sekali dalam sehari dan biasanya responden mandi di pagi hari menjelang siang setelah melaksanakan kegiatan senam bersama yang di atur oleh perawat rumah sakit jiwa. Namun ada beberapa dari responden yang mandi melebihi sekali dalam sehari karena kejiwaan responden yang tidak menentu. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Depkes RI dalam Mariance 2004 bahwa semakin sering seseorang mandi maka semakin banyak pula usahanya mencegah penyakit yang ditularkan melalui sentuhan kulit. Ananto 2006 mengatakan bahwa cara membersihkan kulit secara keseluruhan umumnya dilakukan dengan mandi, karena mandi berguna untuk mengghilangkan kotoran yang melekat pada permukaan kulit, menghilangkat bau keringat, Universitas Sumatera Utara merangsang peredaran darah dan syaraf, serta mengembalikan kesegaran tubuh.

5.2.2 Kebersihan Tangan dan Kuku Responden

Kebersihan tangan dan kuku responden sebagian besar buruk dengan tidak ditemukannya responden yang mencuci tangan dengan sabun dan dikeringkan dengan lap. Setelah melakukan kegiatan, responden jarang untuk mencuci tangan dan kuku, karena keterbatasan mental para responden tersebut. Setelah melakukan kegiatan responden membiarkan saja tangannya dalam keadaan kotor dan tidak mencuci tangan dan kukunya dengan menggunakan sabun. Perawatan pasien di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mengharuskan seluruh pasiennya memotong kuku seminggu sekali dengan dibantu oleh perawat karena keterbatasan pasien penyakit jiwa, hal ini bertujuan agar terhindarnya hal-hal yang tidak diinginkan seperti digunakannya kuku sebagai alat untuk saling mencakar pasien lain ataupun menyakiti dirinya sendiri karena gangguan kejiwaan pasien yang dapat berubah-ubah setiap waktunya. Setiap minggu perawat Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mengontrol dan melakukan pemotongan kuku pada pasien penyakit jiwa. Menurut Irianto 2007 anggota tubuh yang paling banyak menularkan penyakit adalah tangan karena tangan paling banyak bersentuhan dengan anggota tubuh serta lingkungan sekitar. Kita menggunakan tangan untuk menyentuh anggota tubuh yang lain, seperti mata, wajah, mulut, hidung tanpa sadar sebelumnya kita memegang sesuatu yang kotor dan mengandung kuman penyakit. Lalu menyentuh makanan Universitas Sumatera Utara tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Hal ini dapat menyebabkan penularan bakteri dan virus yang mengakibatkan terjadinya suatu penyakit. Maka dari itu penting sekali menjaga kebersihan tangan agar terhindar dari berbagai penyakit. Menurut Wolf 2000, tangan harus dicuci sebelum dan sesudah melakukan kegiatan apapun seperti sebelum makan, sesudah makan, sesudah buang air besar ataupun buang air kecil ini dapat mencegah terjadinya perkembangan kuman penyakit dan mengurangi kesempatan infeksi. Dalam hal pentingnya mencuci tangan dengan sabun ini mendukung penelitiannya Sajida 2012 yang mengutip dari National Compaign for Handwashing with Soap, yaitu langkah-langkah yang tepat dalam mencuci tangan pakai sabun adalah membasuh tangan dengan air mengalir dan gosokkan kedua permukaan tangan dengan sabun secara merata, dan jangan lupakan sela-sela jari, lalu bilas kedua tangan sampai bersih dengan air yang mengalir dan terakhir keringkan tangan dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering. Hal ini didukung oleh penelitian Desi 2005 yang mengatakan kebersihan tangan dan kuku sangatlah penting karena apabila penderita memiliki kebersihan tangan yang buruk dan kuku yang panjang dapat menyebabkan perkembangan kuman penyakit kulit akibat garukan pada kulit yang infeksi.

5.2.3 Kebersihan Pakaian Responden

Kebersihan pakaian responden sudah termasuk baik karena sebagian besar responden dalam penelitian ini sudah mengganti baju setiap hari. Setelah mandi di Universitas Sumatera Utara pagi hari responden mengganti pakaian mereka dengan pakaian yang bersih yang sudah disiapkan oleh perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Namun ada beberapa responden yang tidak mandi baju setiap hari, dikarenakan gangguan mental yang tidak stabil dan dapat berubah-ubah membuat beberapa responden tersebut mengabaikan perawatan yang diberikan oleh perawat penyakit jiwa. Seluruh pakaian responden juga sudah dijemur dibawah sinar matahari, hal ini dapat mengurangi bakteri-bakteri pada pakaian yang dapat mengakibatkan gangguan keluhan gangguan kulit pada responden. Pertumbuhan jamur yang dapat juga mengakibatkan keluhan gangguan kulit juga akan berkurang karena saat digunakan pakaian dalam keadaan kering. Penyimpanan pakaian bersih juga sudah baik karena perawat menyimpan pakaian yang bersih di tempat penyimpanan yang dapat menghindari pakaian dari tumbuhnya jamur dan bakteri lainnya. Penggantian pakaian responden dilakukan setelah mandi, namun bila ada aktivitas yang membuat responden berkeringat, pakaian tetap saja digunakan tanpa ada penggantian. Responden memiliki baju seragam dari rumah sakit jiwa, namun tidak digunakan setiap hari karena jumlahnya yang tidak mencukupi bila digunakan setiap harinya. Depkes RI 1997 juga menyebutkan untuk mengganti dan mencuci pakaian setiap hari agar terhindar dari penyakit. Irianto 2007 mengatakan seseorang terlihat sehat dan bersih dapat melalui kebersihan pakaiannya. Pakaian yang kotor akan menghalangi seseorang untuk Universitas Sumatera Utara terlihat bersih walaupun sebenarnya seluruh tubuh sudah bersih. Perlu mengganti pakaian secara teratur karena pakaian menyerap keringat dan kotoran yang dapat meyebabkan bau tidak sedap dan timbulnya berbagai penyakit. Sebaiknya ketika hendak tidur pakailah pakaian khusus tidur dan tidak menggunakan pakaian yang digunakan sehari-hari untuk tidur. Selimut, sprei, dan sarung bantal sebaiknya di bersihkan dan diganti secara rutin. Kasur dan bantal dijemur secara rutin pula. Hal ini juga di dukung penelitian Ananto 2006 pakaian berguna untuk melindungi kulit dari kotoran yang berasal dari luar, untuk membantu mengatur suhu tubuh, untuk mencegah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh.

5.2.4 Kebersihan Handuk Responden

Kebersihan handuk yang buruk di Rumah sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan ditemukannya semua responden menggunakan handuk secara bergantian, semua responden juga tidak ada yang menjemur handuk setelah dipakai di bawah sinar matahari dan tidak ada responden yang menggunakan handuk dalam keadaan kering. Responden menggunakan handuk secara bergantian dengan keadaan handuk yang lembab yang dapat mengakibatkan jamur bertumbuh sehingga memungkinkan terjadinya keluhan gangguan kulit pada pasien penyakit jiwa. Menurut Lita 2005, sebaiknya tidak boleh memakai handuk secara bersama-sama karena mudah menularkan bakteri dari penderita ke orang lain. Apalagi bila handuk tidak pernah dijemur dibawah terik matahari ataupun tidak dicuci dalam jangka waktu yang lama maka kemungkinan jumlah bakteri yang ada pada handuk banyak sekali dan sangat beresiko untuk menularkan pada orang lain. Universitas Sumatera Utara

5.2.5 Kebersihan Tempat tidur dan Sprei Responden

Semua responden sudah mengganti sprei 2 minggu sekali. Namun sebagian besar responden belum membersihkan tempat tidur dan spreinya ketika akan digunakan. Sebagian besar responden tidak dapat mengontrol dirinya sendiri sehingga acuh dengan keadaan tempat tidur dan sprei. Keadaan tempat tidur responden dilengkapi oleh sebuah sprei, bantal, dan selimut. Jumlah tempat tidur di ruang bangsal adalah 24 tempat tidur sedangkan jumlah tempat tidur di ruang yang bukan bangsal adalah 4 tempat tidur. Namun ada bebarapa ruangan yang pasien penyakit jiwanya melebihi kapasitas tempat tidur, maka dari itu terkadang sebagian pasien penyakit jiwa tidak tidur di atas tempat tidur. Hal ini juga didukung oleh penelitian Handri 2010 yaitu kasur merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas tidur. Agar kasur tetap bersih dan terhindar dari kuman penyakit maka perlu menjemur kasur 1x seminggu karena tanpa disadari kasur juga bisa menjadi lembab hal ini dikarenakan seringnya berbaring dan suhu kamar yang berubah rubah . 5.3 Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit 5.3.1 Sarana Air Bersih Sarana Air Bersih di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bersumber dari PDAM dan air tanah. Namun penggunaan air tanah lebih dominan karena aliran air dari PDAM yang kecil tidak cukup memenuhi kebutuhan kegiatan di rumah sakit jiwa. Dari pengamatan yang dilakukan dapat dilihat juga bahwa dari 5 penilaian yang dilakukan, Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara memenuhi 4 penilaian 80. Sedangkan 1 penilaian lainnya 20 belum memenuhi penilaian. Dari 4 penilaian yang memenuhi ini yaitu, tersedianya air bersih dan tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan, air tidak berasa, berwarna, dan tidak berbau, sumber air tanahPDAM, dan penampungan airbak dibersihkan seminggu sekali. Sedangkan 1 penilaian yang belum memenuhi adalah penampungan airbak tertutup dan tidak bocor. Keadaan penampungan airbak di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara masih belum memiliki tutup yang dapat mengakibatkan tempat berkembangbiaknya bibit vektor yang dapat menyebabkan penyakit. Keadaan air bersih di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sudh dalam keadaan baik secara fisik yaitu tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau. Hal ini dukung oleh Depkes RI 1990 yang mengatakan secara epidemiologis ada keterkaitan yang erat antara masalah air bersih dengan penyakit kulit, maka oleh sebab itu dengan adanya tingkat cakupan air bersih yang tinggi dapat menurunkan angka penyakit kulit. Dalam kaitan dengan hal tersebut maka seharusnya air bersih yang digunakan harus memenuhi syarat kualitas yang telah ditetapkan. Menurut WHO 2001, air merupakan hal yang paling esensial bagi kesehatan, tidak hanya dalam upaya produksi tetapi juga untuk konsumsi domestik dan pemanfaatannya minum, masak, mandi, dll. Promosi yang meningkat dari penyakit -penyakit infeksi yang bisa mematikan maupun merugikan kesehatan ditularkan melalui air yang sudah tercemar. Sebagian penyakit yang berkaitan dengan air yang bersifat menular, penyakit-penyakit tersebut umumnya diklasifikasikan menurut berbagai aspek Universitas Sumatera Utara lingkungan yang dapat di intervensi oleh manusia.

5.3.2 Sarana Pembuangan Kotoran Jamban

Sarana Pembuangan Kotoran Jamban di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara terdapat di setiap ruang. Masing-masing ruangan memiliki sebuah toilet, namun khusus ruangan bangsal diberi 3 jamban dalam satu toilet sedangkan toilet ruangan yang tidak bangsal hanya diberi satu buah jamban. Pemisahan toilet bagi para medis dan pasien sudah baik, karena sudah terpisah. Begitupun pemisahan untuk toilet pria dan wanita di lingkungan umum rumah sakit jiwa sudah baik. Jamban yang digunakan di setiap ruangan juga sudah sesuai standar yang berlaku yaitu menggunakan jamban leher angsa, namun masih belum menggunakan tutup yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya vektor penyakit. Rasio tempat tidur pasien dengan jumlah toilet sudah memenuhi standar bagi ruangan yang bukan bangsal yaitu kurang dari 1 : 10, karena di dalam ruangan yang bukan bangsal terdapat 4 tempat tidur dan memiliki sebuah toilet. Namun pada ruangan bangsal belum sesuai dengan standar karena rasio tempat tidur pasien dengan jumlah toilet di ruangan bangsal adalah 1 : 24. Jamban leher angsa mempunyai konstruksi yang baik dan bersih karena setiap harinya pasien bergantian untuk membersihkan toilet. Menurut Depkes 1997 jamban yang memenuhi syarat adalah tidak mencemari sumber air minum jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter, tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan cukup, tersedia air dan alat pembersih, dan aman digunakan serta mudah Universitas Sumatera Utara dibersihkan.

5.3.3. Sarana Pembuangan Air Limbah SPAL

Sarana Pembuangan Air Limbah SPAL di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara masih dikatakan kurang baik karena hanya memenuhi 2 penilaian dari 5 penilaian yang dilakukan yaitu terdapat pembuangan saluran air limbah yang terpisah antara saluran limbah dengan saluran air hujan. Namun saluran tersebut masih dalam keadaan terbuka yang dapat mencemari lingkungan dan lingkungan yang tercemar dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Saluran air limbah sudah dialirkan ke saluran kota namun belum cukup lancar karena saluran air limbah masih sering terlihat tidak di aliri air. Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL namun keadaannya sudah rusak dan belum diperbaiki sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sehingga air limbah rumah sakit langsung dialirkan ke saluran kota tanpa diolah terlebih dahulu, yang dimana keadaan seperti ini dapat menularkan penyakit termasuk keluhan gangguan kulit karena air limbah dapat mencemari sumber air bersih. Menurut Kusnoputranto 2000 air buangan dapat menjadi tempat berkembangbiaknya mikroorganisme patogen, larva nyamuk ataupun serangga lainnya yang dapat menjadi media transmisi penyakit, terutama penyakit-penyakit yang penularannya melalui air yang tercemar seperti kolera, tipus abdominalis, disentri dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara

5.3.4. Sarana Pembuangan Sampah

Sarana Pembuangan Sampah di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara masih dikatakan kurang baik karena hanya memenuhi 2 penilaiann dari 5 penilaian yang dilakukan. Setiap ruangan sudah memiliki tempat sampah namun kondisi tempat sampah tidak bertutup, ini dapat menimbulkan bau yang tidak enak dari segi estetika. Tempat sampah diletakkan di depan setiap ruangan dengan diberi besi penyangga sehingga tempat sampah tidak langsung menyentuh permukaan tanah. Tempat sampah juga tidak kedap air karena masih banyaknya tempat sampah yang rusak dan belum diperbaiki. Namun keadaan rumah sakit cukup bersih karena tidak ditemukannya sampah berserakan di lingkungan rumah sakit. Dan keadaan tempat sampah juga tidak nampak penuh dan tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dikarenakan sampah diangkut secara rutin 2 kalihari ke TPS dan 1 kalihari ke TPA. Pengelolaan sampah di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sudah baik namun hanya saja keadaan fasilitas yang kurang memadai dengan ditemukan banyaknya tempat sampah yang rusak dan belum diperbaiki. Secara umum pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan akan dapat mengakibatkan berkembang biaknya serangga dan tikus, dapat menjadi sumber pengotoran tanah, pencemaran air dalam tanah, dan pencemaran udara, serta dapat menjadi tempat berkembangbiaknya kuman penyakit yang membahayakan kesehatan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan menurut Azwar 1996 suatu pengelolaan Universitas Sumatera Utara sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit, serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air atau tanah, tidak menimbulka bau segi estetis, tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya. 5.4 Keluhan Gangguan Kulit Keluhan gangguan kulit yang paling banyak dialami oleh responden adalah gatal-gatal sehingga perawat pasien penyakit jiwa mengatakan para responden sering meminta bubuk belerang untuk mengobati keluhan gangguan kulit tersebut. Bagian kulit yang gatal digaruk oleh responden sehingga dapat menyebar ke kulit bagian lain. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa besarnya keluhan gangguan kulit berkaitan dengan personal hygiene dari responden yang buruk serta sanitasi lingkungan yang tidak sehat yang akan mempengaruhi kesehatan khususnya keluhan gangguan kulit. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Soebono 2001 yaitu g arukan dari kulit yang sudah terinfeksi parasit akan menular dan berpindah-pindah ke bagian kulit yang lain. Sangat dianjurkan pada penderita untuk mencuci tangan memakai sabun apabila telah menggaruk kulit yang terinfeksi dan tidak bertukaran pakaian dan handuk dengan orang lain.

5.5 Personal Hygiene dengan Kejadian Keluhan Gangguan Kulit

Personal hygiene yang buruk pada responden yaitu kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan handuk, kebersihan tempat tidur dan sprei mempengaruhi kejadian keluhan gangguan kulit, namun pada kebersihan pakaian tidak terlihat Universitas Sumatera Utara perbedaan yang mencolok antara kebersihan pakaian yang baik dan buruk terhadap keluhan gangguan kulit pada responden. Menurut Wolf 2004 bagi kenyamanan tubuh kita sendiri, mandi 2 kali sehari seharusnya merupakan suatu keharusan. Disamping tujuan membersihkan mandi akan sangat menyegarkan dan melepaskan dari rasa gelisah, tidak enak dan bau badan yang kurang sedap. Selain kenyamanan fisik juga merupakan kebutuhan integritas kulit, maka perawatan lahiriah yang sesuai dengan apa yang dikehendaki sangat penting artinya dan juga tubuh akan terhindar dari penyakit infeksi. Kebersihan tangan dan kuku sangatlah penting karena apabila penderita memiliki kebersihan tangan yang buruk dan kuku yang panjang dapat menyebabkan perkembangan kuman penyakit kulit akibat garukan pada kulit yang infeksi. Hal ini sejalan dengan penelitian Desi 2005 bahwa penyakit kulit bisa tejadi akibat kebersihan tangan dan kuku yang kurang baik. Menurut Irianto 2007, pakaian banyak menyerap keringat dan kotoran yang di keluarkan oleh badan. Pakaian bersentuhan langsung dengan kulit sehingga apabila pakaian yang yang basah karena keringat dan kotor akan menjadi tempat berkembangnya bakteri di kulit. Pakaian yang basah oleh keringat akan menimbulkan bau. Secara kontak tidak langsung keluhan gangguan kulit disebabkan karena sering bertukaran handuk dengan orang lain dan setelah handuk digunakan tidak dijemur dibawah terik matahari. Hal ini sejalan dengan penelitian Sidit 2004 bahwa sebagian besar orang yang menderita penyakit kulit sering bertukaran handuk dengan orang lain. Universitas Sumatera Utara Menurut Lita 2005, kuman penyebab penyakit kulit paling senang hidup dan berkembang biak di perlengkapan tidur. Dengan menjemur kasur sekali seminggu dan mengganti sprei secara rutin bisa mengurangi perkembangbiakan kuman penyakit kulit. BAB VI Universitas Sumatera Utara KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kebersihan kulit pada responden di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara termasuk kategori buruk yaitu 36 pasien penyakit jiwa 90 2. Kebersihan tangan dan kuku pada responden di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara termasuk kategori buruk yaitu semua pasien penyakit jiwa tidak ada yang menjaga kebersihan tangan dan kukunya 100 3. Kebersihan pakaian pada responden di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara termasuk kategori baik yaitu 33 pasien penyakit jiwa 82,5 4. Kebersihan handuk pada responden di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara termasuk kategori buruk yaitu semua pasien penyakit jiwa tidak ada yang menjaga kebersihan handuknya 100. 5. Kebersihan tempat tidur dan sprei pada responden di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara termasuk kategori buruk yaitu 34 pasien penyakit jiwa 85 6. Penyediaan Air Bersih PAB di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara termasuk kategori baik, sarana pembuangan kotoran jamban termasuk kategori baik, Sarana Pembuangan Air Limbah SPAL termasuk kategori buruk, dan sarana pembuangan sampah termasuk kategori buruk. 7. Kejadian Keluhan gangguan kulit pada pasien di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara adalah 10 pasien penyakit jiwa 25. Universitas Sumatera Utara

6.2 Saran

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene terhadap Kejadian Penyakit Skabies pada Warga Binaan Pemasyarakatan yang Berobat Ke Klinik di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan

10 99 155

Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe

6 48 123

Hubungan Karateristik Lansia, Personal Hygiene, Peran Perawat dan Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal dengan Keluhan Kulit pada Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

0 31 149

Gambaran Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Keluhan Gangguan Kulit pada Pasien di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 13

Gambaran Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Keluhan Gangguan Kulit pada Pasien di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Keluhan Gangguan Kulit pada Pasien di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 6

Gambaran Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Keluhan Gangguan Kulit pada Pasien di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 43

Gambaran Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Keluhan Gangguan Kulit pada Pasien di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

0 2 2

Gambaran Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Keluhan Gangguan Kulit pada Pasien di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 5

Hubungan Karateristik Lansia, Personal Hygiene, Peran Perawat dan Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal dengan Keluhan Kulit pada Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

0 0 16