31
2.7. Dana Pihak Ketiga DPK
Simpanan atau Dana Pihak Ketiga merupakan dana yang berasal dari masyarakat baik perorangan maupun badan usaha yang diperoleh bank
dengan menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang dimiliki oleh bank dan ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari
pihak-pihak yang berlebihan dana dalam masyarakat dengan pihak yang kekurangan dana. Setelah DPK telah dikumpulkan oleh bank, maka sesuai
dengan fungsi intermediary-nya, maka bank berkewajiban menyalurkan dana tersebut untuk pembiayaan. Simpanan mempunyai pengaruh yang
paling kuat terhadap pembiayaan. Hal tersebut karena simpanan merupakan asset yang dimiliki oleh perbankan syariah yang paling besar sehingga dapat
mempengarui pembiayaan.
Dalam hubungan
dengan financing
pembiayaan, simpanan akan mempunyai hubungan positif dimana semakin tinggi tingkat simpanan pada bank akan semakin meningkat pula
kemampuan bank dalam melakukan pembiayaan.
2.8. Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS
Sertifikat Bank Indonesia Syariah adalah instrumen moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai kebijakan untuk mengatur
kelebihan dana likuiditas perbankan syariah selain instrumen Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank SIMA dan aturan-aturan tentang Pasar
Keuangan Antarbank Dengan Prinsip Syariah PUAS. SBI Syariah adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam
Universitas Sumatera Utara
32 mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Instrumen khusus
untuk perbankan syariah ini menggantikan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI yang selama ini berlaku sebagaimana Peraturan Bank
Indonesia PBI No. 1011PBI2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang telah diterbitkan. Dan pihak DSN MUI telah mengeluarkan
beberapa fatwa mengenai SBI Syariah ini yaitu Fatwa DSN No. 62DSN- MUII2008 tentang ju‘ِalah, Fatwa DSN No. 63DSN-MUI I2008 tentang
SBI Syariah dan Fatwa DSN No.64DSNMUII2008 tentang SBI Syariah ju‘ِalah. Bank Indonesia menerbitkan SBI Syariah untuk mengantisipasi
kenaikan transaksi di perbankan syariah. Usulan penerbitan SBI Syariah berawal dari keluhan bank-bank syariah. Perbankan syariah menilai return
penempatan dana Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI lebih rendah dibanding dengan penempatan dana bank konvensional di Sertifikat Bank
Indonesia, maka Bank syariah kemudian menuntut adanya keadilan. Oleh karena itu, Peraturan Bank Indonesia No 0209PBI2000 tanggal 23
Februari 2000 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI serta peraturan selanjutnya tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang lain
yaitu Peraturan Bank Indonesia No 0607PBI2004 tanggal 16 Februari 2004 adalah tidak berlaku lagi disebabkan telah disahkan Peraturan Bank
Indonesia yang baru yang mengatur tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS No. 1011PBI2008 tanggal 31 Maret 2008. Sesuai dengan
PBI No.1011PBI2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBI Syariah yang diterbitkan
Universitas Sumatera Utara
33 menggunakan akad ju‘ِalah. Secara definitif akad ju‘ِalah merupakan akad
perjanjian antara pihak pertama dan pihak kedua, dimana pihak pertama Bank Indonesia memberikan imbalan kepada pihak kedua Bank Syariah
atas prestasi yang diberikan. Berikut ini adalah karakteristik SBIS, yaitu: 1
Menggunakan akad ju’alah.
2
Satuan unit sebesar Rp. 1000.000,00 satu juta rupiah.
3 Berjangka waktu paling cepat 1 satu bulan dan paling lama 12 dua
belas bulan.
4
Diterbitkan tanpa warkat scripless.
5 Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia.
6
Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
Jika dilihat dari sisi moneter, turunya SBIS kurang menguntungkan bagi perekonomian karena akan meningkatkan jumlah uang beredar. Namun
jika dilihat dari sisi lain, hal ini justru menguntungkan bank syariah karena diharapkan dana yang tidak disimpan dalam SBIS akan digunakan untuk
memberikan pembiayaan produktif yang berguna bagi masyarakat yang akhirnya akan menggerakkan sektor rill.
2.9. Tinjauan Penelitian Terdahulu