cix Dalam penerapan manajemen pengelolaan kelas secara otoriter pada
kelas 3, 4, 5, dan 6 situasi kelas terlihat baik dan perilaku siswa dapat terkendali tidak menimbulkan kegaduhan, tetapi dibalik itu timbul perasaan takut bertanya
pada guru dalam diri siswa sehingga ada kemungkinan hal-hal tertentu yang belum dipahami oleh siswa dibiarkan begitu saja tidak ditanyakan pada guru.
3. Strategi dan penilaian dalam pembelajaran bahasa Jawa
Secara umum guru kelas 1 sampai dengan kelas 6 menyadari bahwa mata pelajaran bahasa Jawa mempunyai nilai positif terhadap siswa yaitu pembinaan
mental dan sikap perilaku peserta didik. Secara sederhana dapat dilihat bahwa peserta didik yang menguasai bahasa Jawa dengan benar akan lebih santun. Namun
demikian dari sejumlah peserta didik di SD Negeri Pesawahan 01 yang sudah memahami etika bahasa Jawa masih sedikit. Hal yang demikian di sekolah dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti strategi pembelajaran bahasa Jawa yang dilaksanakan oleh para pendidik guru kurang tepat. Kegiatan pembelajaran di SD
Negeri Pesawahan 01 diatur dalam pembagian waktu sebagai berikut: berlaku kelas 1 sampai dengan kelas 6.
No Jam ke
Waktu Keterangan
1 I
07.00 - 07.35 2
II 07.35 - 08.10
3 III
08.10 - 08.45 08.45 - 09.00
Istirahat
4 IV
09.00 - 09.35 5
V 09.35 - 10.10
6 VI
10.10 - 10.45 10.45 - 11.00
Istirahat
7 VII
11.00 - 11.35 8
VIII 11.35 - 12.10
9 IX
12.10 - 12.40 Keterangan: Kelas 1 dan 2 pembelajaran sampai jam ke-6
cx Kenyataan yang ada di lapangan pembagian waktu tersebut tidak optimal
terlaksana, karena tidak adanya petugas pengatur waktu yang khusus. Hal yang demikian berakibat jam-jam akhir VII-VIII tidak penuh 40 menit, namun kadang-
kadang hanya 30 menit atau bahkan kurang, anak-anak dipulangkan karena keberadaan dan kapasitasnya sebagai guru kelas, maka sering terjadi kelas yang
bersangkutan merukir mata pelajaran-mata pelajaran tertentu seiring kebutuhan kemauan guru, sehingga ada kemungkinan satu mata pelajaran tertentu frekeunsi
pembelajarannya lebih sedikit dibanding mata pelajaran yang lain CL. 5, 6, 7. Dalam kontek strategi pembelajaran bahasa Jawa termasuk penilaian yang
dilakukan oleh guru kelas 1 sampai dengan kelas 6 SD Negeri Pesawahan 01 dapat dikelompokkan menjadi 2 dua yaitu pembelajaran bahasa Jawa positif proaktif dan
pembelajaran bahasa Jawa yang positif apriori. a.
Positif proaktif Guru sebagai pengelola perencana-pelaksana pembelajaran bahasa Jawa
memiliki pandangan kesan tertentu terhadap mata pelajaran bahasa Jawa. Hal ini dapat dikaitkandilatar belakangi dengan fungsi mata pelajaran bahasa Jawa
pada diri peserta didik dalam kontek sosialnya khususnya guru kelas 1, 2, dan 3 menganggap bahwa pelajaran bahasa Jawa dapat membawa anak ke arah sikap
dan perilaku yang santun, sehingga pelaksanaan kegiatan belajar mengajarnya dilakukan seseuai dengan prosedur yang benar, konsep seperti itulah yang
disebut positif proaktif CL. 3, 4, 5. Guru kelas 1, 2, dan 3 yang berpandangan proaktif melakukan
pembelajaran bahasa Jawa termasuk penilaiannya dengan konsisten. Pembelajaran bahasa Jawa yang mereka lakukan mencakup beberapa fase yaitu
cxi fase perencanaan, fase aktualisasi, dan fase tindak lanjut. Pada fase perencanaan
mereka guru membuat perencanaan makro silabus dan perencanaan mikro RPP termasuk di dalamnya pemilihan metode dan alat peraga yang tepat.
Secara umum materi pembelajaran bahasa Jawa dapat dikelompokkan menjadi: parama sastra tata bahasa, kawruh basa pengetahuan bahasa, kasusastran
kesusastraan CL. 3, 4, 5, 6. Fase aktualisasi merupakan fase yang penting karena pada fase ini terjadi interaksi langsung antara guru dan siswa. Pada fase
aktualisasi ada beberapa tahapan yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir, namun tidak optimal. Penilaian terhadap kemampuan siswa menerima
materi daya serap dilakukan pada kegiatan akhir, bisa lisan ataupun tertulis. Dari hasil penilaian inilah guru akan menentukan tindak lanjut yang perlu
dilakukan apakah berupa pengayaan atau remidial CL. 3, 4, 5, 6. Fungsi penilaian di samping untuk mengukur keberhasilan belajar siswa juga sebagai
balikan bagi guru yaitu sejauh mana ketepatan pembelajaran yang diterapkan. Administrasi pembelajaran guru kelas 1, 2, dan 3 secara umum baik dan
cukup lengkap, hal ini terlihat dari kurikulum, silabus, RPP, daftar kelas, daftar nilai, buku kemajuan kelas, buku supervisi, buku BP, buku ulangan, dan
sebagainya terbuat dan terisi dengan baik, namun ada beberap hal yang kurang diantaranya kumpulan soal-soal, dan portofolio tidak tertata rapi. Dalam
pembelajaran bahasa Jawa guru kelas 1, 2, dan 3 banyak menggunakan bahasa Jawa untuk memudahkan interaksi, serta memudahkan menyampaikan
pengertian dan maksud yang tersurat dalam materi pembelajaran CL. 3, 4.
cxii b.
Positif apriori Mulai siswa kelas 4 banyak kegiatan-kegiatan yang harus diikuti oleh
siswa terlebih kelas 5 dan 6, baik yang berbentuk lomba-lomba maupun yang lain, misalnya kegiatan keagamaan, kepramukaan, keolahragaan, dan sebagainya
khususnya lomba-lomba akademik seperti lomba mata pelajaran, siswa teladan, olimpiade, kreativitas merupakan jenis lomba yang membutuhkan pengetahuan
cukup. Untuk mempersiapkan peserta didik agar optimal dalam mengikuti lomba-lomba tersebut membutuhkan kerja keras guru. Di sisi lain guru kelas 6
lebih berkonsentrasi terhadap UASBN. Dari beberapa hal tersebut di atas, menjadikan guru kelas 4, 5, dan 6 lebih banyak berkonsentrasi terhadap mata
pelajaran tertentu, khususnya bahasa Indonesia, matematika, IPA, PKn dan IPS. Dampaknya terjadi kurang seimbang mengabaikan dalam pembelajaran untuk
mata pelajaran-mata pelajaran Kertangkes, bahasa Jawa, maupun mata pelajaran- mata pelajaran lain selain bahasa Indonesia, IPA, matematika, PKn dan IPS
walaupun mata pelajaran-mata pelajaran tersebut yang tidak di-UASBN-kan sebenarnya penting bagi peserta didik. Sikap seperti inilah yang disebut positif
apriori CL. 5, 6, 7. Di kelas 4, 5 dan 6 sering terjadi waktu jam pelajaran bahasa Jawa digunakan untuk pembelajaran mata pelajaran yang lain
matematika, IPA, IPS dan sebagainya, walaupun kadang tidak seluruhnya 2 jam pelajaran. Dalam semester II khusus kelas 6 pelajaran bahasa Jawa seakan
tidak tersentuh, bahkan terkesan sebagai mata pelajaran pelengkap, sebab guru kelas 6 lebih mengutamakan mata pelajaran yang di-UASBN-kan CL. 17, 18.
Kegiatan pembelajaran kadang tidak menggunakan kegiatan awal, tetapi langsung pada kegiatan inti, kemudian kegiatan akhir, serta kurang dapat
cxiii mengefisiensikan waktu CL. 5 dan metode ceramah merupakan metode utama
CL. 19. Secara umum guru kelas 1 sampai dengan kelas 6 menganggap bahwa
mata pelajaran bahasa Jawa cukup penting diajarkan di sekolah SD, namun karena faktor-faktor tertentu khususnya kelas 6 mata pelajaran bahasa Jawa
diabaikan. Sistem penilaian pelajaran bahasa Jawa dilakukan dengan lisan maupun tertulis, di samping kelas 4 sampai dengan kelas 6 sering diberi PR
penilaian kokurikuler. Ada kalanya nilai tersebut tidak dimasukkan daftar nilai, dengan kata lain penilaian kurang optimal CL. 18, 19, 20.
Sebenarnya peserta didik merasa senang kalau setiap pembelajaran ada soal-soal yang dikerjakan dan diberi nilai oleh guru, tetapi hal demikian tidak
selalu dilakukan oleh guru. Fungsi penilaian sebagai umpan balik bagi guru seakan tidak tersentuh, tetapi penilaian yang dilakukan guru semata untuk
mengetahui sejauh mana materi pembelajaran dapat dikuasai oleh peserta didik. Penilaian secara pengamatan, dilakukan secara sekilas, sehingga kurang bisa
sebagai alat kontrol terhadap perubahan tingkah laku dan perkembangan afektif maupun perubahan kepribadian peserta didik.
4. Metode dan alat peraga