cxvi emansipasi, pembangunan, dan sebagainya, gamelan, dan sebagainya walaupun
kualitas dan kuantitasnya terbatas. Guru kelas 1 dan 2 tampak jarangtidak selalu menggunakan alat peraga
dalam pembelajaran bahasa Jawa, mereka lebih sering mencontohkan dalam kalimat-kalimat, sehingga ada kemungkinan verbalisme, seadanya menggunakan,
hanya yang sederhana-sederhana seperti gambar orang, gambar tokoh-tokoh dan sebagainya, walaupun frekuensinya rendah CL. 9, 10. Sedangkan guru kelas 3,
4, 5, dan 6 dalam penggunaan alat peraga terkesan seadanya kurang kreatif walaupun mungkin dalam pembelajaran materi tertentu ada alat peraga yang
tersedia, namun tidak digunakan, bahkan ada kalanya selama pembelajaran sama sekali tidak menggunakan alat peraga CL. 11, 12, 13, 14. Dapat dicontohkan,
pada saat guru mengajarkan tembang macapat, mestinya guru dapat menggunakan alat peraga saron, demung untuk pedoman titi laras, tetapi hal ini
tidak dilakukan, bahkan mengandalkan titi laras yang disuarakan guru. Hal yang demikian akan berakibat peserta didik tidak tepat dalam menyanyikan tembang
macapat. Secara umum guru-guru SD Negeri Pesawahan 01 tidak optimal di dalam penggunaan pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran bahasa Jawa.
5. Peran guru dalam pembelajaran bahasa Jawa
Dalam proses pembelajaran dihadapan anak sosok guru adalah seorang yang dipandang paling tahu segalanya, seorang yang mampu menyelesaikan segala
kesulitan, seorang yang harus dipatuhi, dan dihormati. Dari hal tersebut, bagaimanakah peran guru agar pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan
efisien sehingga tujuan pembelajaran tersebut optimal. Di sekolah peran guru secara
cxvii umum dapat dikatakan sebagai pendidik, pengajar, pengganti orang tua, fasilitator,
dan motivator CL. 3, 4, 5, 6. Peran guru sebagai pengajar nampak pada setiap guru di SD Negeri
Pesawahan 01 dimana guru menyampaikan materi pelajaran bahasa Jawa, dimana bahasa Jawa diajarkan terhadap anak sebagai salah satu ilmu pengetahuan dengan
tujuan agar siswa menguasai bahasa Jawa parama sastra, kawruh basa, kasusastran dengan berbagai disiplin ilmunya, yang kemudian dapat bermanfaat pada diri peserta
didik dikemudian hari. Dengan pertimbangan sebagaimana di atas, maka guru dalam menjalankan perannya sebagai pengajar melakukan pembelajaran dari kelas 1
sampai dengan kelas 6 sesuai jadual, berpedoman pada kurikulum, menggunakan buku panduan, dan prosedur-prosedur lainnya sebagai aturan.
Guru sebagai nara sumber melakukan interaksi dengan segenap peserta didik dalam pembelajaran bahasa Jawa, diharapkan agar peserta didik menjadi manusia
yang pandai dan mampu mandiri dengan memanfaatkan ilmu yang diperolehnya. Bentuk-bentuk interaksi dalam pembelajaran ini berupa tanya jawab, diskusi,
ceramah, tugas-tugas untuk peserta didik dengan barometer nilai yang diperoleh peserta didik dalam evaluasi.
Peran guru sebagai pendidik nampak pada sikap-sikap guru sebagai tauladan contoh terhadap anakpeserta didik dan juga anjuran, perintah-perintah, nasehat-
nasehat, yang berhubungan dengan sikap perilaku agar peserta didik menjadi insan yang berbudi pekerti baik. Diberlakukannya tata tertib agar peserta didik dapat hidup
secara disiplin, diajarkannya tata krama, agar peserta didik bersikap sopansantun dan sebagainya.
cxviii Peran guru sebagai pendidik tidak dilakukan di dalam kelas saja, tetapi juga
dilakukan di luar kelas, hal ini dimaksudkan agar ada keterbukaan antara pendidik dan peserta didik. Implementasi peran guru sebagai pendidik terlihat pada saat
tertentu, misalnya saat guru selalu menggunakan bahasa krama saat berbicara dengan siswa, apabila guru melarang sesuatu yang dilakukan oleh siswa selalu dengan
bahasa yang halus dan tidak memarahi, dan sebagainya CL. 11, 12, 13, 14. Fungsi sebagai pengganti orang tua, nampak pada kedekatan peserta didik
dengan guru, dan terciptanya hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa baik di dalam maupun di luar kelas CL. 13, 14. Nasehat-nasehat, petuah-petuah
senantiasa disampaikan kepada peserta didik setiap hari pada saat-saat tertentu, bimbingan kepada peserta didik dilakukan oleh guru setiap saat baik di dalam
maupun di luar kelas CL. 15, 16, 17, 18, 19, 20. Pengaruh yang nampak dari fungsi guru sebagai orang tua di sekolah, dapat
terbina kelas yang harmonis, terbina rasa kekeluargaan, rasa salingm menghargai. Hal ini sangat nampak khususnya di kelas tinggi 4, 5, dan 6.
Disisi lain fungsiperan guru terhadap peserta didik adalah sebagai fasilitator dan motivator, fasilitator dalam pembelajaran bahasa Jawa, guru kelas melakukan
beberapa hal diantaranya dengan pengadaan buku-buku sumber bahasa Jawa, mencari hambatan-hambatan belajar yang ditemui siswa serta mencarikan solusinya,
membina hubungan dengan orang tua siswa untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar, mengunjungi kegiatan belajar kelompok dan sebagainya CL.
15, 16, 17, 18. Dalam kapasitasnya sebagai motivator, guru merupakan sumber motivasi
ekstrinsik siswa. Bentuk-bentuk motivasi ini ada kalanya berupa pujian, hadiah,
cxix ataupun penghargaan-penghargaan tertentu CL. 13, 14, 15. Dampak positif dari
penghargaan-penghargaan tersebut adalah terjadinya persaingankompetensi positif antara siswa dalam perolehan nilai atau prestasi-prestasi lain.
Secara khusus peran guru sebagai pendidik, pengajar, pengganti orang tua, motivator dan fasilitator pada SD Negeri Pesawahan 01 dapat dilakukan guru
walaupun belum optimal sempurna, namun dari fungsi-fungsi tersebut sudah dapat berjalan dengan baik.
B. Pembahasan 1.