cxiii mengefisiensikan waktu CL. 5 dan metode ceramah merupakan metode utama
CL. 19. Secara umum guru kelas 1 sampai dengan kelas 6 menganggap bahwa
mata pelajaran bahasa Jawa cukup penting diajarkan di sekolah SD, namun karena faktor-faktor tertentu khususnya kelas 6 mata pelajaran bahasa Jawa
diabaikan. Sistem penilaian pelajaran bahasa Jawa dilakukan dengan lisan maupun tertulis, di samping kelas 4 sampai dengan kelas 6 sering diberi PR
penilaian kokurikuler. Ada kalanya nilai tersebut tidak dimasukkan daftar nilai, dengan kata lain penilaian kurang optimal CL. 18, 19, 20.
Sebenarnya peserta didik merasa senang kalau setiap pembelajaran ada soal-soal yang dikerjakan dan diberi nilai oleh guru, tetapi hal demikian tidak
selalu dilakukan oleh guru. Fungsi penilaian sebagai umpan balik bagi guru seakan tidak tersentuh, tetapi penilaian yang dilakukan guru semata untuk
mengetahui sejauh mana materi pembelajaran dapat dikuasai oleh peserta didik. Penilaian secara pengamatan, dilakukan secara sekilas, sehingga kurang bisa
sebagai alat kontrol terhadap perubahan tingkah laku dan perkembangan afektif maupun perubahan kepribadian peserta didik.
4. Metode dan alat peraga
Hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran adalah metode maupun alat peraga. Metode yang sesuai akan memudahkan penerimaanpemahaman materi
pembelajaran oleh siswa, begitu juga dengan alat peraga yang mendukung akan menarik perhatian siswa, sehingga siswa aktif dalam kondisi yang menyenangkan
serta menghilangkan verbalisme.
cxiv a.
Penggunaan metode dalam pembelajaran bahasa Jawa Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antar guru
dan peserta didik dalam pembelajaran agar tujuan dapat tercapai. Wujud interaksi pembelajaran bahasa Jawa menghendaki pertimbangan keunikan dan keragaman
peserta didik. Untuk itu seorang guru harus mampu menggunakan berbagai metode mengajar yang bervariasi.
Kenyataan yang ada di lapangan SD Negeri Pesawahan 01, pertimbangan yang menonjol dalam menggunakan metode adalah jenis materi
bukannya pribadi peserta didik sebagai pertimbangan utama. Untuk kelas 1, 2, dan 3 guru mempertimbangkan penggunaan metode lebih komplek. Namun
kenyataan bahwa metode ceramah lebih populersering digunakan, bahkan bisa mencapai 80 guru berceramah dengan variasi tanya jawab, selebihnya metode
tugas. Untuk metode-metode yang lain jarang tersentuh. Namun khusus kelas 3 ada sedikit perbedaan dimana metode kerja kelompok dalam taraf sederhana
sudah mulai dikenalkan walaupun frekuensinya rendah CL. 5. Kejenuhan pada diri siswa sering nampak akibat dari kurang
bervariasinya guru dalam menerapkan metode pembelajaran, dalam kondisi kejenuhan ini siswa cenderung bermainbercerita sendiri dan tidak
memperhatikan penjelasan guru. Terhadap hal yang demikian guru tidak menyadari bahwa dalam diri siswa timbul kejenuhan, mereka menyikapinya
dengan memberi nasehat atau menegur. Dalam kontek pembelajaran yang positif proaktif ini guru kurang memperhatikan pentingnya variasi metode untuk
keberhasilan pembelajaran dimaksud.
cxv Penggunaan metode mengajar pada kelas 4, 5, dan 6 ada sedikit
perbedaan jika dibanding dengan kelas 1, 2, dan 3, hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa anak kelas 4, 5, dan 6 jauh lebih dewasa. Namun demikian
variasinya tidak jauh berbeda. Metode ceramah bervariasi menjadi pilihan utama. Sebenarnya banya pilihan metode lain yang dapat digunakan dalam pembelajaran
bahasa Jawa. Guru kelas 4 sampai dengan kelas 6 sering memberikan tugas berupa catatan metode tugas CL 6, 7, 8
Untuk kelas 6 metode tugas mengerjakan soal latihan lebih banyak diterapkan, bahkan dalam pelajaran bahasa Jawa 2 jam digunakan untuk
mengerjakan soal dan membahasnya bersama-sama guru. Adapun soal-soal tersebut diambil dari kumpulan tanya jawab bahasa Jawa dan atau soal-soal
buku-buku pelajaran. Di kelas 4 dan 5 seakan tidak jauh berbeda, guru memberikan tugas kelompok mengerjakan soal dan hasilnya dibahas bersama
dalam forum kelas di bawah bimbingan guru Dengan kata lain metode yang digunakan oleh para guru tidaklah optimal,
hal yang demikian tentu saja menyebabkan siswa tidak merasa tertariksenang terhadap pelajaran sehingga ada kecenderungan semaunya CL. 12, 13, 14.
b. Alat peraga
Di samping metode, alat peraga mempunyai peran dan arti penting dalam pembelajaran. Secara singkat fungsi alat peraga adalah untuk menghilangkan
verbalisme serta memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran. Jenis macam alat peraga yang dapat digunakan oleh guru SD Negeri Pesawahan 01
cukup bervariasi walaupun alat peraga tersebut dalam kategori alat peraga tradisional, contohnya: gambar wayang, gambar tokoh-tokoh pendidikan,
cxvi emansipasi, pembangunan, dan sebagainya, gamelan, dan sebagainya walaupun
kualitas dan kuantitasnya terbatas. Guru kelas 1 dan 2 tampak jarangtidak selalu menggunakan alat peraga
dalam pembelajaran bahasa Jawa, mereka lebih sering mencontohkan dalam kalimat-kalimat, sehingga ada kemungkinan verbalisme, seadanya menggunakan,
hanya yang sederhana-sederhana seperti gambar orang, gambar tokoh-tokoh dan sebagainya, walaupun frekuensinya rendah CL. 9, 10. Sedangkan guru kelas 3,
4, 5, dan 6 dalam penggunaan alat peraga terkesan seadanya kurang kreatif walaupun mungkin dalam pembelajaran materi tertentu ada alat peraga yang
tersedia, namun tidak digunakan, bahkan ada kalanya selama pembelajaran sama sekali tidak menggunakan alat peraga CL. 11, 12, 13, 14. Dapat dicontohkan,
pada saat guru mengajarkan tembang macapat, mestinya guru dapat menggunakan alat peraga saron, demung untuk pedoman titi laras, tetapi hal ini
tidak dilakukan, bahkan mengandalkan titi laras yang disuarakan guru. Hal yang demikian akan berakibat peserta didik tidak tepat dalam menyanyikan tembang
macapat. Secara umum guru-guru SD Negeri Pesawahan 01 tidak optimal di dalam penggunaan pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran bahasa Jawa.
5. Peran guru dalam pembelajaran bahasa Jawa