Lokasi Penelitian Bentuk dan Strategi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Surakarta, dengan pertimbangan, bahwa masyarakat Surakarta merupakan suatu komunitas yang memiliki keragaman etnis. Berkaitan dengan etnis Jawa dan etnis Cina, Surakarta memiliki sejarah yang dapat dikatakan negatif. Pertikaian antaretnis yang berulangkali terjadi, sejak tahun 1913 hingga 1998, sepertinya tidak membuat jera masyarakatnya. Ketidakharmonisan hubungan kedua etnis selalu berakibat fatal karena pertikaian menjalar hingga menjadi sebuah kerusuhan massal. Meskipun kerusuhan yang berulangkali terjadi jelas-jelas merugikan kedua belah pihak. Walaupun hubungan etnis Jawa dengan etnis Cina di Surakarta tampak rentan, tetapi pada kenyataannya terdapat beberapa pasangan yang melakukan perkawinan campuran antara kedua etnis tersebut. Selain itu, tingkat sosial ekonomi masyarakat etnis Jawa dan etnis Cina yang ada di Surakarta memiliki keragaman. Hal ini yang akan menjadi salah satu karakteristik dalam mencari objek penelitian.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian dasar yang memiliki tujuan untuk mencari pemahaman mengenai suatu masalah Sutopo, 2002: 109. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan pendekatan interpretif dan tradisi fenomenologi.

1. Pendekatan interpretif

Burrell dan Morgan dalam Martin Nakayama, 2004: 47-58 mengatakan, terdapat tiga pendekatan kontemporer dalam studi komunikasi antarbudaya, yaitu 1 pendekatan sains sosial, 2 pendekatan interpretif, dan 3 pendekatan kritis. Pendekatan ini didasarkan pada perbedaan asumsi yang fundamental tentang sifat manusia, perilaku manusia dan sifat pengetahuan. Penelitian mengenai persepsi keluarga kawin campur dalam konteks komunikasi antarbudaya, lebih sesuai dikaji dengan pendekatan interpretif. Pendekatan interpretif ini merupakan pendekatan yang berusaha untuk menjelaskan suatu proses pemahaman yang terjadi Rahardjo, 2005: 41. Tujuan dari pendekatan interpretif adalah untuk memahami dan mendeskripsikan perilaku manusia. Para peneliti sosial berusaha untuk melihat komunikasi yang dipengaruhi oleh budaya, para interpreter melihat bahwa budaya dibentuk dan dipelihara melalui komunikasi, demikian Carbaugh dalam Martin Nakayama, 2004: 53.

2. Tradisi fenomenologi

Sejalan dengan pendekatan interpretif, penelitian ini dapat dikaitkan dengan tradisi fenomenologi sebagai salah satu cara untuk memahami teori komunikasi. Menurut Craig dalam Littlejohn, 2002: 13, fenomenologi merupakan sebuah tradisi yang fokus pada pengalaman seseorang, termasuk pengalamannya dengan orang lain. Komunikasi dalam hal ini dilihat sebagai sebuah bentuk berbagi pengalaman personal dengan orang lain melalui dialog. Fenomenologi melihat objek-objek dan peristiwa-peristiwa dari perspektif seseorang sebagai perceiver Rahardjo, 2005: 44. Edmund Husserl dalam Littlejohn, 2002: 185 menyantakan, tidak ada skema konseptual di luar aktualitas pengalaman langsung yang mampu menyibak kebenaran, daripada pengalaman yang disadari individu sebagai alur untuk menemukan realita. Sebuah fenomena adalah penampakan dari sebuah objek, peristiwa atau kondisi dalam persepsi seseorang. Menurut Merleau-Ponty dalam Littlejohn, 2002: 185, manusia memberi makna pada sesuatu yang ada di dunia ini, tetapi tidak ada seorang pun yang mengalami sesuatu di luar dunia ini. Jadi, sesuatu dan kejadian merupakan sebuah hubungan atau memberi dan menerima atau dialog yang saling mempengaruhi.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dijabarkan, penelitian ini menekankan pada komunikasi antarbudaya dalam keluarga kawin campur Cina- Jawa. Oleh karena itu, strategi penelitian yang tepat adalah penelitian kualitatif deskriptif. Dengan menggunakan kualitatif deskriptif, analisa penelitian dapat disajikan dengan memberikan gambaran secara teliti dan detail mengenai informasi-informasi yang diperoleh peneliti berkaitan dengan pokok permasalahan. Karena tujuan utamanya untuk memahami fenomena sosial yang ada di lingkungan sekitar, maka penelitian ini merupakan penelitian dasar Sutopo, 2002: 109. Selanjutnya dengan studi kasus tunggal, penelitian ini hanya dilakukan pada satu sasaran Sutopo, 2002: 112. Dapat dilihat, bahwa kasus yang diteliti memiliki karakteristik yang seragam. Untuk itu, sebelumnya peneliti telah menentukan lokasi penelitian karena melihat keunikan lokasi tersebut. Maka penelitian ini lebih khusus merupakan studi kasus terpancang.

D. Sumber Data